Pesan Tersembunyi dari Pecahan Baru Rupiah

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Rabu, 19 Agustus 2020 | 13:14 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 460


Jakarta, InfoPublik - Gambar dua proklamator Indonesia, Soekarno-Hatta terlihat di depan. Di bawahnya ada gambar jembatan merah youtefa Papua serta kereta. Di pojok kiri atas tulisan 75 dicetak lebih besar dari angka 0. Di pojok kananya terpampang lambang Garuda Pancasila.

Itulah desain depan uang pecahan Rp 75.000 yang diluncurkan persis pada peringatan ulang tahun ke-75 kemerdekaan Indonesia, Senin (17/08/2020).

Di lembar belakang, sejumlah anak terlihat mengenakan sejumlah pakaian khas daerah. Ada juga peta dunia.

Desain halaman muka uang pecahan Rp 75.000, kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bermakna mensyukuri kemerdekaan dengan peristiwa kemerdekaan 17 Agustus 1945 serta berbagai pencapaian pembangunan.

Sementara halam belakang bermakna menyongsong masa depan yang gemilang. Ini tergambar pada satelit merah putih sebagai jembatan komunikasi di NKRI. Selain itu, di halaman belakang juga terdapat gambar bola dunia yang menggambarkan peran strategis Indonesia di kancah global.

Dari keseluruhan, halaman belakang uang itu bermakna memperteguh kebhinekaan.

"Uang tak sebatas alat pembayaran tapi lambang kedaulatan, sistem kemandirian bangsa Indonesia,” kata Perry.

Penerbitan pecahan uang Rp 75.000 ini merupakan kali keempat. Saat peringatan HUT ke-25, BI membuat uang logam emas dan perak bergambar burung cendrawasih; arca batu manjusyri Candi Tumpang, Malang, Jawa Timur; penari wayang wanita; dan ukiran garuda bali.

Pecahan uang yang dikeluarkan kala itu terdiri dari uang logam emas pecahan Rp 25.000, Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, dan Rp 2.000 dan uang logam perak pecahan Rp 1.000, Rp 750, Rp 500, Rp 250, Rp 200.

Sementara saat HUT ke-45 Indonesia pada 1990, BI kembali meluncurkan uang logam emas pecahan Rp 750.000, Rp 250.000 dan Rp 125.000. Sedangkan pada HUT ke-50 Indonesia pada 1995, BI merilis uang logam emas Rp 850.000 dan Rp 300.000.

Uang pecahan baru Rp 75.000 dicetak sebanyak 75 juta lembar. Uang pecahan itu telah disebar ke seluruh kantor cabang BI. Masyarakat yang ingin mendapatkan bisa pesan melalui aplikasi pintar.

Sejarah Rupiah

Dikutip dari situs Bank Indonesia (BI), pada masa kerajaan, telah menggenal dan menggunakan berbegai tipe uang yang berupa logam. Ada juga yang memakai sistem barter. Ketika Belanda datang, ada bermacam uang yang beredar seperti Sen atau Gulden.

Pasca kemerdekaan Indonesia, ada empat mata uang yang beredar di Indonesia. Tiga jenis berasal dari Jepang, satu dari Belanda. Tiga jenis mata uang Jepang itu dikeluarkan dari tiga otoritas berbeda. Mata uang yang dikeluarkan juga punya sebutan berbeda.

Uang yang dikeluarkan pemerintah pusat Jepang disebut Gulden Jepang. Sedangkan uang dari pemerintah pendudukan Jepang bernama Gunpyo. Satu lagi uang cetakan Nanpo Kaihatsu Ginko atau bank sirkulasi yang disebut uang invasi.

Sedangkan mata uang peninggalan Belanda dikeluarkan De Javaasche Bank atau Bank Sentral Hindia Belanda. Satuannya gulden.

Karena belum punya mata uang sendiri, Sjafruddin Prawiranegara, anggota Badan Pengurus Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP atau badan legislatif sementara RI) mengusulkan agar Indonesia mengeluarkan uang sendiri sebagai pengganti empat mata uang yang beredar saat itu. Usulan itu disampaikan kepada Mohammad Hatta pada Oktober 1945. Hatta setuju dengan usulan itu.

A.A. Maramis, Menteri Keuangan saat itu langsung bergerak menindalanjuti usulan itu. Akhirnya pada 30 Oktober 1946, Indonesia punya mata uang sendiri yang bernama Oeang Repoeblik Indonesa (ORI). 

(Petugas memperlihatkan uang baru pecahan Rp75.000 di Bank Indonesia, Padang, Sumatera Barat, Selasa (18/8/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi/Lmo/foc).