:
Oleh Wawan Budiyanto, Kamis, 28 Juli 2016 | 07:09 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K
Jakarta, InfoPublik - Direktur Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam mengatakan, peluang pengembangan industri kimia nasional terbuka lebar di masa mendatang.
Hal tersebut terlihat dengan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 230 juta jiwa dan ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, memiliki peluang dalam pengembangan industri kimia. “Sebagaimana kita ketahui bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari pemanfaatan bahan kimia yang diproduksi oleh industri kimia,” ujarnya pada pameran International Chemical Summit and Exhibition (InaChem 2016) dan Indonesia Building Mechanical & Electrical Expo 2016 di Jakarta, Rabu (27/7).
Menurutnya, produksi dan konsumsi produk kimia sering digunakan sebagai tolak ukur tingkat kemajuan dan kesejahteraan suatu negara. Rantai nilai industri kimia terkait erat dengan sektor ekonomi produktif yaitu pangan, sandang, dan papan, serta penyediaan bahan baku berbagai industri hilir antara lain industri elektronik dan otomotif.
“Berbagai industri kimia telah tumbuh dan berkembang di Indonesia antara lain industri petrokimia, oleokimia, agrokimia, dan sebagainya. Industri kimia tersebut juga menghasilkan berbagai produk kimia untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia,” tambahnya.
Dikatakan Khayam, pihaknya terus menjalin hubungan erat dengan stakeholder industri kimia untuk menyelaraskan persepsi dan komitmen bersama. Antara lain meningkatkan penggunaan sumber daya domestik, memperluas pasar dalam negeri dan ekspor, serta menginisiasi upaya reindustrialisasi di masa mendatang.
“Wujud nyata komitmen tersebut dituangkan dalam upaya peningkatan investasi baru, penerapan teknologi mutakhir, dan peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN),” jelasnya.
Selain itu, upaya penghiliran pembangunan industri migas dan batu bara akan berfokus pada pembangunan industri petrokimia atau pupuk, antara lain di Teluk Bintuni dan Aceh. “Sehingga migas dan batu bara yang digunakan sebagai bahan baku industri dapat memiliki nilai lebih dibanding menjualnya sebagai komoditas,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI) Suhat Miyarso mengatakan, industri kimia tahun ini berusaha menjaga kinerja dengan target pertumbuhan sebesar 6 persen di tengah kondisi perekonomian yang penuh tekanan.
“Target pertumbuhan ini dicanangkan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,4 persen dan iklim usaha yang kondusif serta tekanan perlambatan ekonomi dunia dapat dikendalikan,” ujarnya.
Kepada para anggota FIKI ia mengimbau, untuk terus melakukan efisiensi, inovasi dan pengembangan produk serta mencari terobosan-terobosan guna menjaga kinerja industri kimia Indonesia dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri.