Menperin Ajak Tajikistan Kerja Sama Industri

:


Oleh Wawan Budiyanto, Senin, 1 Agustus 2016 | 15:56 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 802


Jakarta, InfoPublik - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengharapkan kunjungan Presiden Tajikistan Emomali Rahmon ke Indonesia dapat menguatkan hubungan bilateral sekaligus menjalin kerjasama ekonomi khususnya sektor industri.

Kunjungan kenegaraan Presiden Emomali di Indonesia ini merupakan kali ketiga selama berlangsungnya hubungan diplomatik kedua negara sejak tahun 1994. Kali ini, Emomali bersama delegasi akan menghadiri pertemuan World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-12 pada 2-4 Agustus 2016 di Jakarta.

“Selama ini kedua negara belum ada kerja sama investasi di sektor industri. Untuk itu, kedatangan Presiden Emomali ini menjadi kesempatan emas untuk menawarkan kerja sama industri yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian kedua negara,” kata Menperin Airlangga Hartarto dalam siaran resminya Senin (1/8).

Ia mengungkapkan, pada tahun 2003, kedua negara telah memiliki kesepakatan dalam bentuk MoU dan agreement yang ditandatangani di Jakarta, antara lain mencakup pembentukan Joint Commission, persetujuan perdagangan, serta kerja sama ekonomi dan teknik.

Sedangkan dalam upaya menjalin kerja sama di sektor industri, Airlangga mengusulkan beberapa hal yaitu mengaktifkan Joint Commission for Bilateral Cooperation sebagai sarana untuk mendiskusikan lebih lanjut kemungkinan kerja sama di bidang industri yang lebih erat di antara kedua negara. Kemudian memfasilitasi pelaksanaan Trade Mission guna penguatan kerja sama antara bisnis kedua negara (B2B) untuk meningkatkan volume perdagangan khususnya produk-produk industri.

“Dan membentuk kerja sama teknis di bidang industri potensial dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing produk industri pada kedua negara,” ujarnya.

Tajikistan merupakan negara pecahan Uni Sovyet yang terletak di Asia Tengah. PDB Tajikistan pada tahun 2015 sebesar 7,8 miliar dolar AS atau setara 9 persen PDB Indonesia dengan pertumbuhan PDB sebesar 4,2 persen. Jumlah penduduk Tajikistan sebanyak 8,2 juta dengan pendapatan per kapita adalah 925,9 dolar AS per tahun (27 persen rakyat Indonesia).

Pada tahun 2015, ekspor Indonesia hanya sebesar 67.400 dolar AS sementara impor 2.400 dolar AS. Ekspor Indonesia adalah serat sintetis, produk sabun-sabunan, dan furnitur. Sementara impor Indonesia hanya kulit mentah.

Sektor industri di Tajikistan menyumbang 17,3 persen dari output nasional dengan industri utamanya yakni alumunium, semen dan minyak nabati. Ekspor utama Tajikistan adalah alumunium, bijih mineral, logam mulia, dan kapas. Negara tujuan utama ekspornya adalah Turki, Kazakstan, dan Swiss.

Sementara itu, menurut Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Harjanto mengatakan, hambatan utama perdagangan Indonesia-Tajikistan adalah masalah transportasi, yaitu Tajikistan tidak memiliki pelabuhan laut karena merupakan negara landlocked (negara yang tidak memiliki laut).

Sehingga barang-barang yang diekspor ke Tajikistan harus memasuki Pelabuhan Bandar Abbas di Iran, yang kemudian diangkut menggunakan truk atau kereta api dengan masa perjalanan mencapai satu bulan.

“Adanya embargo ekonomi kepada Iran juga semakin mempersulit akses pasar ke Tajikistan,” jelasnya.

Namun demikian, lanjut Harjanto, dengan telah dibukanya jalur darat yang menghubungkan Tajikistan dan China dapat menjadi alternatif transportasi dari Tajikistan ke berbagai negara termasuk ke Indonesia.

“Adanya akses tersebut, Tajikistan juga dapat menjadi hub untuk jalur transportasi yang menghubungkan China dengan Afghanistan,” pungkasnya.