GPDRR 2022: Indonesia Tunjukkan Kearifan Lokal Bali dalam Upaya PRB

:


Oleh Jhon Rico, Kamis, 17 Maret 2022 | 16:31 WIB - Redaktur: Untung S - 513


Jakarta, InfoPublik - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus menyempurnakan persiapan perhelatan global platform for disaster risk reduction (GPDRR) 2022, yang akan berlangsung pada Mei 2022 di Provinsi Bali.

Guna menyambut para delegasi dari 193 negara, Indonesia akan menunjukkan kisah baik kearifan lokal dalam pengurangan sisiko bencana (PRB).

Modalitas sosial berupa kearifan lokal itu, merupakan cerita yang dapat dipelajari para delegasi dunia pada program kunjungan lapangan atau field visit GPDRR di Provinsi Bali pada 23 hingga 28 Mei 2022 mendatang.

Kearifan lokal itu, merupakan bagian kehidupan masyarakat Bali yang juga dimanfaatkan sebagai upaya pengurangan risiko bencana.

Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, mengatakan bahwa melalui field visit itu, para delegasi dapat melihat langsung bagaimana cara Indonesia dalam memperkuat PRB di tengah masyarakat.

“Selain memperoleh konsep tertulis dalam kegiatan konferensi dan diskusi, para delegasi dapat melihat secara langsung apa yang ditonjolkan Indonesia dalam upaya pengurangan risiko bencana bersama masyarakat,” ujar Suharyanto dalam keteranganya ketika berkunjung ke Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Kamis (17/3/2022).

Suharyanto menjelaskan bahwa melalui adanya Desa Wisata Penglipuran, para delegasi dapat melihat bahwa sejak dahulu Indonesia telah melakukan upaya pengurangan risiko bencana melalui hidup yang harmonis dengan alam.

“Di sini merupakan salah satu contoh dari masyarakat Indonesia yang sejak dulu harmonis dengan alam dalam pembangunan dan tata ruang, serta tidak ingin merusak alam. Hal ini menjadi salah satu hal yang disepakati dalam pengurangan risiko bencana,” tutur Suharyanto.

Dengan melihat salah satu desa itu, Suharyanto berharap para delegasi dapat melihat Indonesia selain memiliki konsep internasional terkait PRB.

“Sejak jaman dahulu kita juga sudah memiliki upaya PRB yang harmonis dengan alam,” tambahnya.

Suharyanto turut mengungkapkan bahwa nilai gotong royong yang dilakukan masyarakat Desa Wisata Penglipuran dapat menjadi contoh dalam penguatan penanggulangan bencana.

“Tentunya kita melihat masyarakat desa ini sering berkumpul dan berdiskusi untuk menyatukan sikap terlebih tidak ada sekat, ada juga Hutan Bambu yang dimiliki masyarakat desa dan mereka sepakat untuk melestarikan dengan adanya peraturan untuk tidak dijual maupun ditanami tanaman lainnya,” ungkapnya.

Menurut dia, itu merupakan gotong royong yang harus ditonjolkan kepada para delegasi bahwa gorong royong menjadi modal Indonesia dalam penguatan upaya PRB.

Sementara itu, penanggung jawab Desa Wisata Penglipuran Nengah Monang turut menjelaskan upaya risiko bencana yang sesuai dengan ajaran penganut agama Hindu.

“Kita turut mengambil filosofi Tri Hita Karana yang merupakan falsafah hidup harmonis dengan Tuhan, alam sekitar dan sesama manusia. Filosofi yang kami pegang dalam membangun desa ini turut menjadi upaya bersama dalam pengurangan risiko bencana, khususnya melestarikan alam,” jelas Nengah.

Dalam kunjunganya ke desa tersebut, Kepala BNPB didampingi Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Gubernur Provinsi Bali, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali dan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bangli.

Foto: dok. BNPB