:
Oleh Taofiq Rauf, Jumat, 10 Februari 2023 | 11:52 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 1K
Jakarta, GPRNews - Beragam analis menilai bahwa tahun 2023 bukanlah tahun yang mudah. Tekanan ekonomi global masih akan membayangi Indonesia pada tahun ini. Perang Rusia versus Ukraina, rezim suku bunga tinggi, pertarungan politik AS-China di Indo Pasifik merupakan faktor risiko eksternal yang bisa menghambat ekonomi RI ke depan.
Sementara di dalam negeri, tahun politik jelang pemilu 2024, menjadi tantangan sekaligus peluang. Mengapa disebut tantangan? Karena pada tahun ini risiko gesekan politik lebih kencang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Tahun politik juga bisa disebut peluang karena perputaran uang pada masa-masa ini sangat besar sehingga dapat mendongkrak konsumsi rumah tangga. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan RI pada 2023 sebesar 4,8 persen atau sedikit melemah dibandingkan perkiraan awal 5,2 persen. Sementara IMF memperkirakan angka pertumbuhan RI 5 persen atau masih di bawah dari target dalam asumsi makro APBN 2023 sebesar 5,3 persen.
Presiden Joko Widodo tetap yakin dan optimistis pertumbuhan RI akan tetap berada di atas lima persen. Wakil Presiden Ma’ruf Amin pun memiliki optimisme yang sama bahwa kondisi ekonomi Indonesia akan berada di tren positif.
Ada lima alasan mengapa Indonesia tetap optimistis memandang 2023. Pertama yakni dengan dicabutnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlaku hampir dua tahun. Pencabutan PPKM secara de jure ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 sudah benar-benar terkendali. Masyarakat bisa beraktivitas dengan bebas seperti sebelum pandemi Covid-19.
Tidak ada kewajiban tes Covid-19 untuk perjalanan serta tak ada batasan untuk jumlah berkumpul. Penggunaan masker juga sudah jauh dilonggarkan. Beragam aturan yang membatasi kegiatan ekonomi sudah dicabut.
Kedua, Indonesia memiliki basis ekonomi cukup baik pada 2022. Meski ekonomi global pada tahun lalu terguncang cukup hebat, namun Indonesia tetap bisa tumbuh impresif. Hal itu terlihat dari lonjakan ekspor RI, surplus neraca perdagangan hingga 31 kali beruntun, penerimaan pajak yang tumbuh impresif serta defisit yang berhasil ditekan.
Hilirisasi industri yang digaungkan pemerintah sejak beberapa tahun terakhir telah berhasil mendongkrak penerimaan negara. Pada 2023, negara-negara Eropa seperti memang masih akan menggugat kebijakan hilirisasi tersebut. Namun Presiden Jokowi menegaskan bahwa hilirisasi akan berlanjut dan 2023 diberlakukan buat bauksit.
Ketiga, pengalaman Indonesia dalam setiap pemilu lima tahunan juga bisa menjadi bekal untuk menjaga stabilitas di tahun politik. Guncangan-guncangan yang terjadi selama masa kampanye pada akhirnya nanti akan cair kembali. Pada 2019, kerusuhan sempat terjadi pasca pengumuman hasil pilpres. Namun kejadian itu diharapkan tidak terjadi lagi pada tahun ini dengan beragam antisipasi yang dilakukan. Kementerian Kominfo misalnya, gencar untuk memberantas hoaks di ranah dunia maya.
Kementerian Kominfo juga bergandengan dengan polisi dalam melakukan penindakan terhadap mereka yang menyebarkan kabar sesat atau disinformasi di media sosial.
Keempat, pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Rangkaian pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo selama dua periode menjabat telah dirasakan hasilnya baik dari sisi percepatan distribusi barang maupun kecukupan ketersedian pangan. Pembangun bendungan, embung, dan saluran irigasi membantu Indonesia mencapai swasembada beras.
Kelima yakni reformasi regulasi. Langkah pemerintah melakukan deregulasi kebijakan mempengaruhi percepatan pelayanan publik. Hambatan perizinan yang selama ini menjadi batu sandungan telah dipangkas. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang berkontribusi 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) sekarang bisa dengan mudah mengurus izin tanpa harus ke kantor kelurahan.
Dengan bekal lima kekuatan tersebut maka sudah sepatutnya Indonesia optimistis dalam menghadapi 2023. Namun kendati optimistis, pemerintah harus tetap menyiapkan ruangan untuk waspada. Karena ada faktor-faktor tak terduga yang bisa saja terjadi ke depan. Pandemi berulang, bencana, perang atau guncangan lain yang bisa menghantam stabilitas dunia. Pastinya, Indonesia harus siap dengan beragam risiko tersebut. (redaksi GPRNews)
Baca dan download GPRNews Edisi I 2023 selengkapnya di: https://www.gprnews.id/books/vdpn/