:
Oleh MC Kab Aceh Tengah, Kamis, 8 April 2021 | 13:37 WIB - Redaktur: Kusnadi - 16K
Oleh : Fathan Muhammad Taufiq *)
Aceh Tengah, InfoPublik - Fenomena “Back to Nature” yang belakangan menjadi tren dalam pemilihan produk pangan dan hasil pertanian lainnya, telah memicu kecenderungan konsumen yang menghendaki produk-produk yang bebas dari bahan-bahan kimia. Hal tersebut mengharuskan para petani untuk mengurangai atau bahkan meniadakan bahan kimia dalam proses produksi baik dalam penggunaan pupuk maupun pestisida.
Berdasarkan laporan dari FAO (Food and Agriculture Organisation) penggunaan pestisida kimia sudah dalam taraf menghawatirkan keselamatan konsumen. Residu bahan kimia yang terkandung dalam produk pertanian sudah jauh diambang batas dan sudah dalam tatap membahayakan keamanan pangan (food scurity ).
Untuk itulah, sudah saatnya para petani beralih menggunakan pestisida organik (Bio Pestisida) yang sebenarnya banyak terdapat disekitar kita. Penggunaan bio pestisida, adalah alternatif paling aman untuk mewujudkan pertanian organik, karena pestisida organik ini nyaris tidak menimbulkan dampak bahaya (hazard effect) baik bagi konsumen maupun bagi lingkungan.
Sebenarnya para petani bukannya tidak mau menggunakan bahan-bahan organik dalam kegiatan usaha tani mereka, namun minimnya pengetahuan petani tentang tumbuhan atau tanaman yang bisa dijadikan sebagai pestisida nabati serta kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh para penyuluh pertanian, menyebabkan penggunaan bio pestisida ini masih sangat terbatas. Padahal, para petani dapat membuat sendiri pestisida tersebut, tentunya de gan bimbingan para penyuluh, karena bahan untuk membuat pestisida alami tersebut sebenarnya banyak sekali terdapat disekitar kita. Selain mudah, murah dan efektif, penggunaan bio pestisida tidak berdampak kepada kerusakan lingkungan atau dengan kata lain bio pestisida ini ramah lingkungan.
Seiring dengan tren konsumen yang berkembang belakangan ini, yang menghendaki produk-produk pangan dan pertanian organik, penggunaan bio pestisida ini sangat cocok untuk diterapkan oleh para petani, karena produk pertanian yang akan mereka hasilkan nanti, benar-benar organik dan tentunya aman dikonsumsi oleh para konsumen. Selain itu, menggunakan bio pestisida juga akan menekan biaya produksi, sehingga profit margin yang akan diperoleh petani dari aktifitas usaha tani mereka akan semakin besar, Artinya penggunaaan material organik dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Untuk membantu para petani mengenali jenis-jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat bio pestisida, berikut ini saya tampilkan beberapa contoh tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh para petani dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman secara aman, murah dan ramah lingkungan :
Tanaman sangat mudah didapatkan dimana-mana, beberapa tahun yang lalu tanaman ini sering digunakan orang untuk meracun ikan. Tapi sebenarnya tanaman yang biasa tumbuh liar di inggiran hutan ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan organic untuk memnegndalikan hama dan penyakit tanaman.
Kandungan racun berupa Rocetone, Deguelin dan Toxicarol dalam tanaman ini (khususnya bagian akar) sangat efektif untuk mengendalikan berbagai hama tanaman seperti jenis serangga, berbagai jenis ulat, tungau, lalat buah dan mollusca (jenis siput-siputan, keong mas dll).
Caranya pembuatannya pun sangat mudah yaitu bagian akar Tuba dihaluskan kemudian dicampur dengan air dan disemprotkan pada tanaman yang terserang hama. Untuk efektifitas penggunaan pestisida jenis ini cukup ditambahkan bahan perekat. Meskipun mengandung racun, namun ekstrak Tuba tidak akan diserap oleh tanaman, sehingga produk tanaman yang dihasilkan tetap aman dikonsumsi, setelah dicuci bersih tentunya.
