- Oleh Putri
- Selasa, 24 Desember 2024 | 07:46 WIB
: Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian Ferry Irawan saat Dialog Satu Dekade Membangun Indonesia Maju yang disiarkan di Youtube Forum Merdeka Barat (FMB) 9/Foto: Tangkapan Layar Youtube FMB9
Jakarta, InfoPublik – Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Ferry Irawan, mengungkapkan tantangan berat yang dihadapi dalam meningkatkan perekonomian Indonesia sejak tahun 2014 hingga saat ini. Tantangan tersebut berasal dari faktor eksternal yang silih berganti, seperti perlambatan ekonomi Tiongkok yang berdampak pada penurunan ekspor komoditas Indonesia dan penurunan harga minyak yang menimbulkan ancaman deflasi di berbagai negara.
"Kemudian, periode 2020-2021 diwarnai dengan pandemi COVID-19. Salah satu upaya kita untuk mengatasi pandemi adalah dengan meminimalisir penyebaran melalui pembatasan aktivitas," kata Ferry saat Dialog Satu Dekade Membangun Indonesia Maju yang disiarkan di Youtube Forum Merdeka Barat (FMB) 9 pada Senin (9/9/2024).
Ferry menjelaskan bahwa meskipun menghadapi berbagai tantangan, kinerja ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di kisaran 5 persen. Meskipun pada tahun 2020 sempat mengalami kontraksi, perekonomian Indonesia menunjukkan pemulihan yang signifikan.
"Pada 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,0 persen, sedangkan pada 2020 turun menjadi 2,07 persen. Namun, setelah mengalami kontraksi hingga -0,7 persen, Indonesia berhasil kembali tumbuh sebesar 3,7 persen," ujarnya.
Ferry mengemukakan bahwa pemulihan cepat ini berkat kebijakan pemerintah yang mengintegrasikan kebijakan ekonomi dan kesehatan, serta penerapan kebijakan rem dan gas selama masa pandemi.
"Langkah ini bertujuan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat, sambil memastikan aktivitas ekonomi tetap berjalan," jelas Ferry.
Inflasi yang Terkendali
Keberhasilan pertumbuhan ekonomi juga terlihat dari inflasi yang terjaga. Ferry menekankan bahwa pemerintah dan Bank Indonesia telah menetapkan target inflasi yang sesuai dengan kesepakatan bersama.
"Inflasi tidak boleh terlalu rendah karena akan mengganggu produsen. Di sisi lain, inflasi yang terlalu tinggi juga akan berdampak negatif pada daya beli konsumen. Kami berusaha untuk mencapai keseimbangan antara produsen dan konsumen," kata Ferry.
Strategi untuk mencapai inflasi yang terkendali mencakup peningkatan pasokan kebutuhan pokok dan distribusi pangan, serta peningkatan kerja sama antar daerah. Selain itu, koordinasi yang lebih baik antara Bank Indonesia, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah juga diperlukan untuk memastikan stabilitas ekonomi.