:
Oleh Baheramsyah, Kamis, 3 Maret 2016 | 11:18 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 439
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pertanian menargetkan produksi padi tahun ini sebesar 76,3 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau naik 1,15 persen dari produksi tahun 2015 yang mencapai 75,3 juta ton GKG.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Hasil Sembiring, mengungkapkan perkiraan produksi tersebut didasarkan pada luas area tanam di tahun ini sebesar 14.314.742 hektar, naik dari tahun lalu 14.115.475 hektar.
"Kalau produksi naik nggak perlu impor. Kan stok banyak, makanya produksi kita genjot terus. Kalau itu terealisasi sekitar 80 persen saja, maka produksi lebih dari cukup untuk minimal tahun 2016," jelas Hasil Sembiring pada konperensi pers di Jakarta, Rabu (2/3) sore.
Hasil memprediksi produksi padi selama empat bulan pertama tahun 2016 diperkirakan mencapai 33,33 juta ton gabah kering giling (GKG).Dengan luas panen diperkirakan akan sebesar 6,2 juta hectare.
Target produksi padi yang ingin diraih sebesar 76,3 juta ton GKG atau naik 1,15 persen dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 75,3 juta ton GKG (ASEM BPS).
Menurut Hasil panen dan produksi padi sudah berlangsung sejak Januari lalu. Jumlahnya masih kecil yakni 2,2 juta ton GKG dengan luas panen sebesar 470.000 Ha. Untuk Februari, terdapat panen padi sebesar 5 juta ton GKG (985.000 ha).
Kemudian, produksi padi bulan Maret ditaksir akan mencapai 13,6 juta ton GKG. Luas areal panennya pun bertambah hampir tiga kali lipat dari bulan sebelumnya yakni 2,47 juta ha.
"Apabila dibandingkan dengan kebutuhan dan produksi padi, maka 2016 mampu berswasembada dan surplus berkelanjutan," ujarnya..
Hasil menambahkan, dengan meningkatnya produksi beras tahun 2016 ini maka Badan Urusan Logistik (Bulog) diminta untuk bisa menyerap beras hingga mencapai angka sekitar empat juta ton pada tahun ini, dimulai sejak masa panen raya yang diperkirakan Maret hingga Mei.
Sementara Direktur Pengadaan Perum Bulog, Wahyu mengatakan, untuk tahun 2016, kita ditargetkan sesuai RKAP agar bisa menyerap hingga sekitar 4 juta ton beras mulai bulan Maret, April dan Mei.
Pada waktu panen raya yang diperkirakan akan jatuh hingga tiga bulan tersebut, dinilai sebagai waktu di mana harga beras lebih murah dari biasanya atau setara dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Karenanya, lanjut Wahyu, pada tahun ini Bulog ditargetkan melakukan pengadaan beras hingga 4 juta ton yang diantaranya 3,2 juta ton untuk pelayanan publik (Public Service Obligation) dan 800 ribu ton beras komersil.
"Selain itu kita juga diminta melakukan pengadaan Gabah Kering Panen (GKP) minimal sebesar 1,25 juta ton," tuturnya.
Terkait dengan waktu yang bersamaan dengan musim hujan saat ini, Bulog memiliki strategi agar bisa melakukan pengadaan gabah dengan volume besar melalui kerjasama dengan beberapa pihak, antara lain dengan sejumlah BUMN yang memiliki mesin pengering berkapasitas 1.500 ton per hari.
Lalu ada pihak swasta yang memiliki fasilitas pengeringan berkapasitas 750 ton per hari, serta BUMD di Indramayu dan Sulawesi Selatan yang memiliki fasilitas serupa dengan kapasitas 500 ton per hari. "Total adanya 2.750 ton kapasitas pengering yang kami miliki per hari saat ini," tuturnya.