:
Oleh Baheramsyah, Kamis, 21 April 2016 | 13:20 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 411
Jakarta, InfoPublik - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian meluncurkan dua buku berjudul ‘Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion’ dan ‘Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan’. Kedua buku ini diluncurkan untuk merealisasikan ketahanan pangan yang tak hanya terfokus pada beras.
"Indonesia jangan hanya berbasis pada sumber daya yang dimiliki. Dan, kita perlu mempertimbangkan ragam ekosistem, ekologi. Sehingga, Indonesia tidak semata-mata bersandar kepada beras saja," papar Kepala Badan Peneltian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, Muhammmad Syakir di Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (20/4).
Syakir mengatakan, Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya, namun hanya bertumpu kepada beras untuk kedaulatan pangan. Tidak bisa dibayangkan apabila El Nino menyerang, berdampak kepada anjloknya produksi beras nasional. Atau serangan hama secara tiba-tiba, memicu kelangkaan beras.
Namun begitu, badan litbang ini ingin menyeimbangkan pemikiran, bagaimana ketahan pangan pada generasi yang akan datang. Oleh karena itu, Indonesia jangan mengandalkan beras saja.
“Untuk menunjang kemandirian pangan dalam jangka panjang kebijakan investasi tidak perlu hanya dibatasi pada sistem sawah beririgasi tetapi diarahkan untuk memanfaatkan semua potensi yang tersedia,” katanya
Menurutnya, lahan kering menjadi salah satu potensi yang segera perlu dipetakan mengingat adanya peluang-peluang yang muncul dalam pengembangan teknologi. Terlebih lahan persawahan menyempit tergerus program pembangunan.
Syakir mengakui upaya pencapaian swasembada pangan menghadapi tantangan yang semakin berat karena semakin terbatasnya sumberdaya pertanian. Sementara itu, risiko produksi pertanian juga semakin besar sejalan dengan meningkatnya keragamanan perubahan iklim global yang menyebabkan terjadinya banjir, kekeringan, maupun peningkatan serangan organism pembasmi tanaman.
Kedaulatan pangan Indonesia kian rapuh dan rentan oleh fluktuasi harga pangan dunia dan perubahan iklim ekstrem yang sulit diantisipasi. Untuk itu Balitban Pertanian Kementan, bertekad membangkitkan lagi produk produk pangan yang lain, tidak hanya beras, tapi juga jagung, umbi-umbian, yang sekiranya memiliki produktivitas yang cukup baik.
Syakir menambahkan, melalui buku ini berupaya mengggali berbagai pemikiran kritis terhadap masalah pembangunan pertanian terutama pangan dan merumuskan langkah-langkah bagi pencapaian swasembada pangan.