Ini Saatnya Kebangkitan Sains dan Teknologi

:


Oleh Kristantyo Wisnubroto, Jumat, 22 Mei 2020 | 07:40 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 698


Jakarta, InfoPublik - Hari Kebangkitan Nasional yang kerap diperingati 20 Mei setiap tahun, kali ini berbeda nuansanya. Bangsa Indonesia tengah dirundung pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Situasi pelik dan menimbulkan duka di mana-mana karena korban terus bertambah. Ditambah roda ekonomi tertatih-tatih jalannya. Kita dan negara lain sedang dilanda krisis luar biasa. Seolah tidak ada harapan. Masing-masing negara ingin selamat dari wabah ini. Meskipun demi mengurai wabah ini, solidaritas antarbangsa tetap dijalankan karena kemanusiaan di atas kepentingan masing-masing.

Bagi bangsa Indonesia, tidak boleh ada kata menyerah menanggapi situasi seperti ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa saat ini dunia sedang beradu cepat dalam menangani wabah Covid-19 sehingga bangsa Indonesia harus menjawabnya dengan inovasi dan karya-karya nyata yang konkret.

"Ini adalah momentum baru. Ini adalah momentum baru bagi kebangkitan bangsa, Ini adalah momentum baru kebangkitan bidang sains dan teknologi kita dan khususnya di bidang kesehatan," tutur Presiden Jokowi saat Peresmian Peluncuran Produk Riset, Teknologi dan Inovasi untuk Percepatan Penanganan Covid-19 melalui Video Conference yang disiarkan langsung akun YouTube Kemenristek/BRIN, Rabu (20/05/2020).

Di 112 Tahun hari Kebangkitan Nasional ini, Presiden sampaikan bahwa merujuk pada perjuangan dokter Cipto Mangunkusumo kala itu yang berjuang di garis terdepan untuk membasmi penyakit pes yang sedang mewabah.

"Hari ini kita patut berbangga karena dari tangan-tangan anak-anak bangsa, dari tangan-tangan kita sendiri kita mampu menghasilkan karya-karya yang sangat dibutuhkan. Kemarin saya sudah melihat sendiri," imbuh Presiden.

Menurut Presiden, produsen lokal sudah mampu mengadakan sedikitnya 100.000 unit piranti alat uji cepat deteksi Covid-19 (rapid test) dan alat uji reserve transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR test kit) untuk mempercepat pemeriksaan virus SARS-CoV-2. Produk domestik ini mempunyai akurasi deteksi hampir 100 persen karena menggunakan galur pasien Covid-19 Indonesia bukan dari luar.

"Kemudian ada ventilator/emergency ventilator. Yang ini kemarin saya lihat ada karya dari BPPT, ITB, UI, UGM, dari PT Dharma, dari PT Poly Jaya yang sudah mulai membuat ventilator dan ini tinggal produksinya," tukas Presiden Jokowi.

Selain itu, lanjut Presiden, ada Mobile Biosafety Level 2/BSL2 Laboratory yang juga sudah bisa dikerjakan sendiri, ada produk Immunomodulator, juga sama, bisa dibikin sendiri, dan ada artificial intelligence (AI) untuk deteksi pergerakan Covid-19, ini juga bisa dikerjakan sendiri.

"Dari yang saya lihat kemarin, saya sangat optimistis bahwa hal-hal yang dulunya tidak pernah kita pikirkan dan kita hanya impor sekarang ini kita bisa mandiri karena kita bisa memproduksinya sendiri," ungkap Kepala Negara.

Lebih jauh, Presiden Jokowi menyampaikan saat ini Indonesia sudah bisa memproduksi vaksin anti Covid-19 sendiri. Saat ini, penelitian dan riset vaksin virus corona baru ini telah dilakukan di beberapa negara. Mereka berlomba adu cepat seiring dengan pandemi Covid-19 yang belum ada tanda-tanda mereda sejak lima bulan terakhir.

