:
Oleh Wawan Budiyanto, Kamis, 22 Desember 2016 | 01:08 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 973
Jogjakarta, InfoPublik - Kementerian Perindustrian mendorong sektor industri furniture, makanan dan minuman, sentra industri kecil dan menengah (IKM) untuk terus berkembang dan berdaya saing.
“Kami terus mendorong dan memotivasi para pelaku industri kita untuk terus tumbuh dan berdaya saing. Apalagi, kami optimistis tahun depan kinerja industri lebih baik lagi dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional serta diharapkan mampu memenangi pasar global,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam siarañ resminya saat mengunjungi industri furniture PT Integra Indo Cabinet di Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (21/12).
Menurutnya, potensi pengembangan daya saing industri furniture dan kerajinan di Indonesia cukup besar karena selain didukung ketersediaan sumber bahan baku berupa kayu, rotan, bambu dan bahan alami lainnya, juga ditopang dengan keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal serta sumber daya manusia kompeten.
“Industri furniture telah terintegrasi mulai dari bahan baku sampai produk jadi yang dilakukan di Indonesia,” ujarnya.
Ia menilai, industri furniture dan kerajinan nasional merupakan salah satu sektor unggulan karena mampu menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global.
Sementara itu, Dirjen Industri Agro Panggah Susanto menyebutkan, perkembangan industri furniture nasional terus mengalami kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Secara total pada tahun 2013, nilai ekspor furniture kayu dan rotan nasional mencapai 1,8 miliar dolar AS dan meningkat menjadi 1,9 miliar dolar AS tahun 2014. Sedangkan tahun 2015 menjadi 2 miliar dolar AS.
“Diprediksi nilai ekspor furnitur kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan mencapai 5 miliar dolar AS,” ungkapnya.
Ketika meninjau pabrik PT GarudaFood di Gresik, Menperin mengatakan, industri makanan dan minuman nasional mampu menunjukkan kinerja positif dengan tumbuh mencapai 9,82 persen atau sebesar Rp192,69 triliun pada triwulan III 2016. Dengan capaian tersebut, sektor prioritas ini menopang sebagian besar pertumbuhan industri non migas yang mencapai 4,71 persen.
“Pada triwulan III tahun 2016, kinerja industri makanan dan minuman hampir dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Sumbangan nilai ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa sawit pada Januari-September 2016 mencapai 17,86 miliar dolar AS. Capaian ini membuat neraca perdagangan masih positif bila dibandingkan dengan nilai impornya pada periode yang sama sebesar 6,81 miliar dolar AS. Sedangkan, dilihat dari perkembangan realisasi investasi sektor industri makanan dan minuman, sampai dengan triwulan II tahun 2016 sebesar Rp24 triliun untuk PMDN dan PMA sebesar 1,6 miliar dolar AS.