:
Oleh Baheramsyah, Kamis, 28 Januari 2016 | 16:54 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 343
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pertanian sejak awal 2015 telah mengantisipasi dini kemungkinan kekeringan massif diantaranya dengan penyaluran pompa dan alsintan. Langkah inilah yang telah membawa peningkatan produksi.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan, langkah lainnya berupa rehabilitasi embung, long-storage, rehab jaringan irigasi, dan hujan buatan.
Suwandi mengakui program-program tersebut telah menunjukkan adanya peningkatan kinerja tahun 2015.
Berbagai kebijakan 2015 telah terbukti dan terlihat hasilnya di lapangan. Pengadaan dengan pola penunjukan langsung berdampak penyaluran benih dan pupuk tepat waktu.
Kebijakan bantuan benih tidak di lokasi existing akan berdampak pada luas tambah tanam, perbaikan irigasi berdampak meningkatkan indek pertanaman, alsintan mempercepat olah tanam, waktu tanam, panen dan pasca panen, efisiensi biaya dan mengurangi lossis. Pola tanam jajar legowo dan benih unggul meningkatkan produktivitas.
"Dengan demikian pada tahun 2016 optimis produksi padi lebih tinggi dari 2015 berkat program nyata dari pemerintah, bahkan prospek 2016 akan tertinggi dari produksi selama ini. Kita harus optimis, karena optimis itu memberikan spirit dan doa untuk bekerja keras dan berbuat sesuatu yang lebih baik," ujar Suwandi di Jakarta, Kamis (28/1).
Menurutnya, keras semua pihak dalam meningkatkan produksi tahun 2015 pun sudah terbukti. Dengan kondisi El-nino 2015 yang lebih kuat dibandingkan tahun 1997, para petani mampu meningkatkan produksi 74,99 juta ton GKG naik 5,85 persen dibandingkan tahun 2014 (data BPS Angka Ramalan-II 2015).
"Bila dibandingkan kekeringan tahun 1997 Indonesia mengimpor beras 1998 sebesar 7,1 juta ton untuk memenuhi konsumsi pangan, maka tahun 2015 penduduk belum mengonsumi beras medium dari impor," kata Suwandi.
Dikatakan, dengan kenaikan anggaran 100 persen, tahun 2014 anggaran Kementan 16 Triliun dan 2015 naik menjadi 32 Triliun, menurut Suwàndi digunakan untuk menstransformasi pertanian dari pola konvensional kè pertànian modern, memang perlu pembenahan dan anggaran yang besar.
"Merubah kebiasaan bertani konvensional yang digeluti 70 tahun kè modern, inilah tahun 2015 sebagai tonggak bangkitnya modernisasi pertanian," tutupnya.