"Saya gembira Lembaga Eijkman sudah mendapatkan data mengenai 7 urutan genome, genome lengkap virus yang sangat berguna untuk pengembangan vaksin. Dan saya juga senang, komunitas peneliti terus bekerja untuk menemukan obat dan terapi yang efektif bagi pengobatan Covid," ungkapnya.

Jokowi mengingatkan agar karya-karya inovasi anak bangsa ini tidak berhenti di laboratorium atau sebatas purwarupa. Karya ini harus bisa diproduksi secara massal untuk memenuhi kebutuhan domestik dan juga bisa diekspor ke mancanegara.

Untuk itu, Presiden minta kerja sama dan kolaborasi antarkekuatan anak bangsa harus diperkuat. Lembaga-lembaga litbang, perguruan tinggi, dunia usaha, dunia industri, masyarakat semuanya harus bekerja sama membangun ini.

"Sudah saatnya zona industri harus berani berinvestasi, sudah saatnya masyarakat harus juga mulai mencintai produk-produk dalam negeri. Dan kita harus bangga buatan Indonesia. Kita harus bangga buatan Indonesia. Kita harus terus-menerus memperbaiki ekosistem yang kondusif," jelas Presiden Jokowi menegaskan.

Sebanyak 55 produk inovasi dan riset yang dibuat oleh konsorsium yang dibentuk Kementerian Riset Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) bersama para peneliti Indonesia untuk menangani Covid-19 selain alat uji polymerase chain reaction (PCR), perangkat uji cepat deteksi Covid-19 adalah terapi plasma darah konvalesen, robot berbasis sinar ultraviolet dan respirator untuk pemurnian.

Dalam peluncuran yang berlangsung virtual tersebut, Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro mengatakan peluncuran produk riset dan inovasi Konsorsium Covid-19 yang bertepatan pada Hari Kebangkitan Nasional dapat dimaknai sebagai kebangkitan inovasi Indonesia.

Bambang Brodjonegoro menuturkan momentum pandemi Covid-19 dapat menjadi titik tolak bagi inovator-inovator Indonesia untuk membangun industri alat kesehatan dan obat yang selama ini masih banyak bergantung pada impor.

Terus terang saja, baik alat kesehatan maupun bahan baku obat masih 90 persen impor untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia.

Uji Klinik Herbal Penangkal Virus

Salah satu inovasi yang dikembangkan oleh anak bangsa adalah Immunomodulator. Piranti Immunomodulator berfungsi untuk meningkatkan sistem imun tubuh yang berperan penting untuk menangkal virus corona penyebab Covid-19.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan beberapa institusi mitra sedang mempersiapkan uji klinik dua produk immunomodulator di rumah sakit (RS) darurat penanganan Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta dalam minggu ini.

Menurut peneliti bidang Bioteknologi LIPI Masteria Yunovilsa Putra uji klinik itu merupakan kerja sama LIPI, Kalbe Farma, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BaLitbangkes), Universitas Gadjah Mada, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dan Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisonal dan Jamu Indonesia (PDPOTJI).

Dua produk tersebut berbahan jamur Cordyceps dan kombinasi herbal dengan mengombinasikan bahan-bahan tanaman obat asli Indonesia. Jahe sebagai salah satu bagian dari kombinasi itu.

Produk immunomodulator tersebut dibuat dalam sediaan tablet sehingga bisa diminum oleh pasien yang dirawat di rumah sakit Wisma Atlet nantinya.

Sudah sejak lama jamur Cordyceps digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti kanker. Jamur Cordyceps mengandung beberapa senyawa aktif yang berguna untuk kesehatan tubuh, yakni Adenosine, Cordycepin dan Polisakarida. Adenosine berpotensi sebagai antivirus, Cordycepin sebagai antiinflamasi dan antivirus, Polisakarida memiliki aktivitas imunomodulator, antioksidan, anti-tumor dan anti-aging.

Sistem imun sangat penting untuk melawan virus yang masuk ke tubuh. Jika sistem imun kalah melawan virus, virus bisa berkembang dalam tubuh.

"Kita mengembangkan immunomodulator ini untuk meningkatkan sistem imun yang ada dalam tubuh kita terutama pasien Covid-19, sehingga dengan meningkatnya sistem imun itu bisa mengalahkan virusnya, juga mempercepat penyembuhan pasien Covid-19. Sesuai protokol, uji klinik berlangsung selama 14 hari," ujar Masteria.

Selain mengembangkan immunomodulator dari jamur Cordyceps. LIPI pun sudah meneliti dan melakukan uji keamanan di hewan untuk penggunaan obat herbal antiviral berbahan daun ketepeng badak (Cassia alata) dan daun benalu (Dendrophtoe sp).

"Kami sudah uji juga bahwa memang obat ini aman jika diberikan kepada hewan coba (binatang pengerat)," kata peneliti bidang farmasi kimia LIPI Marissa Angelina Rabu malam (13/05/2020), terkait obat untuk Covid-19.

Dalam hal ini, LIPI bekerja sama dengan Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Kyoto University mengembangkan tanaman sebagai antivirus untuk pengobatan Covid-19.

Melalui metode uji in silico, terbukti senyawa-senyawa aktif yang terdapat di dalam daun ketepeng dan benalu aktif dalam menghambat pertumbuhan virus SARS-CoV-2, sehingga potensial dikembangkan menjadi obat antiviral virus corona jenis baru itu.

Senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas antiviral di dalam tanaman ketepeng dan benalu adalah kaempherol, aloeemodin, quercitrin, dan qurcetin.

Tidak hanya itu, ternyata, daun ketepeng juga aktif menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Bahkan pengujian daun ketepeng terhadap virus dengue sudah melewati uji praklinis, dan hasilnya sudah dipatenkan.

Dalam penelitian LIPI sebelum pandemi Covid-19, benalu bisa menjadi obat antikanker karena mengandung senyawa aktif yang bisa menghambat pertumbuhan sel kanker.

Penelitian bahan-bahan herbal alami Nusantara ini adalah upaya LIPI dalam mendukung upaya penanggulangan Covid-19 dengan mengembangkan 10 kegiatan riset terkait dengan penanganan Covid-19, termasuk penelitian dan pengembangan mengenai penggunaan tanaman herbal Indonesia untuk antivirus dan peningkat sistem imun tubuh.

Kepala LIPI Tri Handoko mengatakan dalam webinar kepada para peneliti, Senin (18/05/2020) bahwa pihaknya juga mengembangkan alat tes diagnostik cepat berbasis PCR dan antibodi serta perangkat tes diagnostik menggunakan metode loop-mediated isothermal amplification (LAMP) turbidity.

Bersama Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Pertanian Bogor, LIPI melakukan kaji cepat sosial humaniora mengenai keterbukaan informasi terkait Covid-19, mobilitas mudik, karantina wilayah, dampak pandemi pada ekonomi dan tenaga kerja, serta evaluasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

LIPI juga melakukan pengurutan genom virus dan pengembangan vaksin rekombinan serta mengembangkan alat sterilisasi berbasis UV-C dan ozon nanomist dan alat pelindung diri berbahan nanomaterial.

Alat sterilisasi yang dikembangkan LIPI ditargetkan bisa diuji pada Agustus 2020 dan alat pelindung diri dari LIPI ditargetkan mendapat sertifikasi pada Oktober 2020.

LIPI mengembangkan ventilator dan gelang kontrol mobilitas orang dalam pemantauan dan pasien dan pengawasan terkait penularan virus corona. Ventilator dari LIPI ditargetkan mendapat sertifikasi dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan pada Juli 2020.

Selain itu, LIPI melakukan studi epidemiologi mengembangkan aplikasi social sensing serta membuat penyanitasi tangan dan disinfektan.

LIPI juga berupaya memberikan solusi teknologi bagi pelaku UMKM untuk mengatasi dampak ekonomi dengan membina UMKM pangan olahan lokal di Subang dan Gunung Kidul melakukan diversifikasi dan memperbaiki pengemasan produk.(setkab/ristek/LIPI/bnpb/Foto: uji coba bahan herbal untuk penyembuhan Covid-19 di Lab LIPI Serpong/ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)