Dukung Program Siwab, Balitbangtan Luncurkan Vaksin Anak Sapi

:


Oleh Baheramsyah, Minggu, 1 Januari 2017 | 16:35 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 755


Bogor, InfoPublik - Kementerian Pertanian menargetkan swasembada daging sapi dapat dicapai dalam kurun waktu lima tahun kedepan melalui pembibitan sapi berjuluk upaya khusus sapi indukan wajib bunting atau Siwab.

Namun dalam perjalanannya risiko kematian pada  anak sapi (pedet) yang baru lahir yang terserang penyakit infeksius bakterial yang disebabkan oleh bakterienterotoksigenik escerichia coli (ETEC) dan  Verotoksigenik escerichia coli (VTEC).

Guna menudukung program Siwab tersebut, Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLitvet) meluncurkan vaksin pencegahan penyakit Etec+Vtec pada anak sapi .

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan Muhammad Syakir mengatakan, teknologi dan inovasi yang dilakukan BBLitvet diharapkan akan mampu mendukung program Siwab.

"Vaksin ini adalah Etec+Vtec, yang berguna untuk pencegahan diare yang menyebabkan kematian pada anak sapi," ujar Syakir saat melaunching inovasi vaksin Etec+Vtec di Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, Jawa Barat, Jumat (30/12).

Dia menjelaskan, vaksin tersebut akan efektif seiring dengan program pemerintah agar menghasilkan sapi-sapi yang sehat dan berkualitas.

Adapun penyakit yang sering menjangkit pada anak sapi disebabkan oleh bakteri enterotoksigenik Escerihia coli (Etec) dan verotoksigenik Escerichia coli (Vtec).

"Penyakit ini umumnya menginfeksi anak sapi pada minggu pertama kelahiran dengan menyebabkan diare, dehidrasi dan kematian, ini menyebabkan kerugian ekonomi," papar Syakir.

Syakir menambahkan, vaksin ini mampu memberikan kekebalan pada anak sapi hingga 90 persen dan antibodi bertahan dalam kolostrum sampai tiga bulan, dan ini menurunkan potensi kematian anak sapi hingga satu persen.

Kedepan, vaksin ini sudah siap untuk diproduksi masal karena sudah mendapatkan lisensi, dan saat ini sedang proses perizinan untuk penyebaran vaksin tersebut.

Syakir mengatakan, meski produksi saat ini masih dalam jumlah dosis terbatas, pihaknya akan mendistribusikan kesejumlah sentra produsen sapi seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Bali  dan Nusa Tenggara Barat dimulai tahun 2017.

Sementara Kepala BB Litvet Balitbangtan NLP Indi Dharmayanti menambahkan, vaksin Escericha coli (ETEC)  dan verotoksigenik Esericia coli (VTEC). Imunisasi diberikan pada induk sapi pada leher dibelakang telinga saat kebuntingan berusia tujuh bulan dan dua pekan sebelum beranak. Namun, imunisasi cukup diberikan satu kali apabila sapi betina itu sebelumnya pernah diberikan imunisasi sejenis.

Indi menjelaskan kembali peluang peternak memperoleh vaksin terbuka lebar menyusul ketertarikan PT Caprifarmindo Laboratories berencana memproduksi secara massal. Produsen yang sudah memperoleh lisensi ini siap memproduksi berapa pun jumlah dosis yang dibutuhkan. Namun saat ini, masih menunggu izin edar dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Harga vaksin per dosis diperkirakan Rp 12.000.  “Pemerintah Jawa Tengah sudah berkomtimen membiayai pemberian vaksin kepada peternak,” kata Indi.

Dari data Kementan pada 2015, dengan program inseminasi buatan (IB), dari 2 juta sapi yang diprogramkan, pemerintah berhasil menambah 1,4 juta ekor anakan sapi.