Tanaman sejenis mindi ini beberapa waktu yang lalu dipercaya orang sebagai obat dari berbagai pnyakit manusia, meskipun hal ini sudah terbantah secara medis. Tanaman Mimba memiliki batang keras dan dapat tumbuh dimana saja, tinggi tanaman ini bisa mencapai 3 meter dan memiliki banyak cabang, berdaun kecil dan buahnya berwarna hijau berbentuk bulat kecil, Buah Mimba biasanya berada di ujung-ujung cabang atau ranting, dan tiap tangkainya bisa berisi puluhan buah.
Kandungan bahan aktif Azadirachtin dan Salanin pada daun dan biji Mimba dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa hama dan penyakit tanaman seperti Ulat, Kepik, Tungau, jamur, Bakteri dan Nematoda. Dapat diaplikasikan pada semua jenis tanaman budidaya baik tanaman perkebunan, tanaman pangan maupun hortikultura.
Cara membuat dan menggunakannyapun sangat mudah, haluskan daun atau biji Mimba campurkan dengan daun Tembakau, larutkan dengan air dan diamkan selam 1 malam kemudian semprotkan pada tanaman yang terserang hama atau penyakit. Karena sifatnya alami dan tidak memiliki efek samping, penggunaan bio pestisida berbahan Mimba ini dapat digunakan setiap saat terjadi serangan hama atau penyakit tanaman.
Tanaman ini merupakan jenis tanaman liar yang mudah ditemui disekitar kebun atau pinggiran hutan. Meiliki daun lebar, panjang dan sedikit bergerigi, warna daunnya hijau tua dan bunganya berwarna putih.
Daun dan bunga dari tanaman ini efektif sebagai pengendali hama tanaman terutama jenis ulat dan kutu, seperti ulat grayak, ulat tanah, ulat hijau, ulat bulu (sesongot), kutu daun dan kutu buah.. Dapat diaplikasikan pada tanaman buah maupun sayuran seperti kol, tomat, cabe, wortel, kentang, jeruk, jambu dan lain-lainnya.
Cara mengaplikasikannya juga mudah, yaitu daun dan bunga dihaluskan, kemudian dicampurkan dengan air, lalu semprotkan pada tanaman yang terserang hama atau penyakit. Untuk aplikasi pada serangan ulat tanah, dapat juga dilakukan dengan menaburkan serbuk hasil gilingan tanaman sembung ini di sekitar tanaman yang banyak ulat tanahnya. Meskipun sifatnya tidak mematikan, tapi daun dan bungan sembung bisa membuat ulat dan kutu menjuahi tanaman.
Kebanyakan kita hanya tau bahwa daun sirih hanya digunakan untuk makan sirih (Bahasa Gayo : Mangas) atau sebagai obat pembasuh luka (anti septic) dan penghilang bau badan. Tapi sebenarnya aroma dan rasa daun Sirih yang khas, rupanya merupakan hal yang tidak disukai oleh banyak serangga pengganggu tanaman. Berbagai jenis serangga pengganggu tanaman seperti ulat, tungau, lalat buah dan serangga pengganggu tanaman lainnya sangat “alergi” dengan baud an rasa daun Sirih ini.
Dengan campuran kapur barus, larutan daun Sirih ini dapat mengendalikan berbagai jenis hama terutama dari jenis kutu-kutuan seperti ulat, bana, tungau, kutu daun dan sebagainya. Cara membuatnya juga mudah, campurkan daun sirih dicampur dengan sedikit kapur barus, tambahkan sedikit air lalu oleskan pada tanaman menggunakan kuas. Bisa juga disemprotkan menggunakan hand sprayer, atau disiramkan langsung pada tanaman yang dihinggapi serangga pengganggu tersebut.
