Membangun Ketahanan Pangan dari Pinggiran

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Rabu, 26 Agustus 2020 | 07:10 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 546


Jakarta, InfoPublik - Mengenakan baju batik, topi tani, dan bermasker, Sabtu dua pekan lalu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, memukul patrol. Ini merupakan momen istimewa bagi lima desa yang ada di Kabupaten Bantul.

Hari itu, Menteri Halim meresmikan terbentuknya PT Pasar Desa Indonesia di Desa Guwosari Bantul. Pasar Desa ini merupakan konsorsium berbasis BUMDes yang dibentuk lima desa yang ada di Bantul. Kelima desa itu adalah Panggungharjo, Guwosari, Ngestiharjo, Sriharjo dan Wirokerten.

Konsorsium pasar yang melibatkan lima desa ini bisa menjadi model yang sangat menarik. Pasardesa ini bisa menjadi salah satu rujukan atau acuan pembangunan desa di Indonesia.

"Nanti, kami satukan dalam satu platform sehingga semua desa di Indonesia punya referensi model pembangunan desa," kata Halim saat meresmikan PT Pasar Desa.

Platform digital pasardesa.id, kata Halim, sangat bermanfaat bagi desa karena bisa mempercepat peningkatan ekonomi dan mensejahterakan masyarakat desa. Platform itu nantinya akan jadi ajang pamer produk-produk unggulan dan kreasi warga desa sehingga nyambung dengan kebutuhan desa.

Kepala Desa Panggungharjo yang juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pasar Desa Indonesia, Wahyudi Anggoro Hadi mengatakan, pendirian konsorsium ini dalam rangka mitigasi atau mengurangi resiko dampak ekonomi yang dirasakan warga desa. Selain itu, konsorsium ini juga dalam rangka penguatan ekonomi desa.

"Di pasardesa.id itu nanti prinsipnya akan mempertemukan barang-barang persediaan yang ada di toko atau warung yang ada di lima desa dengan sebagian warga desa lain yang masih mempunyai cukup daya beli," katanya.

Platform pasardesa.id, kata Wahyudi, telah memiliki omzet penjualan Rp 960 juta sejak 13 April lalu. Omzet tersebut berasal dari 4 ribu transaksi dengan produk sebanyak 3.800 yang berasal dari lima desa.

Produk-produk tersebut berasal dari 157 toko atau warung yang tersebar di lima desa.

Halim bangga dengan konsep yang diusung Pasar Desa itu. Kata dia, desa sudah semestinya menjadi leading sector dalam inovasi bidang ketahanan pangan. Selama pandemi Covid-19, sektor pertanian sama sekali tidak terdampak.

"Kita tahu selama pandemi ini, bidang pertanian masih terus bertahan dan tidak tiarap," ujar Halim.

Dunia pertanian Indonesia sebenarnya menjadi inti ketahanan pangan. Sayangnya, pertanian justru dijalankan lewat berbagai program yang tidak berhubungan dengan aspek ketahanan pangan.

Dampaknya, beberapa komoditas pangan pokok harus diimpor. Jika dibiarkan berlanjut, impor bahan-bahan pangan pokok tidak lagi menjadi sebuah keinginan, melainkan kebutuhan.

Karena itu, jika seluruh desa memiliki inovasi mengembangkan ketahanan pangan, Indonesia tidak lama lagi akan mandiri pangan. "Ini sesuai kebijakan pemerintah menggeliatkan ekonomi," katanya.

Penguatan ketahanan pangan di desa sebenarnya cukup mudah. Caranya? Lakukan sensus tentang besaran kebutuhan pangan, jenis pangan, dan siklusnya maka persoalan ketahanan akan terselesaikan.

Halim benar. Tengoklah cara Desa Gari memetakan kebutuhan konsumsi pangan warganya saat pandemi Covid-19 ini. Untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang selama ini dibeli warganya, mereka melakukan survei. Hasilnya memang cukup mengejutkan. "Ternyata kebutuhan pangan warga Desa Gari dalam setahun mencapai Rp 18.802.075.000," ujar Ketua Karang Taruna Mekar Pandega Desa Gari, Septian Nurmansah.

Dari hasil survei itu kemudian pihak desa membuat gerakan menanam sayuran. Warga pun antusias. Gerakan ini diharapkan mampu menekan pengeluaran warga desa untuk membeli sayuran.

Konsepnya, "mangan opo sing ditandur, nandur opo sing dipangan (makan apa yang ditanam, menanam apa yang dimakan."

Dengan menanam sejumlah tanaman, kebutuhan sayuran yang biasa mereka beli, bisa mereka petik dari halaman sendiri.

Untuk mendukung program ketahanan pangan di desa itu, kata Halim, kini Kementerian Desa sedang memetakan berbagai kebutuhan pembangunan desa. Pemetaan ini menjadi pintu masuk bagi kementerian atau lembaga lain agar program mereka tepat sasaran. (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Halim Iskandar (batik coklat), saat meresmikan PT Pasar Desa Indonesia di Desa Guwosari, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (15/8). Foto: tangkapan layar instagram @halimiskandarnu)