Cara Suku Marind Mencegah Kebakaran Lahan Gambut

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Jumat, 7 Agustus 2020 | 06:52 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 590


Jakarta, InfoPublik - Di bawah tenda warna ungu empat marga yang mendiami kampung itu berkumpul. Ada warga setempat dan terlihat beberapa pejabat daerah.

Mengenakan janur di lengan dan pundak, beberapa orang terlihat sedang membakar ranting. Ada daun kelapa dan buahnya. Beberapa warga mengitari tokoh yang sedang memimpin upacara itu. Sambil komat-kamit sang tokoh menabur sagu, tebu, dan beberapa tanaman di ranting yang dibakar tadi. "Ini menandakan penghormatan kepada leluhur kita," kata Kepala Kampung Kaliki.

Kampung Kaliki berada di Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua. Kampung ini berjarak 103 km dari ibu kota kabupaten.

Mengutip profil Desa Kaliki tahun 2017 yang dipublikasikan Badan Restorasi Gambut (BRG), Suku Marind mendiami Kampung Kaliki yang memiliki total luas daerah mencapai 208,84 kilometer persegi atau 32,88 persen dari luas Distrik Kurik. Luas lahan ini terbagi atas hutan permukiman, pekarangan, persawahan, perkebunan, kuburan, perkantoran, sekolah, jalan dan prasarana umum lain.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2017, kampung ini adalah kampung terluas kedua setelah Kampung Ivimahad di Distrik Kurik. Kampung Kaliki didiami suku Marind. Suku Marind merupakan suku adat terbesar di Merauke.

Kampung Kaliki merupakan wilayah yang dikepung rawa gambut. Ketebalannya lahan gambutnya berkisar 10 sentimeter hingga 1 meter. Kebakaran lahan pernah terjadi beberapa kali.

Ritual yang dilakukan hari itu merupakan upacara sebelum mereka menanam bibit sagu di atas lahan gambut. Penanam dilakukan salah satunya untuk mencegah terjadinya kebakaran yang berulang.

Penanaman pohon sagu merupakan salah satu cara merevitalisasi lahan gambut yang selama ini dianggap kurang produktif. Penanaman itu juga bertujuan untuk mendorong peningkatan taraf hidup warga setempat.

Deputi III bidang edukasi, sosialisasi, partisipasi dan kemitraan Badan Restorasi Gambut Myrna A Safitri menyebut kebakaran lahan di Papua ini kerap terjadi akibat kegiatan pembukaan rawa untuk pengalihan tata guna lahan serta kegiatan berburu masyarakat setempat.

Menurut Myrna, tak mudah mencegah masyarakat tak melakukan kegiatan pembakaran hutan. Sebab, kegiatan perburuan merupakan budaya masyarakat adat di sana.

"Pembakaran bagian dari teknologi. Kami belum temukan solusi, baru himbauan kepada masyarakat untuk mengurangi pembakaran," kata Myrna.

BRG menargetkan restorasi atau pemulihan ekosistem gambut di Papua bisa mencapai 39.239 hektare.

Kepala Kampung Kaliki, Timotius Balagaize mengatakan masyarakat adat Marind sudah lama hidup di ekosistem gambut serta sumber penghidupan.

Timotius berharap dengan dijadikan desa percaontohan dulunya lahan gambut yang dulunya tak produktif bisa produktif. "Bagi kami tanah itu sama seperti ibu yang memberi sumber kehidupan," katanya dalam Festival Kebudayaan Desa Senin (13/07/2020).

Di rawa gambut itu mereka bisa menanam berbagai produk pertanian unggulan seperti sagu, padi, kelapa, nanas, mangga, pisang, jambu mete dan juga buah naga. Inilah cara mereka menjadikan tanahnya menjadi “ibu”.

Untuk sagu, menurut Timotius, mereka rata-rata bisa memproduksi 113 hingga 156 kilogram per pohon. Sementara pada saat usia produktif, mereka bisa memproduksi 7 hingga 11 ton sagu per hektar.

Untuk padi sudah dilakukan panen perdananya pada 2019. Padi itu ditanam di atas lahan seluas 50 hektar yang dikelola Suku Marind. Kini luas lahannya juga mulai bertambah.

Sejarah Kampung Kaliki

Dulunya Kampung Kaliki hanya dihuni oleh satu keluarga suku saja. Dalam perjalanannya, penghuni di kampung ini bertambah. Hingga 2017, kampung ini duhuni 372 orang.

Para sesepuh/tokoh di Kampung Kaliki percaya bahwa leluhur mereka masih hidup dan mereka adalah serentetan orang-orang sakti.

Menurut cerita warga setempat, dulu waktu masih sering terjadi perang antar suku di Papua, warga Kampung Kaliki sering menang jika berperang. Kemenangan itu biasanya ditandai dengan membawa kepala musuh. (Foto: Sean Paul Kinnear/Unsplash)