:
Oleh MC KAB SUMENEP, Selasa, 29 September 2020 | 18:48 WIB - Redaktur: Kusnadi - 3K
Sumenep, InfoPublik - Sejarah Sumenep baru benar-benar dikenal secara otentik sejak abad 19 Atau sekurang-kurangnya sejak pertengahan abad 18. Sebelum itu bisa dikatakan multitafsir, dan multiversi. Sebabnya, kurangnya data-data pendukung di kalangan para penutur dan pemerhati sejarah di Madura timur ini.
Ada salah satu info menarik yang pernah disebut dalam laporan orang-orang VOC di abad 17. Yaitu tentang “perseteruan” di kalangan pengganti Tumenggung Yudanegara (1648-1672). Menurut informasi babad yang disandarkan pada tradisi tutur, pengganti Sang Macan Ulung (julukan lain Yudanegara), penggantinya ialah dua menantu. Yaitu Pangeran Pulangjiwa dan Pangeran Wirasari.
Yudanegara sendiri dikenal tidak memiliki anak laki-laki. Empat putri yang masing-masing bernama Raden Ayu Artak, Raden Ayu Otok, Raden Ayu Kacang, dan Raden Ayu Batur, lahir dari seorang isteri bernama Nyai Kani. Nyai Kani tercatat sebagai keponakan Pangeran Trunajaya, Sang Panembahan Maduretna.
Raden Ayu Artak dan Raden Ayu Kacang masing-masing dinikahi Pulangjiwa dan Wirasari. Sedang Otok dan Batur dinikahi Pangeran Gatutkaca dan Baskara.
Kembali pada laporan VOC yang ditulis HJ De Graaf dalam bukunya yang berjudul “Terbunuhnya Kapten Tack”, proses pergantian kekuasaan pasca Yudanegara agak berliku. Pangeran Pulangjiwa disebut-sebut sebagai sosok yang paling menonjol. Meski beliau tak didukung VOC maupun Mataram.
Sebuah klaim menyebut Pulangjiwa didukung Patih Mataram, dan Patih Sumenep sendiri yang dalam buku De Graaf bernama Brajapati. Di balik itu VOC rupanya lebih cenderung pada cucu Yudanegara yang disebut sebagai anak Raden Ayu Batur. Yaitu Raden Suderma.
Menariknya, baik dalam babad dan literatur kuna Sumenep, Suderma tidak pernah didapat jejaknya. Catatan genealogi malah menyebut Batur dan Baskara tak punya anak.
Singkat kata Suderma yang masih di bawah umur tidak jadi naik tahta. Posisi “raja” di Sumenep dipegang oleh Pangeran Pulangjiwa (dalam kisah babad berdampingan dengan Wirasari).
Lalu kemanakah lantas Suderma ini? Sebuah sumber menyatakan bahwa Suderma naik tahta pada 1705, yaitu setelah wafatnya Pulangjiwa dan di masa penggantinya yang bernama Pangeran Rama. Suderma tak lama menduduki singgasana. Sosok yang awalnya didukung VOC ini kemungkinan digulingkan atas campur tangan VOC sendiri. Indikasi yang terbaca, Suderma rupanya membelot dan pada akhirnya disingkirkan di tahun itu juga. ( Han/Fer )