Lampu Hijau Vaksinasi Covid-19

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Selasa, 27 Oktober 2020 | 06:06 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 614


Jakarta, InfoPublik - Kabar baik itu dilansir PT Bio Farma. Hasil survei pada 30 September mengungkap sebanyak 64,8 persen keluarga di Indonesia setuju ikut vaksinasi. Sedangkan 27,6 persen keluarga mengatakan belum tahu, dan 7,6 persen keluarga menyatakan tidak mau divaksin.

Prosentase itu didapat, ketika mereka disodori pertanyaan, "jika pemerintah memberikan vaksin Covid-19, apakah Anda dan keluarga akan ikut imunisasi? 

Survei itu sendiri bertajuk tentang sikap masyarakat terhadap vaksin, dilakukan bersama Kementerian Kesehatan, WHO, dan UNICEF. 

Pada survei itu memang masih ada sebagian kecil keluarga yang enggan ikut vaksinasi (7,6 persen). Keengganan itu dikarenakan alasan yang berbeda-beda. Sebanyak 59,03 persen merasa tidak yakin dengan keamanana vaksin.

Ada juga 43,17 persen yang tidak yakin dengan efektivitas vaksin. Juga ada 24,20 persen yang merasa takut akan efek sampingnya. Dan terakhir, 26,04 persen tidak percaya vaksin.

Dalam survei itu juga ada 15,97 persen yang menolak divaksin karena masalah agama, dan 31,24 persen karena alasan lainnya.

Adanya masyarakat yang masih menolak akan vaksinasi ini tentu pekerjaan rumah bagi kita semua. Semua elemen perlu melakukan komunikasi dan advokasi terhadap masyarakat yang menolak vaksi ini.

"Ini perlu disampaikan pentingnya vaksin," kata Project Integration Manager of Research and Development Division PT Bio Farma Neni Nurainy saat diskusi daring dengan tema "Refleksi Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-Amin" di Jakarta, Senin (26/10/2020).

Sosialisasi vaksin ini penting karena dalam waktu dekat ini pemerintah bakal melakukan vaksinasi Covid-19.

Vaksin memang bukan segalanya. Vaksin juga bukanlah senjata pamungkas. Namun vaksin jelas punya manfaat. "Selain mengontrol kematian juga mencegah kecacatan dan komplikasi akibat penyakit," ujar Neni.

Contohnya vaksin campak, tetanus, dan pertussis. Vaksin campak telah berhasil menyelamatkan 2,7 jiwa nyawa manusia. Begitu juga dengan vaksi tetanus. Ada dua juta yang terselamatkan dengan vaksin ini dan ada satu juta jiwa nyawa selamat dengan divaksin pertussis.

Karena efektivitas vaksin, maka terjadilah eradikasi. Selain itu, terdapat pula eliminasi atau penurunan pada beberapa penyakit, di antaranya rubella, campak dan pertussis.

"Pada intinya vaksin menimbulkan kekebalan pada individu, kelompok dan juga global," kata Neni.

Hal ini senada dengan pernyataan Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi, Achmad Yurianto. Kata dia, vaksinasi Covid-19 bukan senjata ampuh untuk menyelesaikan pandemi virus corona di Indonesia. Vaksinasi bukan lini pertama dalam penanggulangan penyakit pandemi Covid-19. Meski telah divaksin, mereka tetap harus menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

"Vaksin ditujukan untuk memberikan kekebalan agar saat terpapar virus tidak jadi sakit," ujar Yurianto.

Vaksinasi Awal
Pemerintah telah memesan sejumlah calon vaksin. Ada SinoVac, G42/Sinopharm, CanSino, dan AstraGeneca. Tiga vaksin pertama merupakan produksi Cina, sedangkan vaksin AstraGeneca produksi Inggris.

Jika BPOM, MUI, dan Kementerian Agama mengibarkan bendara aman dan halal untuk vaksin produksi China itu, maka Indonesia akan mulai melakukan vaksinasi pada November. Ada 9,1 juta orang yang diprioritaskan mendapatkan vaksin itu.

Dalam pemberian vaksin, pemerintah memang membuat skala prioritas. "Prioritas vaksin akan diberikan kepada garda terdepan," kata Menteri Kesehatan, Terawan.

Ada enam golongan yang akan diprioritaskan mendapat vaksin dalam Perpres itu.

1. Garda terdepan: Petugas medis, paramedis contact tracing, TNI/Polri, dan aparat hukum sebanyak 3.497.737 orang.
2. Tokoh agama/masyarakat, perangkat daerah (kecamatan, desa, RT/RW), dan sebagian pelaku ekonomi sebanyak 5.624.0106 orang. 3. Guru/tenaga pendidik dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi 4.361.197 orang.
4. Aparatur pemerintah (pusat, daerah, dan legislatif) sebanyak 2.305.689 orang.
5. Peserta BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) sejumlah 86.622.867 orang.
6. Masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya huingga 57.548.500 orang.

Indonesia menargetkan 160 warganya akan divaksinasi. Untuk vaksin Sinovac, pemerintah menargetkan akan memberikan kepada 102.451.500 orang pada kelompok prioritas yang ada di Pulau Jawa. Sedangkan vaksin Sinopharm akan diberikan pada 27 juta sasaran prioritas yang ada di luar pulau Jawa.

Sementara sisa 30.548.500 orang belum kebagian akan diberikan vaksin yang lain yakni Genexine–GX19, namun masih dibutuhkan identifikasi lebih lanjut. (Petugas kesehatan melakukan simulasi suntik vaksin COVID-19 di Puskesmas Tapos, Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10/2020). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nz)