:
Oleh Wawan Budiyanto, Jumat, 1 Mei 2020 | 00:38 WIB - Redaktur: Wawan Budiyanto - 26K
Jakarta, InfoPublik - Pandemi Covid-19 tentunya menimbulkan akibat yang berbeda pada hampir seluruh bidang kehidupan. Dahsyat dari dampaknya, tak hanya dirasakan di Indonesia, namun dunia. Pemerintah pun sudah katakan agar kita di rumah saja.
Bayangkan, dari anda yang biasa bertemu di sekolah atau kampus, bertemu di kantor, bikin reunian, kumpul bareng teman untuk sekedar ngopi bareng, atau kegiatan lain yang saling melihat raut muka, kini sama sekali dihindari.
Dampaknya tak hanya ke bidang ekonomi, namun juga berdampak ke psikologis. Tapi masalah itu mungkin teratasi dengan aplikasi daring (online) yang kini banyak digandrungi untuk melepas kangen, melepas tawa, atau bahkan hadir di pernikahan lewat daring. Semua berubah dalam sekejap!
Namun, dibalik sulitnya kita bertemu, kita bertegur sapa secara langsung, ada hal positif yang mungkin anda dapat pada masa seperti ini. Apa itu? Jawabannya adalah kehangatan atau rasa dicintai dalam keluarga bertambah.
Ya, dengan keadaan seperti ini, anda, saya, kita semua akan merasa hal itu bertambah. Pikirkan, kita yang dahulu mungkin bekerja di kantor sampai larut malam, pulang ketika anak sudah tidur, kini bisa lihat perkembangan pertumbuhan mereka per jam, atau bahkan per detik. Interaksi kita dengan pasangan atau anak akan terasa lebih romantis.
Keadaan seperti ini sebenarnya sesuai dengan teori Fundamental Interpersonal Relationship Orientation (FIRO) dari William Schultz. Dimana setiap kita, manusia, memiliki 3 kebutuhan, yakni inklusi, kontrol, dan afeksi. Pada kebutuhan afeksi inilah, pada keadaan kita bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah, kedekatan atau aura dicintai makin terasa.
Rasa rindu yang hadir karena berjauhan juga akan menimbulkan rasa yang tidak seperti biasanya, meski kadang rasa bosan tetap ada. Kembali pada rasa dekat tadi, mau tak mau itu akan dirasakan setiap orang pada saat ini.
Bagaimana seorang anak kini bisa dengan leluasa curhat pada bapak atau ibunya, kakak atau adik yang bisa bermain bersama, bercerita bersama, menjadi hal indah yang akan menjadi kesan. Atau para saudara, kakak, adik, orang tua kita yang masih tinggal satu rumah dengan kita, yang tadinya jarang bertemu, sekarang bisa lebih lepas untuk ngobrol santai sore di teras rumah sambil menunggu adzan magrib berkumandang bagi yang berpuasa.
Padahal tadinya untuk 10 menit bicara satu sama lain pun mungkin tak sempat. Fenomena lebih dekat ini sesuai pula dengan The Relationship Development Models dari Mark Knapp, yang menjelaskan bahwa kedekatan itu berkembang dengan sendirinya secara bertahap. Anda dan saya, kini berada pada tahap membangun kedekatan lebih dalam dengan orang di sisi kita.
Betapa pentingnya kedekatan dan kehangatan ini terbangun. Mungkin kita tak berjumpa teman, mungkin kita tak berjumpa dengan pacar, atau bahkan kita tak berjumpa dengan orang tua nun jauh disana. Tapi dari semuanya, selalu ada hal positif yang dapat kita ambil. Karena kedekatan dan dicintai tak hanya soal jarak, tapi bagaimana kita dapat lebih intens berkomunikasi.
Rasa dekat dan dicintai akan terbangun dengan seringnya kita berkomunikasi antar pribadi, terutama dalam area rumah kita sendiri. Lewat media daring pun, walau tak seperti biasanya menatap wajah secara langsung, kehangatan dan kedekatan pun masih bisa terasa. Kedekatan dalam internal keluarga akan membuat hal yang sulit akan terasa lebih ringan.
Selalu ada momen untuk kita resapi bersama. Selalu ada hal yang baik di kala keadaan tak seperti yang diinginkan. Momen terbaik di bulan suci ramadan ini, hati terasa lebih dekat. Renungkan, sudah menyapakah orang terdekat kita hari ini? Mari kita dapatkan kedekatan dan kehangatan dari orang yang mencintai dan ingin dicintai oleh kita. Bangun kedekatan lewat komunikasi intens. (Doddy Zulkifli Indra Atmaja)
_Penulis adalah Pranata Humas Muda pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Vlogger_