- Oleh MC PROV KALIMANTAN BARAT
- Kamis, 26 Desember 2024 | 13:52 WIB
: Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto (rompi hitam) memberikan arahan dalah sarasehan bersama masyarakat Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) di Kalurahan Karangwuni, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, Kamis (27/6/2024)/ dok. BNPB.
Jakarta, InfoPublik - Desa Kalurahan Karangwuni, terletak di Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah sebuah desa yang indah dengan lokasi strategis di pesisir selatan yang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Desa ini menawarkan berbagai spot wisata pantai seperti Pantai Glagah, Pantai Krida, Pantai Palma, dan Pantai Raziman, yang terkenal sebagai tempat terbaik untuk menikmati matahari terbenam.
Pantai-pantai di Kalurahan Karangwuni menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin menikmati pemandangan alam dan kehidupan maritim. Mayoritas penduduk desa ini adalah nelayan, meskipun ada juga yang bekerja sebagai petani, pedagang, pegawai swasta, dan pegawai pemerintah. Tradisi maritim yang kuat di sini juga dipengaruhi oleh legenda Nyi Roro Kidul, yang menambah daya tarik mistis wilayah ini.
Ancaman dan Mitigasi Bencana Alam
Namun, di balik keindahan alamnya, Kalurahan Karangwuni berada di wilayah yang rentan terhadap bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami. Wilayah selatan Jawa, termasuk Kalurahan Karangwuni, berada di jalur patahan megathrust yang merupakan bagian dari "Ring of Fire". Patahan ini membentang dari wilayah Banten hingga Banyuwangi, Jawa Timur, dan memiliki potensi untuk memicu gempa bumi yang bisa menghasilkan tsunami.
Untuk menghadapi potensi bencana tersebut, pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah meluncurkan program Desa Tangguh Bencana (Destana) sejak 2019. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Masyarakat dilatih untuk memahami konsep peringatan dini dan mitigasi bencana sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk mengurangi risiko bencana.
Pada Kamis (27/6/2024), Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, didampingi Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi dan Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo, mengunjungi Kalurahan Karangwuni untuk memastikan kesiapsiagaan masyarakat tetap terjaga. Mereka bertemu dengan Penjabat Bupati Kulon Progo, Srie Nurkyatsiwi, serta jajaran forkopimda dan relawan dari Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB).
Dalam kunjungannya, Suharyanto menekankan pentingnya kesiapsiagaan dan pengetahuan masyarakat tentang potensi bencana yang dihadapi. Ia menjelaskan bahwa gempa bumi dengan magnitudo 5.6 yang terjadi di Cianjur pada November 2022 disebabkan oleh sesar baru yang dinamai Sesar Cugenang. Hal ini menunjukkan bahwa potensi gempa bumi dan tsunami selalu ada, sehingga upaya kesiapsiagaan harus terus ditingkatkan.
Kolaborasi dan Sinergi
BNPB bekerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga seperti BMKG dan BRIN, serta unsur TNI dan Polri, untuk memperkuat program Destana. Tujuannya adalah mempersiapkan masyarakat agar lebih sigap dalam membaca peringatan dini dan mengurangi risiko bencana. Suharyanto berharap program Destana akan terus berjalan dan tidak hanya menjadi simulasi, tetapi juga menciptakan budaya sadar bencana yang kuat di masyarakat.
Suharyanto berharap bahwa dengan program ini, masyarakat Kalurahan Karangwuni dan daerah lainnya akan selalu siap menghadapi bencana. Ia juga menegaskan bahwa bencana alam adalah kejadian berulang yang perlu diwaspadai, dan kesiapsiagaan masyarakat adalah aset utama dalam menghadapi risiko bencana.
Dengan demikian, Kalurahan Karangwuni tidak hanya menjadi destinasi wisata yang menarik tetapi juga desa yang tangguh dalam menghadapi ancaman bencana alam.