Respon Perubahan Iklim, RI-Selandia Baru Kerja Sama Energi

:


Oleh Eko Budiono, Selasa, 16 November 2021 | 07:40 WIB - Redaktur: Untung S - 705


Jakarta, InfoPublik - Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru membangun kemitraan di bidang transisi energi, terutama untuk merespons perubahan iklim.

Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, melalui keterangan tertulisnya usai pertemuan bilateral dengan Menlu Selandia Baru, Nanaia Mahuta, Senin (15/11/2021).

“Salah satu kerja sama yang dapat dikembangkan adalah di bidang geothermal atau panas bumi” kata Menlu Retno.

Kemitraan kedua negara di bidang energi telah ditunjukkan antara lain melalui pembangunan “Flores Geothermal Island” di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dan pembangunan jaringan pipa di Provinai Maluku dalam kerangka New Zealand-Maluku Access to Renewable Energy Support (NZMATES) atau Akses Selandia Baru-Maluku  Menuju Dukungan Energi Terbarukan.

Program “Flores Geothermal Island” ditujukan untuk menghadirkan energi bersih bagi masyarakat setempat, mengingat kebutuhan energi listrik di Pulau Flores, khususnya Manggarai Barat, akan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk serta pertumbuhan ekonomi, industri, dan pariwisata.

Proyek panas bumi dikembangkan di daerah tersebut karena potensinya mencapai 910 MWe (megawatt electrical), yang terdiri dari sumber daya sebesar 398 MWe dan cadangan sebesar 524 MWe. Dengan demikian, Pulau Flores dinilai dapat menjadi pelopor untuk pengembangan energi bersih.

Guna mendukung tujuan Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan pasokan energi terbarukan dalam bauran energinya, Menlu Selandia Baru Nanaia Mahuta mengumumkan bantuan pendanaan sejumlah 6 juta dolar AS (sekitar Rp85,2 miliar) selama lima tahun di bawah kemitraan baru dengan Global Green Growth Institute.

Organisasi pembangunan internasional antarpemerintah itu bertujuan mempromosikan pertumbuhan hijau, yang mensyaratkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.

“Ini akan memberikan kontribusi dukungan internasional yang penting bagi Indonesia untuk mempercepat transisinya ke energi terbarukan dan kerja sama berkelanjutan di sektor energi terbarukan,” tutur Menlu Mahuta.

Selain di bidang energi, Indonesia juga mengajak Selandia Baru mempererat kerja sama untuk percepatan pemulihan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.

Pada September 2021, tren perdagangan bilateral kedua negara naik 37 persen year-on-year (YoY) dan mencapai 1,25 miliar dolar AS (sekitar Rp17,7 triliun).

Namun, Menlu Retno menekankan bahwa kerja keras kedua pihak diperlukan untuk mencapai target nilai perdagangan 2,8 miliar dolar AS (sekitar Rp39,8 triliun) pada 2024.

“Saya sampaikan pentingnya perdagangan bilateral yang lebih seimbang. Oleh karena itu, saya meminta kepada Selandia Baru untuk dapat membuka akses pasar bagi produk buah-buah tropis Indonesia dan penguatan investasi dan program peningkatan kapasitas di bidang pertanian dan peternakan di Indonesia,” tutur Menlu Retno.

Lebih lanjut, Menlu Retno menyampaikan harapannya agar kerja sama perdagangan seperti ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dapat dimanfaatkan untuk mendorong perdagangan dan investasi.
 
Sebelumnya, Selandia Baru menyampaikan pihaknya siap membantu Indonesia menguatkan industri panas bumi dalam negeri yang salah satunya terwujud dalam Rencana Aksi Kemitraan Komprehensif Indonesia-Selandia Baru 2020-2024.

Pernyataan itu disampaikan oleh kantor dagang dan usaha Selandia Baru (NZTE) melalui pernyataan tertulis.

“Rencana aksi itu berisi kesepakatan memperbarui fokus terhadap prioritas kerja sama bilateral, termasuk di bidang energi terbarukan, dan mengeksplorasi peluang baru,” terang NZTE.

NZTE merupakan lembaga pemerintah yang bertugas membantu menghubungkan perusahaan di Selandia Baru dengan investor di berbagai negara. Di Indonesia, NZTE membangun kemitraan dengan ragam pemangku kepentingan dan menyediakan berbagai informasi serta jejaring terkait investasi.
 
(Foto: ANTARA)