Contoh Baik Tata Kelola Sampah Laut Indonesia di KTT AIS Forum

: Pekerja memotong plakat cinderamata terbuat dari limbah plastik di salah satu Bank Sampah. ANTAR FOTO/Sulthony Hasanuddin/Spt.


Oleh lsma, Kamis, 12 Oktober 2023 | 19:11 WIB - Redaktur: Untung S - 292


Badung, InfoPublik - Program ekonomi biru Bulan Cinta Laut (BCL) menjadi salah satu strategi yang disodorkan Indonesia di perhelatan Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023 di Bali pada 9-11 Oktober 2023, untuk menjadi contoh baik mengatasi persoalan sampah laut.

Program yang diampu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang berjalan sejak awal 2022 tersebut menginspirasi sejumlah pihak untuk berinovasi mengelola sampah agar tidak berakhir mencemari lautan.

Di Kota Padang, Sumatra Barat, sebagian masyarakat, termasuk para nelayan saat ini berebut mengumpulkan sampah karena dapat ditukarkan menjadi tabungan maupun koin emas. Sajameh merupakan program inovatif yang mengakomodir konversi sampah menjadi emas tersebut.

"Dimulai dari pelaksanaan BCL tahun lalu di Kota Padang, di situ muncul inisiatif Pak Kepala Pelabuhan mengembangkan program Sajameh di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus," ungkap Direktur Bank Sampah Unit Sajameh Melly Masrul. 

Sajameh merupakan singkatan dari sarok jadi ameh yang dalam bahasa minang berarti sampah menjadi emas. Program ini mulai berjalan pada Maret 2023, mengusung konsep serupa program BCL yakni membangun ekonomi sirkular di tengah masyarakat dengan komoditas utama sampah.

PPS Bungus pun menyiapkan bank sampah untuk menampung sampah-sampah yang dikumpulkan oleh masyarakat, nelayan, hingga petugas kebersihan yang bekerja untuk pelabuhan. Oleh tim Sajameh, sampah dipilah sesuai kategorinya antara lain logam, kertas, plastik, minyak bekas pakai, produk tekstil, hingga sampah organik seperti daun, ranting pohon. 

Melly menerangkan, nilai sampah meningkat saat sudah dipilah. Selain harganya yang lebih tinggi, jenis sampah yang dijual menjadi beragam. Sebagai contoh satu botol air mineral jika dipilah bisa menjadi beberapa bagian yakni botolnya saja, tutup botol, serta plastik mereknya.

"Harga botol kemasan kalau tidak dipilah sekitar Rp700 rupiah per kilogram. Sedangkan kalau sudah dipilah bisa mencapai Rp3 ribu rupiah. Itu baru botolnya, tutupnya bisa dijual terpisah, begitu pun plastiknya," beber Melly.

Sampah yang sudah dipilah selanjutnya diserahkan ke PT Semen Padang dan bank sampah utama Panca Daya yang memiliki kerja sama dengan PT Pegadaian. Dua pihak inilah yang membayar nilai sampah menjadi tabungan emas dan emas murni. 

Melly menerangkan, PPS Bungus berperan memfasilitas dengan menyiapkan bank sampah, pencatatan sampah yang dijual, serta transportasi pengangkutan. Sedangkan hasil penjualan sampah dilakukan langsung oleh PT Pegadaian dan PT Semen Padang ke akun masing-masing nasabah Sajameh.   

Program Sajameh diakuinya berhasil mereduksi 18 ton sampah setiap minggunya, yang berasal dari sampah rumah tangga masyarakat maupun sampah yang dihasilkan oleh aktivitas pelabuhan. 

Pelaksanaan program Sajameh sekaligus menjadi upaya PPS Bungus membantu Pemda Kota Padang mengentaskan persoalan sampah. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup, masyarakat Kota Padang menghasilkan lebih dari 600 ton sampah setiap harinya. Jumlah tersebut menjadi yang terbesar di Sumatera Barat. 

Pemda bahkan memperkirakan tempat pembuangan akhir sampah mengalami overload pada tahun 2026. "Wali Kota sudah memberi warning di 2026 TPA penuh. Itu tinggal menghitung waktu sebenarnya. Kalau kita tidak pilah pasti itu akan terjadi," tegasnya.  

Beberapa bulan berjalan, program Sajameh terbukti membuahkan hasil. lebih dari 20 koin emas ukuran mini didapat para pekerja kebersihan pelabuhan yang menjadi tim Sajameh. Di samping itu, tim Sajameh juga memanfaatkan sampah organik untuk budidaya magot yang dilakukan di area bank sampah. 

Jasni, petugas kebersihan PPS Bungus mengungkapkan kegirangannya saat mendapati sampah-sampah yang dikumpulkan dan dipilahnya bersama rekan-rekannya berbuah kepingan emas. 

Wanita yang sudah puluhan tahun bekerja di pelabuhan tersebut saat ini menjadi lebih peduli terhadap sampah. Mimpinya suatu saat bisa berangkat ke Tanah Suci dari usahanya mengumpulkan sampah.  

"Setelah ada Sajameh kalau misalnya ada acara atau ada sampah, saya pilah dimasukin ke karung biar banyak. Sekalian saya kerja di pelabuhan, saya bisa nabung sampah juga. Harapan saya suatu saat bisa umroh," harapnya.

Sepanjang Juli hingga September 2023, program BCL mengumpulkan sekitar 140 ton sampah hasil pelaksanaan di 18 kabupaten/kota Indonesia. (TR/Elvira Inda Sari)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB HULU SUNGAI UTARA
  • Jumat, 13 September 2024 | 03:22 WIB
1.098 Santri TPA/TPQ Ikuti Wisuda
  • Oleh MC KAB BANGGAI KEPULAUAN
  • Jumat, 16 Agustus 2024 | 15:29 WIB
Aksi BCL Ajak Masyarakat Banggai Kepulauan Jaga Kebersihan Pantai dan Laut
  • Oleh MC KAB AGAM
  • Selasa, 6 Februari 2024 | 04:29 WIB
Daya tampung TPA Cumateh Sudah Mencapai 65 Persen
  • Oleh Tri Antoro
  • Kamis, 14 Desember 2023 | 18:18 WIB
Peresmian TPA di Jatim Bantu Atasi Permasalahan Sampah di Tiga Kabupaten