Festival Tidore 2017 Diluncurkan

:


Oleh Untung S, Kamis, 6 April 2017 | 11:18 WIB - Redaktur: Juli - 474


Jakarta, InfoPublik - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya bersama Sultan Tidore Huseinsyah, dan Walikota Tidore Ali Ibrahim meluncurkan Festival Tidore 2017 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta,  Kementerian Pariwisata (Kemenpar),  Rabu (5/4) malam.

Puncak acara festival ini bakal dilangsungkan pada 10-11 April mendatang. Kali ini Festival Tidore 2017 mengangkat tema “Merawat Tradisi, Mempertegas Jati Diri Bangsa Maritim”. Festival ini sekaligus dalam rangka memperingati hari jadi Tidore serta sebagai upaya menggali, mengembangkan sekaligus melestarikan warisan sejarah budaya Kesultanan Tidore.

"Festival ini sekaligus memperkenalkan dan mempromosikan Tidore dengan seni, alam dan budaya kesultanan. Itulah daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Maluku Utara khususnya Kota Tidore. Nah, dalam rumus destinasi itu berlaku rumus 3A, Atraksi, Akses, Amenitas. Ketiganya harus dibangun, ketika disiapkan menjadi destinasi wisata," ungkap Menpar Arief Yahya.

Menpar Arief mengapresiasi penyelenggaran Festival Tidore 2017 yang memasuki tahun ke-9. Pada penyelenggaraan festival kali ini telah menetapkan 3 top event yakni Parade Juanga (keliling pulau dengan kapal formasi perang oleh sultan dan bala tentaranya) berlangsung pada 10 April 2017,  Perjalanan Paji (keliling pulau di darat dengan formasi perang menceritakan revolusi Sultan Nuku) pada 11 April 2017 dilanjutkan dengan Kirab Agung Kesultanan Tidore disinergikan dengan pembukaan Museum Maritim Dunia di Kedaton Tidore.

“Pemilihan 3 top event berikut tempat dan tanggal penyelenggaraan yang pasti ini akan menjadi daya tarik serta memudahkan para traveller untuk mengunjungi Tidore sebagai destinasi yang memiliki jenis wisata lengkap;  bahari, adventure, alam, religi, dan budaya,” kata Menpar Arief Yahya.

Menpar Arief Yahya menjelaskan, fortopolio bisnis pariwisata iIndonesia bertumpu pada potensi budaya (culture) mempunyai porsi  paling besar 60 persen, alam (nature) 35 persen  dan  manmade 5 persen. Potensi culture dikembangkan berupa wisata warisan budaya dan sejarah (heritage  and pilgrim tourism) 20 persen wisata belanja dan kuliner (culinery and shopping tourism) 45 persen, dan wisata kota dan desa (city and vilage tourism) 35 persen.

Potensi alam (nature) dikembangkan dalam produk wisata bahari (marine tourism) 35 persen, wisata ekologi (eco tourism) 45 persen dan wisata petualangan (adventure tourism) 20 persen, sedangkan buatan manusia man-made dikembangkan dalam wisata MICE (MICE and event tourism) 25 persen, wisata olahraga (sport tourism) 60 persen dan obyek wisata yang terintergrasi (integrated area tourism) 15 persen.

Ia juga menjelaskan lebih jauh,  penyelenggaraan festival budaya merupakan kegiatan event dalam upaya meningkatkan unsur atraksi sebagai bagian penting dari unsur 3 A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) dalam meningkatkan daya saing destinasi.

“Dengan penyelenggaraan festival budaya ini, unsur amenitas dan aksesibilitas di Tidore semakin meningkat. Ini terlihat data kunjungan wisman ke  Maluku Utara pada Januari 2017 naik 165 persen,” kata Arief Yahya.

Sementara itu amenitas dan aksesibilitas ke Maluku Utara (Tidore, Ternate dan pulau sekitarnya) juga semakin meningkat karena ditetapkannya Pulau Morotai, Maluku Utara sebagai satu di antara 10 destinasi prioritas dijadikan menjadi “Bali Baru” yang saat ini percepatan pembangunannya tengah dilakukan  serta membawa dampak positif terhadap pariwisata Ternate dan Tidore.

Sultan Tidore Huseinsyah menjelaskan, tujuan penyelenggaraan Festival Tidore sebagai upaya melestarikan nilai-nilai budaya Tidore yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa, guna memperkuat jatidiri bangsa serta mampu menjadi penggerak bagi terwujudnya cita-cita bangsa dan terbukanya peluang bagi masyarakat luas untuk berperan aktif dalam proses pengembangan wisata budaya.

“Festival Tidore diawali kegiatan Dowaro dalam tradisi adat Tidore adalah sebuah ritual untuk mengawali setiap kegiatan adat. Pada Festival Tidore,  Dowaro diawali dengan prosesi kota Tupa/Sobaka Dorora ke rumah adat lima marga (Fola Sou Rom toha Tomayou) yang terletak di kaki gunung Kie Matubu untuk memohon doa restu,” kata Sultan Tidore Huseinsyah.

Walikota Tidore Ali Ibrahim mengatakan, aksesibilitas ke Tidore semakin mudah dengan adanya penerbangan dari Jakarta ke Bandara Babullah di Pulau Ternate setiap hari oleh Garuda, Sriwijaya Air dan Lion Air pada tengah malam dan tiba pagi hari dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam.

“Dari bandara dilanjutkan dengan menyeberang lewat Pelabuhan Bastiong (Ternate) ke Pelabuhan Rum (Tidore) menggunakan speed boat  sekitar 5 menit atau kapal feri sekitar 30 menit. “Kemudahan aksesibilitas mendorong kunjungan wisatawan ke Maluku Utara semakin meningkat. Pada Januari 2017 kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak 12.275 dan  53 orang, sedangkan rata-rata tingkat hunian kamar hotel di sana sebesar 30,38 persen,”  kata Ali Ibrahim.

Penyelenggaraan Festival Tidore 2017 dimeriahkan acara 3 top event, 9 event utama dan event dukungan yaitu; Prosesi Kota Tupa (kerumah para Sowohi di Tambula, Folarora dan Guruabanga di kaki Gunung Kie Matubu); Prosesi Tagi Kie (perjalanan ke puncak Gunung Mar’ijan); Rora Ake Dango (upacara menyatukan air dari masing-masing rumah Sowohi Romtoha Tomayou) Kota AkeDango; Siloloa Sultan Tidore; Perjalanan Paji Nyili-nyili  (arak-arakan duplikat Paji Nyili-nyili) serta sejumlah event lain berupa pameran, karnaval  budaya, lomba, pentas seni, maupun seminar budaya.