Semua orang tau bahwa Tembakau adalah bahan utama pembuat rokok yang konon dapat mengganggu kesehatan manusia karena kandungan nikotinnya, tapi mungkin belum banyak yang tau kalau daun tembakau juga bisa digunakan sebagai obat alami untuk membasmi hama tanaman. Kandungan toksin ( racun ) dalam daun tembakau cukup efektif untuk menendalikan berbagai jenis ulat dan belalang yang menyerang pada tanama semusim seperti tomat, cabe, kentang, padi, jagung dan kacang-kacangan.
Penggunaanya cukup mudah, cukup dihaluskan dan dicampur dengan bahan perekat kemudian disemprotkan pada tanaman yang terserang hama.
Buah dan daun Sirsak merupakan buah yang sejak dahulu dipercaya memiliki khasiat sebagai penstabil tekanan darah pada manusia. Dapat digunakan sebagai obat alami untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), asam urat, rematik bahkan kanker payudara. Buah sirsak juga dapat diolah menjadi jus atau minuman segar lainya yang berkhasiat untuk menjaga kebugaran dan melancarkan pencernaan.
Selain buahnya yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia, ternyata bagian tanaman Sirsak yaitu akar, kulit batang dan daunnya ternyata sangat efektif untuk mengusir berbagai serangga pengganngu tanaman. Daun Sirsak mengandung bahan aktif Annonain dan Ressin yang sangat efektif untuk mengendalikan hama Kutu daun dan hama Blast (kering daun akibat bakteri) pada tanaman padi dan jagung.
Cara mengaplikasikannyapun cukup mudah, daun sirsak dihaluskan dan ditambahkan bahan perekat, kemudian disemprotkan pada tanaman yang sudah terlihat terkena serangan hama atau penyakit tersebut.
Bahkan, berdasarkan pengalaman beberapa petani di Jawa Barat dan Jawa Tengah, daun Sirsak juga mampu menimialisir serangan hama tikus pada lahan sawah. Caranyapun sangat mudah, cukup menancapkan cabang dan daun Sirsak yang masih segar di sela-sela tanaman padi dengan jarak 4 x 4 meter. Aroma daun sirsak segar, ternyata tidak disukai oleh tikus, sehingga mereka akan menjauh dari tempat tersebut.
Tanaman ini termasuk tanaman liar dengan batang berkayu, dan bentuk buah besar menyerupai jeruk bali dan bergelantungan di ujung cabang. Buahnya berwarna hijau muda dengan bagian dalam berwarna kehitaman. Sekilas, tampilan buah ini mirip dengan semangka hijau atau jeruk bali, karena besarnya hampir sama dengan buah semangka atau jeruk bali, tapi buah ini sama sekali tidak bisa dimakan karena rasanya sangat pahit. Di Pulau Jawa, tanaman ini sering ditanam oleh petani sebagai tanaman pagar pada lahan pertanian yang berdekatan dengan kawasan hutan untuk menghidari serangan hama besar seperti monyet, tupai dan tikus.
Selain sebagai “pengusir” hewan pengganggu tanaman, buah dan daun Maja yang rasanya sangat pahit dan baunya yang menyengat sangat tidak disukai oleh semua serangga maupun berbagai jenis ulat. Tanaman ini juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengendalian berbagai hama tanaman semusim maupun tanaman tahunan.
Brotowali merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai campuran untuk membuat jamu yang berkhasiat untuk mencegah penyakit malaria, sariawan maupun diabetes. Selain sebagai bahan pembuat jamu tradisional, hampir semua bagaian dari tanaman Brotowali memiliki rasa sangat pahit, ternyata juga dapat digunakan sebagai obat penangkal serangan hama dan penyakit tanaman.
Sama seperti tanaman bio pestisida lainya, larutan air Brotowali juga dapat disemprotkan pada tanaman budidaya untuk mencegah serangan berbagai jenis srangga pengganggu tanaman.
