Swiss Dukung Sinergi Politeknik dan Industri

:


Oleh Wawan Budiyanto, Selasa, 4 April 2017 | 20:23 WIB - Redaktur: Juli - 843


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Perindustrian terus berupaya mengembangkan pendidikan vokasi industri melalui berbagai strategi, antara lain kerja sama industri dengan institusi pendidikan melalui penyelenggaraan workshop yang memperkenalkan model Dual Vocational Education and Training (D-VET) system.

“Workshop ini bertujuan untuk memperkenalkan pendidikan dual system ke industri, asosiasi dan politeknik-politeknik lain yang berkenan untuk mengaplikasikannya. Ini merupakan langkah untuk memperbaiki kualitas pendidikan tinggi agar bisa berkontribusi kepada industri, dan sebaliknya, sehingga terjadi transfer of technology di bidang pendidikan dan pelatihan,” kata Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Harjanto pada pembukaan Workshop Introduction of APII yang diselenggarakan atas kerja sama Kemenperin RI dengan Association of Polytechnics and Industry Indonesia (APII) atau Perkumpulan Pendidikan Tinggi Vokasi dan Industri Indonesia (PERKASI) di Jakarta, Selasa (4/4).

Langkah tersebut menurutnya, untuk memperbaiki kualitas pendidikan tinggi agar bisa berkontribusi kepada industri dan sebaliknya sehingga terjadi transfer teknologi di bidang pendidikan dan pelatihan.

Dalam workshop APII diminta untuk mensosialisasikan praktik-praktik yang diterapkan di kampus politeknik kepada perwakilan sekolah vokasi, pimpinan perusahaan dan asosiasi industri, serta lembaga pemerintah terkait. Praktik pendidikan yang dilakukan oleh politeknik-politeknik anggota APII ini mengacu pada D-VET system yang diterapkan oleh beberapa negara, salah satunya Swiss.

“Swiss merupakan negara yang cukup lama menerapkan D-VET system dan telah membuktikan sebagai negara dengan tingkat pengangguran pekerja muda yang rendah dan mencapai produktivitas yang tinggi,” jelas Harjanto. 

Berdasarkan The Global Competitiveness Index 2016-2017 Rankings (World Economic Forum), Swiss mampu menempati posisi puncak selama beberapa tahun terakhir, sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke-41 dari 138 negara.

Pada Peluncuran Program Pendidikan Vokasi Industri (link and match SMK dengan industri) wilayah Provinsi Jawa Timur beberapa waktu lalu, telah dilakukan penandatanganan Letter of Intent antara Kemenperin dengan Pemerintah Swiss yang merefleksikan keinginan kuat kedua pihak untuk mengembangkan D-VET System di Indonesia guna menjawab kebutuhan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri manufaktur.

Head of Economic Development Cooperation (SECO) Kedutaan Besar Swiss di Indonesia Martin Stottele menyampaikan, kolaborasi pendidikan dengan industri diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil. Untuk mengembangkan pendidikan vokasi industri di Indonesia, Pemerintah Swiss memberikan bantuan senilai sekitar SFr 500 ribu, salah satunya dalam bentuk bantuan konsultasi.

“Lama kerja sama ini sekitar tiga hingga empat tahun namun ada kemungkinan diperpanjang mengingat pendidikan teknik memerlukan waktu lama,” ujar Stottele.

Ketua APII Agus Sriyono menyampaikan, saat ini, mahasiswa politeknik jumlahnya hanya lima persen dari jumlah mahasiswa di universitas. Padahal, berkaca dari Swiss, pendidikan vokasi lebih diminati dari universitas dan industri merupakan aktor penting yang berperan dalam model pendidikan ini. 

“Berdirinya APII dimaksudkan untuk membentuk komunitas politeknik yang menerapkan dual system yang terpola dengan baik,” ujar Agus.

Agus mencontohkan, dengan mekanisme yang baik, siswa politeknik bisa lebih mudah mendapatkan tempat magang di industri. Sedangkan keuntungan bagi industri adalah mendapatkan tenaga kerja yang siap dididik menjadi terampil serta bisa bekerja sama dengan politeknik untuk menyelenggarakan pelatihan yang bersifat practical.