Dampak Gempa Aceh, BNPB Catat 102 Meninggal Dunia

:


Oleh H. A. Azwar, Kamis, 8 Desember 2016 | 17:45 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 859


Jakarta, InfoPublik - Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menginformasikan, upaya pencarian dan penyelamatan korban gempa 6,5 SR di Aceh terus dilakukan secara intensif.

Sutopo mengungkapkan, personel dari pemerintah, TNI, Polri, relawan dan masyarakat saling bersinergi untuk mengevakuasi korban yang kemungkinan masih tertimbun reruntuhan.

Berdasarkan laporan dari BPBA Aceh dan BPBD Pidie Jaya atau di pencatatan Pusat,  hingga Kamis (8/12) pukul 09.00 WIB jumlah korban 102 orang tewas, 700-an luka-luka dan 3.267 masyarakat mengungsi akibat gempa 6.5 SR di Kabupaten Pidie Jaya, Pidie dan Bireueun, ungkap Sutopo dalam Konferensi Pers di Ruang Lobi Lantai 1 Graha BNPB, Jalan Pramuka Kav 38, Jakarta Timur, Kamis (8/12).

Menurut Sutopo, banyaknya masyarakat yang mengungsi dikarenakan rumah mereka mengalami kerusakan dan sebagian besar tidak mungkin lagi untuk ditempati.

Memasuki hari ke-2, puing-puing reruntuhan sudah mulai dibersihkan untuk memperlancar jalur transportasi. Kerusakan akibat gempa ini tercatat 105 ruko roboh, 19 ruko rusak berat, 5 ruko rusak ringan, 429 rumah rusak (348 rusak berat, 42 rusak sedang, 39 rusak ringan), 14 masjid rusak berat, enam unit musholah atau meunasah rusak, satu bangunan  RSUD Pidie rusak berat, satu bangunan Kampus STAI AL-Azziziyah Mudi Mesra Roboh, dan tiga bangunan pesantren rusak.

Kepala BNPB, Willem Rampangilei, bersama Menteri PU Pera, Menteri Kesehatan dan pejabat lain dari Kementerian Sosial, Basarnas dan lainnya sudah berada di Pidie Jaya untuk membantu penanganan darurat.

Kepala BNPB telah memberikan arahan terkait penanganan tanggap darurat. Posko tanggap darurat, media center, struktur komando tanggap darurat dan koordinasi dengan berbagai pihak segera dilakukan.

Sutopo menambahkan, pada Rabu (7/12) Gubernur Aceh telah mengeluarkan status tanggap darurat bencana skala provinsi selama 14 hari dari 7-20 Desember 2016.

Penetapan status darurat skala provinsi dikarenakan dampak gempa yang terjadi di tiga kabupetan yaitu Pidie Jaya, Bireun dan Pidie, imbuh Sutopo.

Dalam masa tanggap darurat ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya; penentuan status keadaan darurat bencana; penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana; pemenuhan kebutuhan dasar; perlindungan terhadap kelompok rentan; dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

Guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang tinggal di pengungsian dikatakan Sutopo, TNI hari ini direncanakan akan mendirikan rumah sakit lapangan di Pidie Jaya untuk menangani korban luka yang masih ada.

BNPB sendiri pada sore ini  mengirimkan bantuan senilai Rp3,5 miliar dalam bentuk tenda posko sebanyak 10 buah, genset kapasitas 2.800 watt sebanyak 10 unit, permakanan, family kit dan lainnya dengan menggunakan pesawat terbang cargo dari Lanud Halim Perdanakusuma ke Bandara Blang Bintang. Begitu juga dari kementerian/lembaga yang lain telah banyak menyalurkan bantuan ke korban gempa, kata Sutopo.

Terkait kendala lapangan yang masih dihadapi adalah ketersediaan alat berat dan jalan yang terlalu sempit untuk dilalui oleh alat berat. “Lebih dari 1460 personel terlibat dalam proses darurat gempa ini, baik personel yang berasal dari unsur BNPB, BPBD, TNI/Polri, kementerian/lembaga, dinas, relawan dan masyarakat,” tukas Sutopo.