: Gunung api Ile Lewotolok di Lembata, NTT. (Antara Foto/Kornelis Kaha)
Oleh Eko Budiono, Kamis, 2 Mei 2024 | 09:01 WIB - Redaktur: Untung S - 193
Jakarta, InfoPublik - Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan, terhitung sejak Rabu (1/5/2024) pukul 00.00 WITA hingga pukul 24.00 WITA terjadi gempa hembusan sebanyak 348 kali.
"Ada 348 kali aktivitas kegempaan hembusan terjadi di puncak gunung Lewotolok," kata petugas pembuat laporan hasil pengamatan gunung Ile Lewotolok Fajaruddin M. Balido melalui keterangan resmi seperti dilansir ANTARA, Kamis (2/5/2024).
Menurut Fajaruddin, dari 348 gempa hembusan itu menimbulkan amplitudo berkisar dari 1.4-22.4 milimeter, dengan durasi berada pada kisaran 19 hingga 152 detik.
Sementara aktivitas kegempaan lainnya juga terjadi seperti vulkanik dangkal berjumlah 12 kali dengan amplitudo 1.1 hingga 6.5 milimeter dengan durasi kisaran 4 hingga 10 detik.
Kemudian Vulkanik dalam berjumlah 10 kali dengan amplitudo berkisar dari 1.4 hingga 10 milimeter dengan durasi 5 hingga 17 detik. Sementara tektonik jauh tercatat hanya 1 kali dengan amplitudo 4.4 milimeter dengan durasi 96 detik.
Fajaruddin menuturkan, bahwa secara visual gunung jelas bisa diamati dengan kategori kabupaten pada kisaran 0-I. Sementara itu asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang, tebal dan tinggi 25-400 meter di atas puncak kawah.
"Gunung juga teramati ada sinar api di puncak dan gemuruh lemah, nihil," ujar dia.
Dia menambahkan, bahwa status gunung tersebut juga masih dalam status level III atau siaga. Lalu berdasarkan laporan mingguan yang disampaikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) disebutkan bahwa aktivitas vulkanik di gunung itu masih cukup tinggi.
Karena itu Badan Geologi pun merekomendasikan masyarakat Desa Lamatokan dan Jontona agar mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah gunung.
Sedangkan masyarakat Desa Jontona dan Todanara direkomendasikan agar tidak memasuki wilayah sektoral selatan dan tenggara sejauh tiga kilometer dari pusat aktivitas gunung.