Rekam Jejak Lumbung Pangan Masyarakat

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Jumat, 17 Juli 2020 | 07:43 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 744


Jakarta, InfoPublik - Mengenakan baju lengan panjang putih, celana hitam, dan sepatu sport, Presiden Joko Widodo berkeliling di areal persawahan di Desa Bentuk Jaya, Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, Kamis (09/07/2020). Saat itu Presiden bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljo, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran.

Di tempat itu beberapa kali Jokowi tampak berbincang berdua dengan Prabowo.

Selepas berkeliling, rombongan duduk di sebuah gubuk sambil mendengar penjelasan dari pemerintah daerah. Prabowo yang duduk dekat Jokowi terlihat mengeluarkan buku kecil. Sesekali ia terlihat mencatat omongan Jokowi.

Di wilayah Kapuas itu, mencuat rencana pemerintah membuat lumbung pangan di lahan seluas 20.702 hektare. Dari jumlah itu, lahan yang telah tergarap mencapai 5.840 hektare. Tak hanya pertanian saja, tapi juga akan mengintegrasikan dengan perkebunan dan peternakan.

Dari Kapuas, rombongan melanjutkan perjalanan ke Desa Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau. Di sini, Jokowi dan rombongan kembali berkeliling melihat lahan persawahan. Lahan yang disiapkan untuk tahap awal mencapai 56 ribu ha.

Di tengah persawahan itu, Jokowi memberi keterangan kepada media. Pemerintah, katanya, berencanya membangun lumbung pangan nasional di Kalimantan Tengah. Rencananya tahun ini akan disiapkan lahan sebanyak 30 ribu hektar. Lahan ini akan bertambah pada 1,5 atau maksimal 2 tahun ke depan dengan jumlah 148 ribu hektar.

Pembuatan lumbung pangan dilakukan karena adanya peringatan dari Badan Pangan Dunia (FAO). Dalam peringatannya, FAO menyebut beberapa tahun lagi dunia akan mengalami krisis pangan akibat pandemi Covid-19 dan musim yang tak bisa diprediksi.

Jokowi berharap, lumbung pangan ini nantinya bisa memasok kebutuhan pangan dalam negeri. Jika ada kelebihan, pangan baru akan diekspor.

Ada yang mengejutkan keterangan itu. Jokowi menunjuk Menhan Prabowo Subianto sebagai leading sektor proyek lumbung pangan itu. Alasan penunjukkan Prabowo karena ini menyangkut cadangan strategis.

"Namanya pertahanan itu bukan hanya urusan alutsista, tetapi juga ketahanan di bidang pangan menjadi salah satu bagian dari itu," kata Jokowi.

Proyek pembangunan lumbung pangan di Kalimantan Tengah ini sebenarnya bukan keinginan baru Jokowi. Pada periode pertama menjabat, Jokowi sudah pernah memerintahkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk menjadikan Kalteng menjadi lumbung padi organik.

Luas lahan yang akan disiapkan kala itu mencapai 300 hektar yang tersebar di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau. "Targetnya padi organik itu untuk kita ekspor," kata Amran Senin (13/11/2017).

Tak hanya padi organik, Kementerian Pertanian juga menargetkan tanaman jagung seluas 100 ribu hektare dan lahan untuk ternak sapi 100 ribu hektar di provinsi berjuluk "Bumi Tambun Bungai-Bumi Pancasila" ini.

Jejak Lumbung Pangan Masyarakat

Masyarakat Indonesia sebenarnya sudah mengenal sistem lumbung sejak lama. Kelembangaan lumbung yang dikenal ini memang umumnya fokus pada lumbung padi. Menurut Muchjidin Rachmat dkk dalam jurnal Neliti (2011) berjudul "Lumbung Pangan Masyarakat: Keberadaan dan Perannya dalam Penanggulangan Kerawanan Pangan," disebut keberadaan lumbung padi sama tuanya dengan sejarah padi di Indonesia. Bagi masyarakat desa saat itu, lumbung  merupakan tempat penyimpanan hasil panen dan tempat cadangan pangan sampai   masa panen berikutnya.  

Pada awalnya, lumbung pangan merupakan lumbung pribadi. Namun dalam perkembangannya, lumbung ternyata juga dibutuhkan oleh warga desa. Dari situ kemudian berkembanglah menjadi lumbung desa. Muchjidin menyebut, keberadaan Candi Lumbung di daerah Magelang, Jawa Tengah yang dibangun sekitar tahun 874 masehi menunjukkan bukti sejarah bahwa pada masa kerajaan dahulu lumbung telah ada di masyarakat.

Dalam sejarah tercacat pula adanya Bank Priyayi yang didirikan oleh Patih  Purwokwerto Raden Aria Wiria Atmadja pada tahun 1896. Bank Priyayi ini konon menjadi cikal bakal berkembangnya lumbung desa dan lembaga   pembiayaan. Dari Jawa Tengah, lumbung kemudian berkembang ke daerah Jawa Barat  dan  beberapa daerah yang menjadi sentra produksi padi.

Dalam perkembangannya, lumbung pangan tidak hanya berperan sebagai gudang pangan untuk mengatasi masalah kekuranganpangan pada masa paceklik dan bencana, tapi juga berkembang menjadi kelembangaan pembiayaan yang melayani kebutuhan modal dan sarana produksi bagi masyarakat. Menurut Muchjidin, lumbung pangan mengalami perkembangan yang pesat pada tahun  1930an sewaktu masa krisis ekonomi dunia (malaise).

Pasca kemerdekaan, pemerintah juga mengembangkan beberapa kebijakan    pengembangan cadangan pangan. Pada tahun 1969, pemerintah Orde   Baru berdasarkan Inpres Bantuan Pembangunan Desa mendukung pengembangan   lumbung desa. Program itu memungkinkan dibangunnya banyak lumbung desa di berbagai wilayahdi Indonesia.

Secara tradisional lumbung berfungsi sebagai tempat menyimpan dan   meminjam bahan pangan. Penyimpanan bahan pangan dilumbung oleh    masyarakat dilakukan oleh anggota masyarakat berupa penyimpanan untuk   kepentingan keluarganya maupun dipinjamkan ke anggota masyarakat.    Pola simpan pinjam yang berlaku umumnya masih berdasarkan kaidah sosial tanpa   mencari keuntungan.

Keikutsertaan anggota masyarakat dalam lumbung lebih ditujukan dalam  rangka saling menolong dan membantu sesama anggota masyarakat dalam  menangani kondisi kekurangan pangan pada saat paceklik. Anggota lumbung   dapat meminjam pangan sampai volume tertentu sesuai dengan kesepakatan dan  pengembalian pinjaman umumnya pada saat panen dengan jumlah yang    telah disepakati. 

Karena sifatnya sosial, pembayaran atas pinjaman hanya dikenai bunga   yang besarnya juga sesuai kesepakatan bersama.

Dan kini, ketika FAO memberi peringatan akan krisis pangan, Indonesia mulai bersiap untuk membangun lumbung pangan skala nasional. Harapannya, dari lumbung itu, jika suatu ketika terjadi paceklik, Indonesia bisa memenuhi kebutuhan masyarakatnya. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww)