Semangat Berbagi di Tengah Pandemi

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Jumat, 21 Agustus 2020 | 05:58 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 920


Jakarta, InfoPublik - Pemandangan pagi itu terlihat tak biasa. Kantong-kantong plastik berisi sayur mayur digantung di pagar depan kedai kopi yang terletak di persimpangan Kampung Kutu Wates, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Ada kacang panjang, buah kol, sawi, dan tomat.

Beberapa orang yang melintas di jalan itu tak segan mengambil bungkusan itu.

Pemandangan itu sudah terlihat sejak awal April atau sebulan setelah kasus Covid-19 ditemukan pertama di Indonesia.

Adalah Arief Winarko (39 tahun) yang melakukan bagi-bagi sayur itu. Gerakan yang kemudian dinamakan "Sejangkauan Tangan" itu berawal dari keresahan Arif melihat banyaknya warga di desanya yang terdampak pandemi Covid-19. Apalagi di awal-awal pandemi itu banyak kampung yang ditutup termasuk kampung Arief. Kala itu, kata Arief, banyak tetangganya yang kehilangan pekerjaan dan kesulitan memenuhi keperluan rumah tangganya.

Karena masih beruntung, Arief tergerak untuk berbagi. Ia sisihkan uang hasil penjualan kopi itu. Tak banyak memang.

Uang sudah ada namun Arief belum menemukan apa bentuk yang akan dibagi. Yang jelas ia ingin uang yang tak banyak itu bisa belikan sesuatu, tepat sasaran, dan bermanfaat.

Setelah berpikir cukup lama, terbersit di pikirannya untuk membagi sayur. Kebetulan juga ia punya kenalan petani sayur yang ada di Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ia kontak kenalannya itu.

Gayung bersambut. Kebetulan, saat itu hasil panen sayur juga melimpah dan harga sayur anjlok karena pandemi Covid-19 ini. Kenalannya itu langsung mengirimkan sayur mayur yang dipesan Arief. "Ada lima karung berisi sayur-mayur. Ada sawi, kubis, kembang kol, wortel, kancang panjang, dan jenis sayuran lainnya," ujar Arief.

Bersama keluarga dan teman-temannya, Arief kemudian membungkus sayuran itu ke dalam kantong-kantong plastik. Ada 100 bungkus saat itu. Bungkusan itu lalu digantung di pagar besi depan kedai kopi miliknya.

Tak disangka, masyarakat sekitar antusias dengan gerakan Arief itu. Dukungan bertambah kala Arief memposting gerakannya itu ke media sosial.

Tak disangka, banyak warga di luar kampungnya yang mendukung bahkan ikut melakukan gerakan serupa. Di Yogyakarta gerakan ini akhirnya juga dilakukan di daerah Mojosari, Patangpuluhan, Sidikan, Mlangi, Sawahan, Cokrokusuman, dan Cabean.

Tak hanya di Yogyakarta, gerakan Sejangkauan Tangan juga melebar sampai di Samarinda, Kalimantan Timur; Depok, Jawa Barat; dan DKI Jakarta.

“Ini sungguh sangat luar biasa, di situasi pandemi ada orang-orang hebat peduli kepada sekitar,” kata Zuly, seorang warga asal kampung Cabean, Bantul.

Menurut Arief, pemilihan sayur karena pertimbangan ekonomi dan juga kesehatan. Sayur punya kandungan gizi dan juga harganya terjangkau.

Petani Tertolong

Gerakan Sejangkauan Tangan ini juga disambut antusias petani. Menurut petani Desa Sumber, Untung Pribadi (42 tahun) gerakan Sejangkauan Tangan ini membawa angin segar bagi petani.

"Hasil panen tidak bisa terjual karena banyak daerah dan pasar yang ditutup, pembatasan wilayah," katanya.

Kalau pun terjual, kata Untung, harganya jeblok. Kembang kol yang biasanya dijual Rp 2.000 perkilo kini dihargai Rp 500 perkilo. Kini, ketika ada gerakan Sejangkauan Tangan, harga kol itu dihargai Rp 1.000 perkilonya.

Lumayan. Harga itu relatif lebih tinggi dibanding harga yang dibeli pedagang pasar. "Hitung-hitung kami juga turut solidaritas sosial," kata Setyoko, petani lainnya.

Hampir empat bulan digulirkan, gerakan Sejangkauan Tangan ini tercatat sudah membagi lebih dari 15.000 bungkus ke warga.

Berbagi untuk Ibu Hamil

Tak hanya di Sleman, Yogyakarta, gerakan berbagi juga muncul di Kelurahan Gumuruh, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat. Tepatnya RW 06 kelurahan itu, sejumlah warga bergotong royong menyediakan bahan makanan sehat bagi ibu hamil yang kesulitan memenuhi nutrisi bagi kandungannya selama pandemi Covid-19.

Gerakan itu dilakukan untuk membantu 14 ibu hamil dari keluarga kurang mampu yang ada di wilayah itu. Untuk membantu memenuhi kandungan nutrisi, warga membagikan bahan makanan berupa sayur dan buah-buahan yang bungkus dalam tas. Tas itu dicantelkan di pagar pembatas Sungai Cikapundung, Kota Bandung, Jawa Barat. Gerakan itu mereka namakan "Cantelan".

Bagi mereka yang membutuhkan bisa langsung mengambilnya.

Menurut Sofyan Mustafa, Ketua RW 06 yang juga penggagas gerakan bantuan Cantelan, menuturkan, gerakan itu muncul karena di wilayahnya itu belum ada bantuan bagi ibu hamil dari pemerintah pusat maupun daerah.

Bantuan, kata Sofyan, sebenarnya ada tapi tidak ada bantuan makanan tambahan bagi ibu hamil. "Jadi kami memberi bantuan berupa makanan tambahan dan nutrisi," ujarnya.

Gerakan Cantelan ini dihimpun oleh ibu-ibu PKK dan Karang Taruna RW setempat. Untuk membeli kebutuhan itu, kader Karang Taruna secara rutin memungut sampah. Sampah-sampah itu dijual ke pengepul. Hasil dari penjualan sampah digabung dengan donasi lain kemudian dibelikan paket sayuran dan buah-buahan itu.

Yanti Setiawati, salah seorang ibu hamil yang mendapat Cantelan, merasa terbantu dengan gerakan Cantelan ini. "Warga di sini baik-baik semua," ungkap Yanti yang tengah hamil lima bulan ini.

Pandemi memang memunculkan kepedulian. Karenanya, munculnya inisiasi gerakan-gerakan berbagi itu layak diapresiasi. (Sejangkauan Tangan Indonesia Chapter Samarinda membagikan 64 paket sayuran, Senin (27/7/2020). Foto: tangkapan layar instagram @sejangkauantangansamarinda)