: Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan jalur Moda Raya Terpadu (MRT) Fase 2 di Jalan Gajah Mada, Jakarta, Rabu (18/9/2024). Berdasarkan data yang dirlis PT MRT pembangunan MRT CP 201 (Stasiun Thamrin dan Monas) fase 2A MRT Jakarta mencapai 80,75 persen, sementara untuk CP 202 (Stasiun Harmoni—Sawah Besar—Mangga Besar) mencapai 36,68 persen dan CP 203 (Stasiun Glodok dan Kota) mencapai 60,25 persen. ANTARA FOTO/Reno Esnir/app/Spt.
Oleh Isma, Kamis, 26 September 2024 | 20:49 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 228
Jakarta, InfoPublik - Rata-rata pertumbuhan belanja negara dalam kurun satu dekade (2014-2025) tercatat mencapai 6,83%. Dari Rp1.777,2 triliun di tahun 2014 naik menjadi Rp3.621,3 di triliun di 2025. Pertumbuhan belanja yang signifikan tersebut diharapkan dapat memberi manfaat yang besar bagi perekonomian dan bagi seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
“Spending better kuncinya tidak hanya soal besaran belanjanya, tapi rekonstruksi di dalamnya agar belanja itu lebih tepat sasaran. Memberi manfaat yang nyata bagi masyarakat, tapi juga multiplier effect yang kuat terhadap perekonomian,” kata Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Wahyu Utomo dalam acara Media Gathering di Anyer, Banten, Rabu (25/9/2024).
Menurut Wahyu, dukungan belanja negara yang besar turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan terjaganya tingkat inflasi. Dalam kurun 2014 hingga 2023, ekonomi Indonesia tumbuh relatif stabil di kisaran 5%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi global. Pada kahirnya, hal ini menjadi basis kuat stabilitas ekonomi.
"Bahkan, di masa pandemi pun Indonesia mampu keluar lebih cepat dari tekanan dibandingkan negara-negara lain di dunia. Setelah terkontraksi minus 2,1% di 2020, ekonomi Indonesia berhasil pulih ke level 3,7% di 2021 dan terus menguat mencapai 5,3% di 2022," ujar Wahyu.
Ditambahkannya, tingkat inflasi juga terjaga di level moderat 2,5% plus minus 1% sehingga optimal dalam mendorong daya beli masyarakat.
Wahyu memaparkan bahwa APBN telah mendorong peningkatan kesejahteraan dan daya saing. Belanja pendidikan untuk SDM unggul dalam kurun 2015 hingga 2023 tercatat mencapai Rp4.006,1 triliun yang antara lain berhasil meningkatkan jumlah sekolah dan angka partisipasi kasar perguruan tinggi.
Dalam kurun 2014 hingga 2023 tercatat jumlah sekolah pada jenjang SD bertambah dari 147.513 menjadi 148.758 sekolah; jenjang SMP dari 36.518 menjadi 42.548; dan jenjang SMA dari 24.934 menjadi 28.697 sekolah. Angka partisipasi kasar perguruan tinggi juga meningkat dari 25,76 di 2014 menjadi 31,45 di 2023.