:
Oleh Wawan Budiyanto, Rabu, 5 April 2017 | 09:32 WIB - Redaktur: Elvira - 343
Jakarta, InfoPublik - Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (Dirjen IKM), Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih memberikan apresiasi terhadap hasil karya kerajinan dari program pemberdayaan warga binaan lembaga pemasyarakatan (Lapas).
“Kami melihat potensi produk karya dari teman-teman warga binaan lapas sudah sangat bagus. Terlebih lagi pada produk kerajinan, banyak yang kreatif,” kata Gati di Jakarta, Selasa (4/4)
Untuk mendukung pemasaran produk tersebut, Kemenperin akan memfasilitasi melalui program e-smart IKM.
“Hasil penjualannya nanti akan ditampung oleh Kemenkum HAM (Kementerian Hukum dan HAM-red) agar bisa dikelola untuk kesejahteraan para narapidana,” ujarnya.
Ditambahkan Gati, terkait pemberdayaan warga binaan Lapas Kemenperin telah memfasilitasi pameran di Plasa Pameran Industri dengan jumlah lebih dari 180 booth sejak tahun 2013-2016.
Selain itu, Kemenperin juga memberikan pelatihan kewirausahaan sebanyak dua angkatan dengan jumlah peserta 15 orang di Lapas Kelas IIB Anak dan Wanita, Tangerang, Banten pada 2012.
Kemudian, pelatihan wirausaha baru untuk IKM pakaian jadi dan bordir di Lapas Wanita Kelas IIA Palembang, Sumatera Selatan dengan jumlah peserta 15 orang tahun 2014, serta pelaksanaan program bimbingan teknis dan Start Up untuk IKM kerajinan di Lapas di Palu, Sulawesi Tengah dengan peserta 20 orang pada 2015.
Sementara itu, dalam upaya penumbuhan wirausaha baru khususnya sektor IKM, Gati mengungkapkan, pihaknya telah melakukan program inkubator bisnis dengan melaksanakan kegiatan Bimbingan Teknis, Start-up Capital, Pendampingan, dan Fasilitasi Izin Usaha Industri.
“Kami akan melakukan workshop e-smart IKM di Sidoarjo untuk 150 IKM di Jawa Timur. Selanjutnya di Bandung, Jakarta, dan luar Jawa. Tahun ini, ditargetkan delapan lokasi,” lanjutnya
Untuk meningkatkan kualitas produk IKM dalam negeri terjamin standar dan mutunya, Kemenperin telah melakukan pembinaan terhadap IKM dalam bentuk pemberian fasilitasi yang meliputi bimbingan penerapan dan sertifikasi produk, restrukturisasi mesin dan peralatan berupa potongan harga pada pembelian mesin dan peralatan, pemberian izin usaha, pengembangan produk, perlindungan hasil karya industri dengan hak kekayaan intelektual (HKI), serta bantuan informasi pasar, promosi dan pemasaran.
Ia menyampaikan, industri kreatif menyumbang sekitar Rp642 triliun atau 7,05 persen terhadap total PDB Indonesia pada tahun 2015.
“Kontribusi terbesar berasal dari sektor kuliner sebanyak 34,2 persen, mode atau fashion 27,9 persen dan kerajinan 14,88 persen,” sebutnya.
Kemudian, industri kreatif merupakan sektor keempat terbesar dalam penyerapan tenaga kerja nasional, dengan kontribusinya mencapai 10,7 persen atau 11,8 juta orang.
Berdasarkan data BPS yang diolah Direktorat Jenderal IKM Kemenperin, IKM terus meningkatkan nilai tambah di dalam negeri yang cukup signifikan setiap tahun. Hal ini terlihat dari capaian pada tahun 2016 sebesar Rp520 triliun atau meningkat 18,3 persen dibandingkan pada 2015. Sementara itu, nilai tambah IKM di tahun 2014 tahun sekitar Rp373 triliun menjadi Rp439 triliun tahun 2015 atau naik 17,6 persen.