Industri Nonmigas Jadi Pendongkrak Pertumbuhan Ekonomi

:


Oleh Wawan Budiyanto, Minggu, 11 Desember 2016 | 23:47 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 472


Jakarta, InfoPublik - Indonesia memiliki cukup banyak cabang industri olahan non-migas yang juara dalam ajang pertarungan di pasar domestik maupun internasional sekaligus menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, sektor-sektor unggulan mampu tumbuh signifikan di tengah perlambatan ekonomi global dan memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi nasional.

“Pada triwulan III tahun 2016, kinerja mereka di atas 5-6 persen. Misalnya, industri makanan dan minuman yang tumbuh 9,8 persen, hampir dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi,” kata Airlangga dalam siaran resminya, Minggu (11/12).

Dijelaskannya, industri barang galian bukan logam tumbuh sebesar 7,2 persen, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 6,9 persen, serta industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik sebesar 6,2 persen. 

“Tidak berarti sektor-sektor lain yang pertumbuhannya rendah, tidak juara. Seperti di sektor agro, industri olahan CPO dan kertas kita, cukup berdaya saing di pasar ekspor,” ujarnya.

Industri alat angkutan juga didorong menjadi sektor andalan Tanah Air. 

“Kami telah berbicara dengan prinsipal industri otomotif Jepang, mereka sepakat akan mengekspor produk dari Indonesia ke belahan bumi selatan. Kemudian, Indonesia juga dijadikan basis ekspor sepeda motor ke seluruh dunia dengan local content-nya yang sudah mencapai 90 persen. Innovation center mereka pun ada di Indonesia,” ungkap Airlangga.

Hingga saat ini, sektor industri pengolahan non-migas masih menjadi pendongkrak utama dalam pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyumbangkan 18 persen, meskipun perhitungannya mulai dari pengolahan bahan baku sampai di pintu pabrik. 

"Value chain industri tidak hanya sampai di pintu pabrik, tetapi hingga kepada konsumen atau industri lainnya,” jelasnya.

Ia meyakini, apabila perhitungan kontribusi industri ditambah dengan jasa terkait industri, kontribusinya bisa meningkat hingga 28 persen. 

“Contohnya, kalau kita bicara industri tekstil, di setiap kampung pasti ada penjahit. Sedangkan untuk industri otomotif, akan ada bengkel, distributor, sampai ke jasa tambal ban dan yang lain,” tambahnya.