:
Oleh MC KAB BALANGAN, Kamis, 16 Mei 2019 | 13:58 WIB - Redaktur: Noor Yanto - 9K
Paringin, InfoPublik - Sebagai daerah majemuk, Kabupaten Balangan mempunyai keberagaman budaya berupa adat istiadat, kebiasaan serta kearifan lokal lainnya.
Salah satu adat tradisi yang ada di Bumi Sanggam ialah ritual aruh adat yang ada di Komunitas Masyarakat Dayak Meratus. Aruh adat inipun ternyata beragam jenisnya, salah satunya ialah aruh adat Baharin yang digelar komunitas masyarakat dayak Meratus Desa Kapul Kecamatan Halong.
Menurut Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Balangan Mandan, Aruh Baharin adalah upacara adat sebagai wujud syukur dan merayakan hasil panen yang berhasil bagi masyarakat adat dayak Halong, serta ucapan terima kasih atas terkabulnya hajat-hajat yang pernah disampaikan.
Upacara aruh Baharin sendiri, menurut salah satu tokoh Desa Kapul Kecamatan Halong ini, diawali dengan Bagamal yaitu pemanggilan dewa-dewa dimana para dewa ini berada di berbagai alam.
Diantara alam tempat para Dewa tersebut tinggal diantaranya, alam kadedupa, kademayan, kadumarin, ujungpandang, kejanakan (yang tampak). Kemudian, alam semar, anak Nabi Sulaiman, laut berpermata, pewenangan Nabi Sulaiman. Dalam bagamal juga terdapat segmen sumbayang yaitu memuja tanaman dan hewan tertentu, seperti kayu petiti/puai (sejenis umbi-umbian) dan kepiting atau ketam. Selain itu, dalam bagamal juga terdapat pujaan terhadap hyang putir berupa mantera berisi cerita proses terjadinya padi hingga turun ke bumi dan berladang hingga panen.
“Upacara Aruh Baharin ini biasanya digelar selama 7 hari 7 malam lamanya dan akan melewati 3 tahapan,’’ ujar Mandan, Kamis (16/5/2019).
Tahap pertama, lanjut Mandan, adalah persiapan, ditahap ini kaum laki-laki membuat dan menghias perjamuan, sedangkan para perempuan memasak lauk pauk. Di tahap kedua pemuka adat melakukan ritual pemanggilan arwah para leluhur di malam ke-3 hingga ke-4, tujuannya untuk para leluhur ikut hadir dan merestui Upacara Aruh Baharin ini. Tahap ketiga yang merupakan puncak dari Upacara Aruh Baharin, ditandai dengan penyembelihan hewan korban seperti ekor kerbau.
Aruh Baharini sendiri, menurut dia, merupakan salah satu keberagaman yang harus terus dijaga dan dilestarikan, karena keberadaanya merupakan kekeyaan daerah yang tak ternilai harganya.
Selain itu, lebih jauh diungkapkannya, Aruh Adat ini bukan hanya sekedar rangkaian adat yang dijalankan oleh masyarakat adat berupa kesyukuran atas hasil panen musim, namun juga salah satu sarana silaturahmi bagi seluruh lapisan masyarakat untuk terus memupuk kekompakan dan kebersamaan yang telah terjaga dengan baik selama ini. (MC Balangan/sugi)