Jamu, Kian Populer di Tengah Pandemi

:


Oleh Taofiq Rauf, Sabtu, 24 April 2021 | 14:34 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 900


Jakarta, GPR News - Pandemi virus Corona atau COVID-19 belum berakhir. Bahkan yang teranyar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menyebut kemungkinan besar pandemi akan bergeser ke endemik. Artinya, Covid-19 akan berada di bumi untuk jangka waktu yang lama di tengah populasi manusia seperti halnya virus influenza.

Jika itu terjadi, maka warga Indonesia pun harus siap hidup bersama dengan virus yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China itu. Lalu bagaimana agar masyarakat tetap produktif dan tetap menjaga daya tahan tubuhnya?

Nah, saat ini pemerintah telah melaku-kan vaksinasi terhadap warganya secara bertahap. Dari mulai tenaga kesehatan, aparat keamanan, pegawai negeri, para guru, lanjut usia, hingga pedagang. Di-harapkan akhir tahun ini proses vaksinasi dapat segera selesai.

Di satu sisi, banyak juga cara yang dila-kukan oleh masyarakat agar mereka tetap fit sehingga daya tahan tubuhnya tetap terjaga. Salah satunya yakni dengan memi-num ramuan tradisional, jamu. Setiawuri (40 tahun), adalah salah satu yang rutin minum jamu sejak pandemi Covid-19. “Sudah setahun terakhir sejak awal pandemi saya minum,” ujarnya kepada GPR News.

Wuri mengaku membuat sendiri jamu dari rempah-rempah. Biasanya campuran jamu yang ia buat terdiri dari jahe, kunyit, sereh, dan lemon. Semua rempah terse-but direbus dan ditambahkan gula aren. “Resep ini saya dapat dari dokter,” tutur salah seorang guru di Kota Tangerang itu.

Khasiat dari ramuan ini adalah untuk meningkatkan imunitas tubuh. Tak hanya itu, jika badan lagi kurang enak seperti mau kena flu, kemudian minum ramuan tersebut, maka bisa lekas pulih. Wuri pun biasa meminum ramuan itu setiap pagi.

”Kalau lagi kurang enak bisa pakai jahe emprit yang pedes, kalau lagi biasa, bisa pakai jahe merah atau jahe biasa,” tutur-nya

Selain itu, ramuan lain yang biasa ia konsumsi adalah kunyit asem. Jamu ini juga bagus untuk meningkatkan imunitas tubuh di tengah pandemi. Campurannya kunyit, asem mentah, daun asem, dan di-tambah gula batu. “Biasanya daun asem saya ambil di sekolah,” tutur wanita yang hobi bersepeda itu.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Anhar Hidayat (57 tahun). Dalam menjaga daya tubuh, ia membiasakan minum ramuan yang biasa orang tuanya dulu kon-sumsi.

Pria yang kerap disapa Kong Aan ini mengonsumsi jahe, kunyit dan kencur untuk imunitasnya. Selain untuk mem-berikan daya tahan tubuh, minuman tra-disional ini juga dipercaya Kong Aan bisa memberikan manfaat baik untuk tubuh.

“Jauh sebelum awal Covid-19 tahun 2020 memang sudah menjadi rutinitas meminum minuman tradisional ini, kare-na memang dari turun temurun, dan man-faatnya juga bikin badan sehat, dan tetap fit,” ujar Kong Aan ketika berbincang de-ngan majalah GPR News, Kamis (4/3).

Bahan-bahan tersebut, kata dia me-mang dapat meningkatkan imunitas pada tubuh. Jika tubuh sehat, maka segala ma-cam penyakit atau virus yang masuk ke tu-buh bisa dinetralisir. “Saya mah yakin bila konsumsi ini memang bisa membuat daya tahan tubuh, karena bukan baru saat pan-demi saja ya, dari rahasia turun temurun. Bila minum tradisional ini dianggap bisa menangkal virus, nah itu kita gak tahu, tapi yang pasti kaya manfaat,” jelas ketua RT12/010 Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat ini.

Sementara itu, Bejo di usianya yang sudah 65 tahun juga rutin minum jamu. Ia minum ramuan empon-empon seperti jahe, kunyit, dan kencur setiap pagi agar bisa menangkal virus. Jamu ini pulalah yang membuat dirinya bisa tetap bugar saat menjalani aktivitas di pasar.

