Soal Kebebasan Berpendapat, Menkominfo: Ekosistem Pers Makin Mapan

:


Oleh Berry, Jumat, 20 Desember 2019 | 07:26 WIB - Redaktur: Admin - 270


JPP, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate menilai Pers Indonesia telah lulus ujian dari kebebasan berpendapat. Pers Indonesia dinilai telah berhasil mendorong masyarakat bertahan, bahkan keluar dari terpaan informasi hoaks. Saat ini, ekosistem pers di Indonesia semakin mapan dalam memilah-milih informasi.

“Meskipun gempuran hoaks ditumpahkan begitu hebat, tetapi bangsa kita bisa menyeleksi dengan baik. Mana informasi yang bermanfaat dan mana yang tidak. Kebebasan pers ada di lapangan, di ruang redaksi, dan di dalam ekosistem itu sendiri," ujar Johnny dalam Seminar Refleksi Kebebasan Pers 2019, di Jakarta, Selasa (17/12/2019).

Dengan keadaan sekarang, Menkominfo meyakini Dewan Pers mampu membangun ekosistem pers yang independen ke depan. Namun, ia mengingatkan ada tiga tantangan dari tuntutan kebebasan pers.

"Pertama, informasi yang diberikan harus benar. Kedua, informasi tersebut juga harus baik bagi ruang publik. Dan ketiga, harus bermanfaat. Jadi, tanpa ketiga hal itu, media tak akan bertahan lama,” jelas Johnny.

Lebih lanjut, Menkominfo menambahkan, seleksi atas kualitas informasi yang layak harus ditransformasikan kepada publik agar lebih baik dan bermanfaat. Menurutnya, demi kebaikan bangsa dan negara maka kita perlu memiliki definisi yang sama terkait dengan berkualitasnya informasi berita yang ditransmisikan kepada publik.

“Saya yakin dunia pers kita dari waktu ke waktu akan meningkat lebih baik. Ini asli dari dalam benak pikiran dan hati saya,” tegas Johnny.

Transformasi Institusi Media

Ketua Dewan Pers M. Nuh menyatakan apabila perusahaan media ingin bertahan lama, maka harus terus melakukan perubahan dan transformasi. “Jadi, tak mungkin bisnis media tetap bertahan tanpa transformasi. Bukan yang paling kuat yang bisa bertahan. Yang bisa bertahan adalah mereka yang mampu terus melakukan perubahan,” pungkasnya.

M. Nuh melanjutkan, era digital membawa perubahan di dunia pers. Menurutnya, perkembangan teknologi juga mendorong perubahan "perilaku" institusi media. "Di bisnis media, mau tak mau kita harus melakukan perubahan untuk bisa bertahan. Seiring teknologi, bakal lahir era lain yang melebihi era digital,” ucapnya.

Dewan Pers, menurut Nuh, terus melakukan terobosan agar bisnis media terus berlanjut ketika masuk di era digital. “Sekarang ini sedang terjadi antara physical space ke cyber space. Tidak mungkin media dapat tumbuh jika kita tidak beradaptasi. Yang bisa bertahan adalah mereka yang mau beradaptasi dengan perubahan,” imbuhnya.

M. Nuh juga mengingatkan, kompetensi para jurnalis perlu ditingkatkan agar tercipta informasi yang sehat untuk masyarakat. “Ruang publik harus diisi dengan informasi yang sahih, seperti oksigen. Kita sebagai produsen informasi itu harus menghasilkan informasi yang sahih sehingga semua infornasi yang kita hirup itu menyehatkan,” ujarnya.

Ketua Dewan Pers menuturkan, bukan hanya kompetensi yang diperlukan, tetapi juga keselamatan kepada jurnalis yang sedang menjalankan tugas harus menjadi perhatian. “Kompetensi jurnalis harus memadai. Harus di atas standar minimal. Supaya tidak terjadi disconnect,” tandasnya.

Oleh karena itu, Dewan Pers terus melakukan upgrading untuk mengikuti perkembangan zaman. Perlindungan terhadap jurnalis selama mereka melaksanakan tugas jurnalistik. "Kemudian, kesejahteraan jurnalis. Perusahaan pers harus tumbuh dengan baik, supaya bisa memberikan kesejahteraan," pungkasnya. (kom/nbh)