Cengkeh merupakan campuran utama tembakau untuk membuat rokok kretek, karena bisa “membangkitkan” aroma temabaku, sehingga rokok kretek terasa lebih ikmat ketika di isap. Bunga cengkeh juga dapat dijadikan sebagai bahan pembuat berbagai jenis obat, mulai dari obat batuk sampai obat gosok (minyak angin).
Dalam dunia pertanian, daun dan kulit batang Cengkih mengandung minyak atsiri yang aromanya tidak disukai oleh berbagai jenis serangga. Minyak atsiri dari daun dan kulit batang cengkih ini dapat digunakan sebagai campuran untuk membuat biopestida. Dengan tambahan kapur barus atau belerang, semua bagian dari tanaman cengkih ini dapat mengendalikan hama yang berada di bawah permukaan tanah.
Campuran ini juga dapat dipergnakan untuk mengedalikan dan mencegah serangan jamur akar pada tanaman tahunan seperti kopi, kakao dan jeruk.
Pepaya merupakan salah satu jenis buah favorit yang sangat mudah didapatkan di pasar atau kios buah, Kandungan vitamin C nya yang cukup tinggi sangat baik untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Begitu juga daunnya, dapat dijadikan obat pencegah penyakit malaria, keputihan dan melancarkan air susu ibu.
Bukan hanya untuk keperluan manusia, seluruh bagian tanaman Pepaya mulai dari akar, batang dan daunnya, telah teruji dapat mengendalikan hama Keong Emas yang menyerang tanaman padi.yang kalau tidak dikendalikan dapat merusak seluruh areal pertanaman padi dan bisa menyebabkan gagal panen. Getah papain yang terkadung dalam semua bagian tanaman papaya, dapat membunuh berbagai jenis molluska (siput, keong) yang sering menyerang tanaman padi.
Penggunaan biopestida berbahan tanaman papaya ini juga sangat mudah, bisa dhaluskan dan dicampur air kemudian disemprotkan pada tanaman padi. Cara lainnya adalah batang beserta daun Pepaya dicincang halus kemudian disebarkan pada areal persawahan.
Larutan ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan moluska ( bangsa siput ) dan nematode ( bangsa cacing ) yang menyerang tanaman sayur-sayuran.
Umbi dari tanaman gadung ini sangat beracun karena menandung toksin jenis sianida yang sangat mematikan. Racun yang terkandung dalam umbi gadung ini dapat dimafaatkan sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman. Racun Sianida yang terkadung dalam umbi Gadung (Janeng) terbukti efektif untuk membunuh berbagai jenis ulat, kutu, tungau, molluska, nematode dan hama lainnya yang sering menyerang tanaman hortikultura khususnya sayuran.
Carangan umbi segar yang masih mengandung banyak getah dihaluskan kemudian dicampur dengan air kemudaian disemprotkan pada tanaman yang terserang. Larutan umbi Gadung ini juga dapat disiramkan di sekitar tanaman untuk mencegah serangan bakteri, jamur dan ulat yang sering menyerang akar tanaman.
Itulah beberapa jenis tanaman yang banyak terdapat disekitar kita, dan ternyata dapat kita menfaatkan sebagai pengganti pestisida kimia yang terbukti tidak aman dan tidak ramah lingkungan. Menggunakan bio pestisida berbahan dasar tumbuhan, jauh lebih mudah, murah dan efektif serta tidak menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Saatnya para petani beralih dari produk kimia kepada produk pestisida nabati yang ramah lingkungan, karena akan menghasilkan produk pangan dan pertanian yang aman untuk dikonsumsi dan nilai jualnya lebih tinggi. Satu hala yang sangat penting, penggunaan bio pestidia tidak berdampak buruk alias ramah bagi lingkungan. Semoga bermanfaat.
*) Kasie Layanan Informasi dan Media komunikasi Publik pada Dinas Kominfo Kabupaten Aceh Tengah, Peminat Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan.