:
Oleh Wandi, Senin, 1 Februari 2016 | 08:21 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 2K
Jakarta, InfoPublik - Tingginya harga daging sapi belakangan ini dipengaruhi langkanya sapi di pasaran. Bahkan, para pedagang daging sapi memilih tak berjualan, karena tingginya harga akibat pasokan yang sulit itu.
Menurut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Pengolahan Makan dan Peternakan Juan Permata Adoe, langkanya daging sapi disebabkan kurangnya suplai. "Minimnya suplai dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari kebijakan pemerintah, hingga kondisi negara pemasok sapi impor," ujar Juan di Jakarta, Minggu (30/1).
Beberapa pekan ini, harga daging sapi melambung pasca berlakunya kebijakan Pejak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen. Meski pada akhirnya kebijakan ini telah dicabut, namun harga daging sapi masih saja tinggi.
Kebijakan pemerintah pada triwulan III-2015 mengenai dipangkasnya 80 persen impor sapi hanya sebesar 50.000 ekor menjadi salah satu penyebabnya. Pemangkasan ini mengurangi stok sapi, sehingga membuat jumlah sapi potong untuk dilakukan penggemukan pun turut berkurang. Dimana untuk penggemukan sapi sendiri diperlukan waktu tiga hingga enam bulan.
"Penggemukan baru panennya sekitar Januari, Februari, Maret. Karena kekosongan di triwulan III, suplai jadi dikit," katanya.
Kondisi minimnya suplai sapi ini, membuat peternak tak berniat untuk menjual sapi di bulan Januari. Menurut Juan, saat ini pertenak lebih memilih untuk memelihara sapi mereka ketimbang menjualnya, sehingga dapat dijual pada saat hari raya Idul Adha. "Peternak Januari enggak mau jualan , tunggu pas lebaran haji," katanya.
Selain itu, kondisi cuara yang sedang terjadi di negara-negara pemasok sapi juga menjadi salah satu faktor penyebab kelangkaan. Saat ini Australia dan Brasil sedang mengalami musim hujan, sedangkan Amerika sedang musim dingin.
Juan menyatakan, umumnya dengan kondisi cuaca demikian negara-negara tersebut tak menjual sapi mereka.