:
Oleh MC KAB BANGGAI KEPULAUAN, Rabu, 7 Agustus 2019 | 10:27 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 2K
Seano, InfoPublik.id - Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote yang memiliki keragaman etnis terbesar di dunia.
Banyak suku-suku di Indonesia bermukim dipedalaman (dalam hutan) jauh dari modernisasi serta masih memegang teguh keyakinan dan kepercayaan yang diwarisi dari generasi ke generasi.
Sasake merupakan suatu perkampungan yang masyarakatnya berasal dari pedalaman dataran Desa Osan dan sekitarnya yang bermukim dihutan dan terpisah-pisah, yang tadinya oleh Pemerintah Daerah Banggai Kepulauan melalui Dinas Sosial membangun perumahan Kelompok Adat Terpencil (KAT) di desa Paisubatu dengan tujuan mengumpulkan masyarakat suku pedalam Sea-sea, agar Pemerintah mudah untuk menjangkau dan melayani mereka.
Karena keyakinan dan kepercayaan yang diwarisi turun temurun oleh masyarakat pedalaman Sasake sehingga mereka meninggalkan KAT Paisubatu (KAT Sisipan) karena terjadi serangan waba penyakit dan mengakibatkan kematian anggota keluarga mereka.
Sehinga mereka beranggapan bahwa "Kona Lipu akina mondok" (ini kampung tdk bagus) karena mereka beranggapan bahwa kalau ada yang mati dikampung yang baru mereka tempati, kampung tersebut membawa sial (malapetaka) sehingga mereka meninggalkan kampung itu. Ujar Yulindrawati Yunggoli yang disapa akrab nona "Elle".
Berdasarkan keterangan dari nona Elle, kampung Sasake di tempati oleh 21 Kepala keluarga dengan 73 jiwa, yang tadinya mereka memegang teguh kepercayaan agama suku oleh berkat kesabaran dan pendampingan dari nona Elle sehingga sekarang masyarakat yang ada di Pedalaman Sasake memeluk agama Kristen Protestan yang dilayani oleh Gereja Protestan Indonesia Di Banggai Kepulauan (GPIBK), yang pada tanggal 17 Desember 2017 dilaksanakan Sakramen Babtisan Kudus, kemudian dilanjutkan dengan Peneguhan Sidi dan Pemberkatan Nikah bagi pasangan suami-istri. Bahkan administrasi kependudukan mereka pun hampir terpenuhi semua seperti KTP, Kartu Keluarga.
Menurut Elle awalnya ketika dia masuk di kampung pedalaman Sasake, ada sebagian masyarakat terutama anak-anak lari ketengah hutan karena takut lihat orang baru tapi dengan penuh kesabaran dan pendekatan dengan bahasa banggai yang selalu dilontarkan oleh Elle "Yaku lubat sumai tombonio komiu" (saya datang di sini mo bantu kamu).
Walau pun cara hidup mereka jauh dari apa yg dikatakan dengan pola hidup bersih dan sehat serta buta huruf, tapi mereka tidak mau digurui dan diajar serta ditegur secara langsung, sehinga menurut Elle caranya dengan beliau membersikan dan merapihkan tempat tinggalnya, cara berpakain, sehingga lama kelamahan baik anak-anak dan orang tua pun sudah meniru cara hidupnya, "Sebab Kita Adalah Buku Yang Terbuka untuk mereka belajar dan meniru" Ujar Elle.
"Sehingga kalau dorang turun di pasar atau kampung so nda dikenal kalau orang sasake, karena ada sudah berpakaian rapih bahkan yang ibu-ibu dan cewe-cewe so tau ba make up dan ba lipstik", lanjut Elle sambil sedikit tertawa saat ditanyai.
Menurutnya, Masyarakat Pedalam Sasake mereka bertahan hidup dari hasil pertanian, peternakan sapi, kambing dan babi serta hasil hutan yakni madu, kata Elle.
Kepala Desa Seano Dihon Yunggoli, S.Sos saat dijumpai di rumahnya (5/6/19) mengatakan Sdri. Yulindrawati dan Bapak Polem Yumang merupakan pemerhati masyarakat yang ada di pedalaman Sasake.
Menurut Dihon selaku perpanjangan tangan Pemerintah Daerah Banggai Kepulauan, “Sebagai kepala desa saya sudah berupaya bersama dengan aparat yang ada agar dapat menjamin keberlangsungan kehidupan mereka agar bisa menetap di Sasake dan tidak lagi lari ke hutan untuk berpindah tempat tinggal”.
Lanjutnya, “bantuan yang sudah kami berikan berupa tong fiber untuk penampungan air, karena masyarakat di Sasake bertahan hidup dengan menampung air hujan, ada sumber air tetapi jaraknya agak jauh dari kampung, membangun tempat ibadah dan sekolah rumah bagi anak-anak dan orang dewasa yang mau belajar, serta mengupayakan PLTS yang akan turun dalam waktu dekat ini”,kata Dihon.
Kemudian kata Dihon Yunggoli, “Sekarang ini yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sasake adalah dibukanya akses jalan yang dari desa induk ke sasake, Perumahan layak huni, air bersih, pelayanan kesehatan dan pendidikan serta pelayanan catatan sipil dan pembuatan akte kelahiran”
Harapannya Semoga ini semua dapat terrealisasi dengan bantuan Dinas terkait di lingkup Pemda Banggai Kepulauan, sebab beberapa waktu yang lalu Kepala Bappeda sudah turun langsung ke pedalaman Sasake. Ujar Dihon Yunggoli. (McBanggaiKep/JAR)