Jalur Cepat Mencegah Covid-19

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Selasa, 24 November 2020 | 06:24 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 434


Jakarta, InfoPublik - Julukan proyek itu sangat menakjubkan; "Proyek Kecepatan Cahaya" atau Project Lightspeed. Julukan itu disematkan mengacu pada cepatnya hasil awal yang didapat. Biasanya untuk pembuatan vaksin dibutuhkan waktu sekitar 8 hingga 10 tahun. Kali ini proses pembuatannya hanya butuh kurang dari satu tahun.

Proyek ini memang bukan proyek sembarangan. Ini merupakan proyek pengembangan vaksin Covid-19 yang dilakukan BioNtech (perusahaan bioteknologi yang berpusat di Jerman) dan Pfizer (perusahaan farmasi yang berpusat di AS). Mereka mengembangkan vaksin saat pandemi melanda China pada Januari 2020. Tiga bulan kemudian BioNtech sudah punya kandidat vaksin yang memasuki fase pengembangan klinis.

Vaksin dikembangkan oleh dua ilmuwan Jerman keturunan Turki, Ugur Sahin dan Özlem Türeci. Keduanya adalah pakar kedokteran dan pasangan suami-istri.

Vaksin pertama virus corona diharapkan mendapat izin edar cepat di AS pada November 2020. Untuk itu mitra BioNtech di AS, Pfizer akan mengajukan izin penggunaan darurat.

Vaksin ini adalah satu dari 11 vaksin di dunia yang saat ini sedang dalam tahap akhir uji coba, yang melibatkan perusahaan farmasi dan laboratorium lainnya.

Senin (9/11/2020) lalu, BioNtech dan Pfizer mengumumkan data terbaru vaksin yang diberi nama BNT162. Mereka menyebut BNT162 mampu memberikan perlindungan 90 persen terhadap Covid-19 pada awal uji coba tahap 3. Dengan begitu perusahaan bio farmasi ini menjadi yang pertama mendaftarkan untuk mendapat regulasi vaksin dalam lomba melawan corona di negara maju.

Awal Oktober lalu, komisi pengawas farmasi Eropa-EMA telah mengumukan proses pemberian izin bagi vaksin corona dari BioNtech dan Pfizer. Vaksin saat ini sedang dites dalam fase ketiga uji klinis pada sekitar 10.000 relawan. Untuk mempercepat pemberian izin, hasil tes yang sedang berjalan terus dikaji, hingga dihimpun cukup pengetahuan untuk menarik keputusan memberikan dokumen perizinannya.

Pfizer dan BioNTech menyebut mereka akan memiliki data keamanan vaksin yang memadai pada pekan ketiga November untuk dibawa ke pihak berwenang. Begitu mendapat persetujuan, mereka bisa menyediakan hingga 50 juta dosis tahun ini dan 1,3 miliar dosis tahun depan.

Tak hanya BioNtech-Pfizer, ada juga Sputnik V dari Rusia, dan Moderna dari Amerika Serikat. Tak mau kalah dengan BioNtech, Moderna, Senin (16/11/2020) mereka mengklaim vaksin eksperimental mereka 94,5 persen efektif mencegah Covid-19. "Kami akan memiliki vaksin yang bisa menghentikan Covid-19," kata Presiden Moderna Stephen Hoge.

Uji coba vaksin yang dikembangkan Moderna melibatkan 30.000 orang di AS. Setengah dari mereka diberi dua dosis vaksin dengan jarak empat pekan. Sisanya mendapat suntikan placebo.

Dari 95 orang pertama yang mengidap gejala Covid-19, hanya lima kasus Covid-19 terjadi pada mereka yang diberi vaksin.

Sementara Sputnik V mengklaim 92 persen vaksin mereka mampu mencegah Covid-19. Menurut Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), hasil sementara vaksin Sputnik V itu berdasar data 16.000 peserta uji coba pertama yang menerima suntikan vaksin dosis kedua.

Vaksin Sputnik V yang dikembangkan Gamaleya Institute ini dirancang untuk memicu respons dari dua suntikan yang diberikan dengan selang waktu 21 hari masing-masing berdasarkan vektor virus berbeda yang biasanya menyebabkan flu biasa: adenovirus manusia Ad5 dan Ad26.

Nama Sputnik V berasal dari peluncuran satelit pertama di dunia oleh Uni Soviet pada tahun 1957.

Meski semua baru sebatas data sementara, kabar itu merupakan angin segar. Semakin banyak vaksin yang ditemukan tentu semakin baik. (Ilustrasi vaksin Covid-19. Foto: Fernando Zhiminaicela/Pixabay)