Penurunan BI Rate Dorong Pertumbuhan Ekonomi

:


Oleh Amrln, Selasa, 23 Februari 2016 | 21:39 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 184


Jakarta, InfoPublik - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan kebijakan penurunan BI Rate dan GWM Primer dalam Rupiah diharapkan dapat memperkuat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung.

"Pertumbuhan ekonomi 2016 diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran 5,2 sampai 5,6 persen secara tahunan (yoy)," kata Tirta di Jakarta, Selasa (23/2).

Menurut Tirta, momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai terjadi sejak triwulan III 2015, berlanjut ke triwulan IV 2015, antara lain didorong oleh pengeluaran pemerintah. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015 tercatat 5,04 persen (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 4,74 persen (yoy).

"Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015 antara lain didorong oleh peran pemerintah, baik dalam bentuk konsumsi pemerintah maupun investasi infrastruktur, serta penyelenggaraan Pilkada," ujarnya.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 dan 18 Februari 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 7 persen, dengan suku bunga Deposit Facility menjadi sebesar 5 persen dan Lending Facility menjadi sebesar 7,5 persen.

Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam Rupiah sebesar 1 persen, dari 7,50 persen ke level 6,5 persen, berlaku efektif sejak 16 Maret 2016.

Ditambahkannya, keputusan tersebut sejalan dengan ruang pelonggaran kebijakan moneter yang semakin terbuka dengan semakin terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya penurunan tekanan inflasi di 2016, serta meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global.

"Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depan dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi," pungkasnya.