:
Oleh MC KAB TEMANGGUNG, Sabtu, 14 November 2020 | 11:41 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 3K
Temanggung, infopublik - Angin pegunungan sejuk menerpa wajah, Jumat Siang (13/11/2020). Hawa dingin dari Lereng Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung dengan ketinggian 800 meter dpl itu menyusup ke kulit.
Beberapa pengunjung Rumah Kopi Mukidi meninggikan kerah bajunya untuk mengusir dingin. Di hadapan mereka nampak pemandangan gunung yang mulai menipis, sebagian tertutup kabut.
Dibantu anak sulungnya, Isal, dan dua orang pegawai, Mukidi nampak masih kerepotan melayani pengunjung yang membludak hingga halaman rumahnya. Mereka yang datang juga kerap menanyakan perihal pertanian dan bisnis kopi.
Yuni, seorang pengunjung dari Semarang, mengatakan, ini sudah kali ketiga ia membawa keluarganya yang berjumlah enam orang untuk berkunjung ke Rumah Kopi Mukidi. Kendati terbilang jauh, keluarga Yuni kerap menyempatkan diri datang ke tempat ini.
“Kami memang suka datang kesini karena suasananya sejuk, segar hawa pegunungan. Sensasi ngopi di gunung ini lebih nikmat. Keluarga kami suka,” tutur Yuni.
Yuni mengaku selalu memesan kopi specialty blend khas Kopi Mukidi. Tak hanya dirinya, suami dan anaknya pun menyukai kopi tersebut. Mereka juga mencoba aneka camilan terbuat dari bahan pisang dan singkong.
“Specialty blend rasanya tidak terlalu pahit dan tidak terlalu asam, sehingga jika dinikmati tanpa gula, rasanya tetap enak,” ujar Yuni.
Specialty blend, diakui Mukidi, pemilik Rumah Kopi Mukidi, merupakan produk unggulannya. Racikan kopi yang merupakan blend dari kopi jenis arabika, robusta dan ekselsa ini banyak dipesan para pengunjung dari luar kota. Sedangkan produk kopi Jowo lebih banyak diminati warga desa sekitarnya.
“Penjualan kopi specialty blends memang paling tinggi. Karena jenis kopi racikan ini memang banyak diminati,” tutur Mukidi.
Dijelaskan, dari arabika Temanggung yang ditumpangsari dengan tanaman tembakau, kopi menebarkan aroma yang wangi dan sedikit rasa asam berbaur rasa rempah.
Dari robusta, didapat rasa pahit. Lalu dari ekselsa ada aroma nangka dan memperkuat rasa asamnya. Blend kopi arabika, robusta, dan ekselsa menghasilkan perpaduan rasa lengkap berupa asam, pahit, wangi.
“Mungkin rasa kopi yang komplit ini, pahitnya dapat, asamnya juga dapat, membuat banyak orang suka, sehingga paling laku dijual dan menjadi andalan kami adalah specialty blend,” ujarnya.
Kopi Arabika ia tanam di lahannya seluas satu hektare di Gunung Sumbing. Ada sekitar 1000 batang tanaman Kopi Arabika di kebun itu. Sedangkan kopi ekselsa dan robusta dipasok dari petani lain, seperti dari Kecamatan Gemawang, Pringsurat, dan Kandangan.“Untuk komposisinya lebih dominan arabika, lainnya robusta dan ekselsa dalam specialty blend itu,” jelasnya.
Satu cangkir kopi dijualnya dengan kisaran harga antara Rp 10.000 – 15.000 an. Adapun kopi dalam kemasan dijual rata-rata Rp 25.000 per 100 gram. Area penjualannya untuk dipasok kebeberapa kafe di luar daerah, seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya. Ada pula satu kafe di Australia yang menggunakan bahan baku Kopi Mukidi.
Sejak Rumah Kopi Mukidi didirikan tahun 2011, diakui Mukidi, volume penjualannya terbilang bagus. Omzet yang didapatnya mencapai Rp 35 juta – 40 juta per bulan sebelum pandemi Covid-19. Dari jumlah itu, Mukidi mengaku rutin membayar pajak penghasilan sebesar Rp 350 – 400 ribu per bulan ke Kantor Pajak daerah itu. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)