:
Oleh Baheramsyah, Sabtu, 4 Juni 2016 | 21:28 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 434
Jakarta, InfoPublik - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan ketersediaan pangan pokok khususnya bawang merah, daging ayam, gula pasir dan beras menjelang hari raya yang berlangsung di bulan Juni-Juli aman dan harganya sudah stabil.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, bawang merah ketersediaannya 251.513 ton melebihi kebutuhan yang hanya sebesar 175.642 ton, gula pasir ketersediaanya 772.800 ton melebihi kebutuhan 544.500 ton, beras 7.417.487 ton juga melebihi kebutuhan yang hanya 5.626.400 ton.
Sementara untuk daging ayam pun ketersediaanya 493.985 ton melebihi kebutuhan 217.144 ton bahkan sudah diekspor ke Myanmar.
Terkait harganya, ditargekan bawang merah turun menjadi Rp 25.500 per kg, beras medium Rp 9.500 per kg, gula pasir Rp 12.500 per kg, dan daging ayam dengan harga minimal Rp 30.000 per kg dan maksimal Rp 32.500 per kg. Untuk daging sapi sedang diupayakan agar harganya turun ke Rp 80.000 per kg.
“Guna memenuhi kebutuhan konsumen, kita akan terus melakukan operasi pasar secara besar-besaran dan memperbaiki rantai pasok. Ini persoalan tidak bisa diselesaikan satu hari, butuh waktu. Harapannya, petani sejahtera dan konsumen mendapatkan harga yang wajar,” kata Amran di Jakarta, Sabtu (5/6).
Ke depan, ungkap Amran, setelah memperbaiki regulasi, infrastruktur, dan tata niaga, rencananya akan melakukan pengendalian impor pangan dan perbaikan rantai pasok. Dalam perbaikan rantai pasok, Kementan telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Koperasi dan UKM agar kelompok tani dapat berkolaborasi dengan koperasi dan jasa transportasi. Dengan begitu, rantai pasok pangan yang dihasilkan petani menjadi efisien sampai ke konsumen.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengapresiasi langkah Kementan yang membeli langsung pangan di petani dan mendistribusikan langsung ke Bulog dan pasar.
“Ini memotong rantai pasok yang selama ini terlalu panjang. Banyak tangan-tangan lain sebelum pasokan pangan itu masuk pasar induk,” ujarnya.
Sementara Wakil Ketua Umum Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan Juan Permata Adoe, mengatakan, ada faktor-faktor di luar kendali industri dan pemerintah yang menyebabkan harga naik. Penyebab instabilitas harga pangan dan permasalahan pangan dari tahun ke tahun tetap sama. Menurutnya, penyelesaiannya tidak gampang dan selalu ada yang dijadikan kambing hitam.
Juan menjelaskan jika ingin mencapai harga daging sapi Rp 80.000 per kg dipastikan dapat diperoleh dari daging beku. Sementara, untuk menurunkan harga daging sapi segar di pasar dapat dilakukan dengan impor dengan syarat pembatasan berat sapi masuk maksimal 350 kg, masa penggemukan 120 hari dan pengenaan bea masuk 5 persen.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum KTNA Nasional, Winarno Tohir menyoroti tingginya biaya distribusi yang mencapai 21 persen yang mencerminkan belum efisiennya sistem distribusi.
“Terkait impor agar hanya dilakukan dalam keadaan ‘terpaksa’ saja dan petani menginginkan agar harga distabilkan juga perlu jaminan harga bagi petani,” pungkas Winarno.