:
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Rabu, 6 Juli 2022 | 16:27 WIB - Redaktur: Untung S - 2K
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Keratif (Kemenparekraf) tengah melakukan kajian pemberian insentif bagi rumah produksi, untuk melakukan syuting di berbagai destinasi tanah air.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahudin Uno, dalam keterangan resmi yang diterima InfoPublik, Rabu (6/7/2022) mengatakan, insentif itu dipercaya akan memberikan dampak luas bagi kebangkitan ekonomi dan terbukanya lapangan kerja.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), bahwa harus ada peraturan dan regulasi untuk pemberian insentif kepada PH (Production House) baik lokal maupun dari asing, terutama yang membawa kru banyak dan berdampak positif terhadap ekonomi untuk melakukan syuting di Indonesia," kata Menparekraf Sandiaga Uno.
Ia mengatakan nantinya pembahasan juga akan melibatkan pihak-pihak lain seperti Badan Perfilman Indonesia melalui Komisi Film Daerah, yang selama ini terus mempromosikan Indonesia untuk menjadi lokasi syuting.
"Dan juga konsultan dan seluruh ekosistem yang terlibat. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan satu rumah produksi untuk syuting di satu lokasi, terutama terkait dengan efisiensi biaya produksi dan kepastian perizinan. Karena banyak yang mengeluh juga, jangankan PH asing, produser lokal juga banyak yang mengeluh karena harus keluar biaya pengamanan, biaya ketertiban, biaya kebersihan, dan lain sebagainya. Akhirnya semua menumpuk dan mengakibatkan biaya yang tinggi untuk syuting film di suatu lokasi," kata Sandiaga.
Padahal kekuatan film sebagai salah satu sarana promosi pariwisata dan ekonomi kreatif sangat tinggi. Seperti film "Eat, Pray and Love" yang pada 2010 mengambil lokasi syuting di Bali dan melibatkan aktor-aktris tanah air.
Film yang dibintangi Julia Roberts itu kemudian tayang di seluruh dunia dan menjadi sarana promosi yang sangat efektif bagi Bali.
"Dampaknya kunjungan ke Bali khususnya kawasan Ubud meningkat tajam, terutama berkaitan dengan gastronomi karena di situlah ada Ubud Food Festival ke depan. Juga film 'Ngeri-Ngeri Sedap' yang syuting di Danau Toba, itu sangat luar biasa dampaknya terhadap pariwisata," kata Menparekraf Sandiaga.
"Saya harapkan ini yang bisa kita tindak lanjuti dengan langkah kolaborasi agar lebih banyak lagi film-film dunia, kelas internasional bisa datang ke sini karena akan bisa jadi sebuah ajang promosi untuk produk pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia," ujar Sandiaga.
Terkait film "Ticket to Paradise" yang belakangan viral karena dalam ceritanya mengangkat latar Bali namun tidak mengambil lokasi syuting di Pulau Dewata, Menparekraf mengatakan bahwa pihaknya sebelumnya telah mendapatkan komunikasi dari rumah produksi film tersebut yang meminta dukungan fasilitasi.
Namun saat itu, dikatakan Sandiaga, kondisi COVID-19 terutama di Bali masih dalam tahap PPKM tinggi. Sehingga tidak memungkinkan untuk mengambil kegiatan syuting film di beberapa lokasi karena kekhawatiran akan penyebaran COVID-19.
"Permintaan berkaitan dengan insentif dan lain sebagainya yang sebetulnya dimungkinkan tapi butuh pembahasan yang lebih dalam lintas kementerian/lembaga. Oleh karena itu, saat itu saya sampaikan kalau memfasilitasi dari segi visa, kemudahan dari segi perizinan syuting kami sanggup, tapi karena (kondisi) COVID-19, kami harus patuh terhadap keputusan Satgas," kata Menparekraf Sandiaga.
Lanjut Sandi, hal tersebut memberikan pemahaman ke depan untuk kemudian menciptakan ekosistem perfilman yang baik.
"Tapi yang menarik pada akhirnya kita mendapatkan banyak manfaat tanpa harus memberikan insentif, karena cerita film ini tentang Bali. Jadi dari segi promosi kita banyak mendapat manfaat menurut saya. Karena yang dipromosikan adalah Bali, yang dipromosikan adalah destinasi unggulan kita, Bali yang sangat butuh dorongan dari peningkatan jumlah wisatawan," ujar Menparekraf Sandiaga.
Menparekraf Sandiaga kemudian mengajak pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dapat menyiapkan atraksi-atraksi menarik yang utamanya dalam konsep pariwisata berkualitas dan berkelanjutan.
"Kalau kita lihat dari trailernya 'kan ada menanam rumput laut, mungkin nanti kita harus tawarkan kegiatan-kegiatan pariwisata, produk-produk wisata yang juga berkelanjutan seperti menanam mangrove, restorasi terumbu karang, dan kegiatan yang berdampak positif terhadap lingkungan lainnya," kata Sandiaga.
Foto: Dok Birkom Kemenparekraf