“Ya kalau bicara soal manfaat atau tidak, yang pasti sangat bermanfaat, karena jahe bisa bikin hangat, dan kencur bisa membuat organ di dalam tubuh seperti pernafasan agak plong, kalau memang mengonsumsi ini ya,” kata penjual bumbu dapur di Pasar Baru Bekasi kepada GPR News.

Bejo mengaku minum jamu tak hanya saat musim Corona seperti sekarang, tapi sudah sejak lama. Ia pun mencontohkan para orang tua dulu yang daya tahan tu-buhnya tetap bugar dan tak layu.

Semakin banyaknya orang yang mi-num jamu membuat permintaan terha-dap rempah semain meningkat. Di Kota Bekasi misalnya, banyak warga yang masih memburu obat-obatan tradisional itu.

Mereka memburu kunyit, jahe dan kencur. Seperti yang diakui pedagang bumbu dapur Shahlan (47). Di lapaknya, bumbu dapur yang kerap diburu seperti jahe, kencur dan kunyit habis bahkan tak memiliki stok.“Masih sampai sekarang, meski tak seperti pada awal-awal adanya virus Corona, sekarang yang karena su-dah menjadi kebiasaan untuk menyetok mungkin,” jelas dia.

Saat awal pandemi, jahe merah sempat diburu oleh pembeli karena diang-gap mampu menangkal dan mengobati COVID-19. Namun belakangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengklarifikasi.

Dalam keterangan di laman Facebooknya, LIPI menegaskan tak ada bukti bah-wa jahe merah bisa mengobati Covid-19. Namun jahe merah memang memiliki kemampuan sebagai immunomodulator untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia. “Efek inilah yang bermanfaat dalam pencegahan dan membantu dalam pemulihan dari virus Corona,” jelas Mas-teria Yunovilsa Putra, Kepala Kelompok Penelitian Center for Drug Discovery and Development, Pusat Penelitian Biotekno-logi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indone-sia saat awal munculnya pandemi.

Kandungan jahe merah khususnya gi-ngerol dan shogaol merupakan senyawa yang bertanggung jawab atas efek immu-nomodulator. Selain itu, jahe merah juga memiliki efek antiinflamasi dan antiok-sidan. “Secara umum, virus Corona me-miliki gejala peradangan berlebih pada paru-paru. Dengan aktivitas antiinflamasi yang dimiliki oleh jahe merah, dapat me-redakan gejala tersebut,” ujar Masteria.

Selain itu, jahe merah juga memiliki beberapa aktivitas farmakologis lainnya. Seperti menurunkan tekanan darah, an-tibakteri, menurunkan asam urat, hepa-toprotektor, menurunkan kadar koles-terol, aprodisiak, pencegahan penyakit kronis degeneratif seperti penyakit kardi-ovaskular dan diabetes pada lansia.

Keanekaragaman hayati

Kepala Badan Pengawas Obat dan Ma-kanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan, Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati yang menjadi peluang besar untuk dikembangkan, dan dijadikan produk inovasi untuk diteliti da-lam memberi kontribusi untuk menangani COVID-19.

“Beberapa contoh herbal yang bisa dimanfaatkan antara lain kunyit, jahe merah, temulawak, meniran, jambu biji, daun sembung dan sambiloto, yang dapat dimanfaatkan sebagai imunomodulator,” kata dia.

Saat ini, diakui Penny, BPOM siap memfasilitasi dan mendampingi para peneliti dan pelaku usaha yang ingin berkontribusi dalam pengujian klinik obat herbal dan suplemen kesehatan untuk menang-kal Covid-19. “Karena virus ini dapat dicegah apabila tubuh memiliki daya imun yang kuat, gaya hidup sehat dan mental yang baik,” kata Kepala BPOM Penny K Lukito kepada wartawan seperti dikutip dari Antara.

Sebetulnya tidak hanya Indonesia saja yang memiliki ramuan tradisional untuk menjaga kesehatan tubuh atau mengobati penyakit. Baru-baru ini China telah menyetujui tiga obat tradisional China (TCM) untuk dijual guna membantu mereka yang terpapar COVID-19. Persetujuan itu disampaikan oleh Badan Nasional untuk Produk Medis China, Rabu (3/3/2021).

Seperti dilansir laman CNN, badan tersebut menyetujui penggunaan khu-sus tiga produk untuk memberikan opsi lebih banyak dalam penanganan pasien Covid. “Produk herbal ini dibuat dalam bentuk butiran dan berasal dari resep China kuno,” ujar pernyataan badan tersebut.

Baca dan download lengkapnya di Edisi 3 GPR News dihttp://www.gprnews.id/books/vpfj