:
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Rabu, 15 Juni 2022 | 14:22 WIB - Redaktur: Untung S - 469
Jakarta, Infopublik - Pentingnya investasi di bidang teknologi dalam mengelola krisis sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, dengan begitu percepatan pemulihan ekonomi tanah air dapat terwujud. Ketika berbicara mengenai krisis di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, semua perlu memahami konteks dari krisis itu sendiri, karena jenis krisis beragam. Mulai dari krisis alam, buatan manusia, ekonomi, politik, terorisme, hingga perubahan iklim.
Hal itu diungkapkan, Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakebaparekraf) saat menghadiri acara “UNWTO Ministerial Roundtable on Tourism Resilience through Innovation and Digitalization in Asia and the Pacific” di CROSSROADS Maldives.
“Dampak dan risiko krisis ini dapat mengganggu jalannya kegiatan pariwisata dan bahkan membuat industri ini mundur selama beberapa tahun. Jadi ketika kita berbicara tentang teknologi apa yang harus kita investasikan untuk meningkatkan ketahanan pariwisata, saya percaya kita harus mulai berinvestasi dalam pencegahan krisis. Karena pencegahan lebih baik daripada penyembuhan atau pemulihan ketika krisis itu datang,” kata Wamenparekraf Angela, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Rabu (15/6/2022).
Investasi di bidang teknologi ini dapat berupa sistem peringatan dini terhadap krisis alam di destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif. Selain itu juga perlu adanya pembangunan infrastruktur yang kokoh dan kuat guna mengantisipasi potensi bahaya. “Tentu saja, teknologi platform komunikasi terintegrasi untuk dapat menyebarluaskan informasi secara efektif dalam menghadapi keadaan darurat,” ujar Wamenparekraf.
Angela menjelaskan, dalam menghadapi krisis perubahan iklim, Kemenparekraf telah bekerja sama dengan pelaku industri untuk memperkenalkan teknologi baru yakni aplikasi carbon footprint calculator dan offsetting untuk para wisatawan guna mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Program carbon footprint calculator (CFPC) merupakan upaya Kemenparekraf dalam melakukan pengimbangan nilai emisi yang telah dihasilkan, dengan menyerap jejak karbon demi membantu mencegah dampak buruknya pada iklim.
“Sehingga traveler bisa memilih untuk bepergian dengan lebih bertanggung jawab saat berkunjung ke Indonesia. Kami juga melakukan investasi teknologi lainnya untuk mengurangi penyebab bencana, seperti energi bersih, transportasi hijau, ekowisata, dan pengelolaan sampah,” kata Wamenparekraf.
Selain itu, Kemenparekraf juga mendorong pelaku UMKM untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi diri agar bisa masuk ke dalam ekosistem ekonomi digital. Karena seperti yang diketahui bersama, pandemi COVID-19 membuat mobilitas masyarakat jadi terbatas, kegiatan perdagangan pun sempat terhenti. Salah satu solusi untuk keluar dari krisis tersebut dengan mengandalkan digitalisasi yang berkembang sangat pesat di tengah pandemi. Dan pelaku usaha mau tidak mau harus mampu memanfaat peluang ini.
“Hingga saat ini, kami telah berhasil melakukan on boarding 18,5 juta pelaku UMKM ke platform digital. Sehingga mereka dapat memperluas pasar mereka secara lokal, nasional, dan internasional. Dan ini penting bagi Indonesia karena UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia, dan teknologi dapat membantu mereka dengan efisiensi,” ujar Wamenparekraf.
Foto: Dok Birkom Kemenparekraf