Carilah Sinyal Hingga ke Kuburan

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Minggu, 4 Oktober 2020 | 05:53 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 495


Jakarta, InfoPublik - Raut wajah Wenny Purnama Putri tampak haru menceritakan antusiasme anak didiknya saat mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Meski tak bertemu fisik, mereka tetap bersemangat mengikuti pelajaran yang diberikan para guru.

Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, pemerintah memang melarang proses pembelajaran dilakukan secara luar jaringan (luring). Sebagai gantinya, pemerintah meminta proses pembelajaran dilakukan secara dalam jaringan (daring).

Sayang, saat PJJ dilakukan sejumlah kendala masih kerap ditemui. Seperti yang diceritakan Wenny, guru SMA Negeri Kecamatan Panggarangan, Lebak, Banten ini. Salah satunya soal akses sinyal. Kata dia, tidak semua tempat tinggal murid didiknya bisa dengan mudah mendapatkan sinyal.

Untungnya, anak-anak didiknya tergolong gigih. Setiap hari mereka tetap berupaya keras untuk mencari sinyal agar bisa mengikuti PJJ. Jika sinyal bisa didapat di persawahan, mereka rela belajar di persawahan.

"Bahkan beberapa anak didik saya ada yang memanjat pohon untuk bisa mendapatkan sinyal," ujar Wenny saat menjadi narasumber diskusi virtual Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema "Subsidi Pulsa: Belajar Aman dan Tetap Terkoneksi dari Rumah Saja", Selasa (29/9/2020).

Saking seringnya anak-anak itu memanjat pohon, warga setempat membuatkan mereka rumah pohon. Tujuannya, agar anak-anak itu bisa belajar di atas pohon dengan nyaman.

"Tapi kadang sudah bersiap mengikuti PJJ, tiba-tiba listrik padam," ujarnya.

Itu kisah anak didik Wenny. Ada lagi yang lebih mengharukan. Ini dialami pelajar SMAN 3 Kecamatan Cibeber, sekolah yang dekat dengan tempat Wenny mengajar.

Para pelajar di sekolah itu, kata Wenny, harus mencari sinyal hingga ke kuburan. "Di kuburan ini mereka baru dapat sinyal bagus," ujarnya.

Survei UNICEF menunjukkan itu. Dalam survei yang dilakukan 18-29 Mei dan 5-8 Juni 2020 melalui kanal U-Report yang terdiri dari SMS, WhatsApp, dan Facebook Messenger, UNICEF menerima lebih dari 4.000 tanggapan dari siswa di 34 provinsi.

Dari survei itu terungkap, 35 responden menyebut jaringan internet menjadi kendala selama PJJ. Survei itu juga mengungkap, 62 persen responden membutuhkan kuota internet saat PJJ.

Spesialis pendidikan UNICEF Nugroho Warman, menyebut, orang tua dan siswa yang jadi responden mengatakan hambatan terbesar yang dihadapi murid saat belajar dari rumah adalah kurangnya akses internet dan perangkat elektronik yang mendukung.

“Orang tua juga harus fokus pada kewajiban lain untuk menghidupi keluarga mereka,” katanya.

M. Hasan Chabibie, Plt Kepala Pusdatin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengakui, kuota ini memang banyak dikeluhkan perserta didik dan pendidik. Karenanya, berangkat dari banyaknya keluhan dan juga survei UNICEF itu, pemerintah memutuskan untuk memberi subsidi kuota.

Subsidi ini, kata Hasan, juga untuk mengapresiasi semangat belajar peserta didik dan pendidik seperti yang diceritakan Wenny itu.

Situasi ini memang tidak pernah diduga sebelumnya. Tak hanya Indonesia tapi situasi ini melanda hampir merata ke seluruh negara. "Hampir 1 miliar orang pelajar di dunia terdampak," ujarnya.

Namun sitausi ini tak harus membuat kita menyerah, kata Hasan. Karenanya, pemerintah mencari siasat agar Indonesia tidak kehilangan generasi masa depan. "Kami mengikhtiarkan apapun yang bisa dilakukan untuk bisa menjaga nyala belajar anak didik," ujarnya.

Salah satu ikhtiar yang dilakukan adalah memberi subsidi kuota pada anak didik dan pengajar. Dengan bantuan ini, setidaknya bisa mengurangi beban orang tua, peserta didik dan pendidik.

Dharma Simorangkir, Senior VP Enterprise Telkomsel mengamini. Kata dia, Telkomsel sebagai bagian dari pemerintah punya kewajiban untuk menjaga nyala apa belajar mereka. Karenanya, mereka membuka ruang seluas-luasnya jika ada keluhan soal kendala sinyal yang buruk agar disampaikan.

Menurut Dharma, faktor sinyal faktor sinyal lemah ini memang kerap terjadi, tak hanya di luar Jawa tapi juga di Jawa. Pemancar dan topografi memang kadang menjadi salah satu faktornya.

Karenanya, untuk memastikan kasus yang terjadi di daerah Wenny, Dharma berjanji akan menurunkan timnya. "Dari Telkomsel nanti akan melakukan perbaikan," katanya.

Mendengar respons itu Wenny gembira. Ia berharap semua pihak tetap menjaga semangat belajar para peserta didik itu. "Karena anak-anak itu kerap berangan-angan bisa mendapatkan sinyal mudah sehingga bisa belajar di rumah," ujar Wenny. (Tiga orang warga mencari sinyal seluler untuk menelepon dan sms, di Jorong Sungai Dadok, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatera Barat, Sabtu (19/9/2020). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/hp)