Perpusnas Gelar Seminar Internasional Panji 2018

:


Oleh Wawan Budiyanto, Selasa, 10 Juli 2018 | 13:58 WIB - Redaktur: Juli - 1K


Jakarta, InfoPublik – Perpustakaan nasional (Perpusnas) menyelenggarakan seminar Internasional Panji 2018 sebagai tindak lanjut atas dikukuhkannya naskah cerita Panji sebagai Memory of the World (ingatan dunia) milik Indonesia.

Sosialiasi cerita Panji diselenggarakan dalam bentuk Seminar Internasional, pameran dan workshop naskah Cerita Panji sebagai warisan dokumenter bangsa Indonesia. yang dilaksanakan pada Selasa 10 Juli – Rabu 11 Juli 2018 bertempat di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro mengatakan, penyelenggaraan kegiatan dimaksudkan untuk merayakan naskah Panji (Panji Tales Manuscripts) yang telah ditetapkan sebagai Memory of the World (MoW) oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) pada tanggal 30 Oktober 2017.

“Tujuan kegiatan ingin merayakan naskah Panji diterima oleh UNESCO sebagai warisan dunia. Melestarikan Panji karena sangat unik, sudah 700 tahun yang lalu timbul dari cerita rakyat. Cerita Panji menginspirasi banyak seni tari, pentas orang, wayang, seni topeng, dan relief candi tentang Panji,” kata Wardiman dalam sambutannya sebelum membuka seminar di Ruang Teater Perpusnas, di Jakarta, Selasa (10/7).

Ia menjelaskan, Seminar Internasional Panji 2018 bertema ‘Melestarikan dan Merayakan Warisan bersama dari Sastra dan Budaya Panji/Inao’ diisi dengan rangkaian kegiatan di antaranya Pameran naskah cerita Panji, Tari-tarian, serta Workshop pelestarian.

Rangkaian sosialisasi cerita Panji berlangsung di 8 kota, antara lain, Denpasar (28-30 Juli), Surabaya (1 Juli), Malang (2 Juli), Blitar (3 Juli), Tulung Agung (4 Juli), Kediri (5 Juli), Yogyakarta (6-8 Juli) dan Jakarta (10-11 Juli).

Seminar menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya, Wardima Djojonegoro (Indonesia), Nooriah Mohamed (Malaysia) Roger Tol (Belanda) Lydia Kieven (Jerman) dan Rujaya Abikhom (Thailand). Seminar diikuti ratusan peserta dari Kementerian/Lembaga, kalangan dosen, dan mahasiswa ilmu budaya, para peneliti, atase kebudayaan di sebagian negara ASEAN dan Eropa.

Sastra dan Budaya Panji/Inao merupakan lokal genius nenek moyang bangsa Indonesia. Sastra Panji lahir pada akhir abad ke-14, pada era Majapahit. Tokoh utama cerita Panji adalah Raden Inu Kertapati, putera mahkota Kerajaan Jenggala, dan kekasihnya Dewi Sekartaji, puteri kerajaan Daha.

Dari masa ke masa cerita Panji sangat populer dan digemari masyarakat sehingga cepat menyebar ke wilayah Nusantara, bahkan melanglang buana ke Asia Tenggara, terutama Malaysia, Kamboja dan Thailand. Cerita Panji diabadikan di beberapa relief candi di Jawa Timur. Namun sekarang ini sedang mengalami kemunduran dari para apresiatornya, terutama kalangan muda. Sehingga perlu upaya untuk “Menggugah Kembali Warisan Bersama Sastra dan Budaya Panji” tersebut. Apalagi naskah cerita Panji telah mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan Dunia (Memory of the World/MoW), tanggal 13 Maret 2017.

Panji tidak saja mencakup bidang sastra, tetapi juga berkembang dalam berbagai bentuk transformasinya, antara lain menjadi inspirasi dalam seni pertunjukan (musik, tari, teater), wayang beber, komik, seni media dan film, dan seni kria/kreatif seperti topeng dll. Sejarawan Andrian Vickers menulis, “Panji/Inao merupakan sebuah budaya bersama di Asia Tenggara.”

Sastra-budaya Panji sebagai sumber inspirasi karya seni dan nilai kehidupan, saat ini mulai dilupakan. Sehingga diperlukan upaya revitalisasi, reaktualisasi dan rekreasi sastra-budaya Panji untuk menumbuhkan kembali memori-bersama tentang sastra dan budaya Panji. Melalui berbagai ekspresi sastra-budaya Panji yang beragam, kekinian dan menarik, sehingga generasi mileneal/ zaman now mengenal jejak warisan sastra dan budaya Panji.

Diharapkan kedepan cerita Panji dapat menggugah kembali pelaku seni, pemerhati seni dan masyarakat pendukungnya untuk lebih memahami sastra-budaya Panji, sebagai warisan budaya yang bisa dijadikan sumber inspirasi dalam penciptaan karya seni dan pemajuan kebudayaan.

Selain itu, meningkatkan apresiasi masyarakat, terutama kalangan anak usia sekolah akan berbagai ragam corak repertoar seni berbasis Panji, sehingga terbangun komunitas pecinta Panji/Panjimania.