G-20 TMM: Tujuh Aksi Konkret Tingkatkan Perdagangan Global

:


Oleh Irvina Falah, Kamis, 14 Juli 2016 | 15:11 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 385


Jakarta, 14 Juli 2016 – Pertemuan Menteri-Menteri Perdagangan G-20 berhasil mengumumkan pernyataan pertama Menteri-Menteri Perdagangan dalam sejarah pertemuan G-20 tingkat Menteri Perdagangan. Para menteri sepakat meningkatkan perdagangan global meski tengah menghadapi kendala lambatnya pemulihan ekonomi global. Dalam salah satu pernyataan, negara-negara G-20 akan
memberikan stimulus berupa 7 langkah aksi konkret yang tertuang dalam G20 Strategy for Global Trade Growth (SGTG).

“Para menteri yang membidangi perdagangan di negara-negara anggota G-20 setuju untuk bekerja lebih keras lagi agar dapat mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan,” tegas Menteri Perdagagan RI Thomas Trikasih Lembong yang memimpin delegasi Indonesia pada G-20 Trade Ministers Meeting (TMM) di Shanghai, Tiongkok, 9-10 Juli 2016 lalu. Mendag Tom menjelaskan, ketujuh langkah tersebut yakni mengurangi biaya perdagangan, memanfaatkan koherensi kebijakan perdagangan dan investasi, mendorong perdagangan jasa, meningkatkan pembiayaan perdagangan, mengembangkan trade outlook index, mendukung pengembangan e-commerce, serta menangani perdagangan dan pembangunan.

Para menteri menyampaikan harapan agar ke depan tidak ada lagi langkah pembatasan perdagangan setidaknya hingga 2018. Selain itu, menargetkan seluruh negara anggota G-20 untuk mengurangi biaya perdagangan yang salah satunya melalui komitmen penyelesaian proses ratifikasi Trade Facilitation Agreement (TFA) WTO pada akhir 2016.

Dalam hal ini, Mendag Tom memberikan contoh bahwa langkah yang telah dilakukan Indonesia sudah tepat bagi peningkatan pertumbuhan perdagangan dan investasi, yakni melalui paket reformasi kebijakan ekonomi yang telah berangsung 12 kali dan mulai berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

G-20 juga akan serius meningkatkan sinergi kebijakan perdagangan dan investasi global dengan menyepakati G-20 Guiding Principles for Global Investment Policy Making sebagai sumbangan historis panduan non-binding tata aturan investasi yang pertama kali disepakati di tingkat internasional. Hal ini, lanjut Tom, diharapkan dapat memberikan kenyamanan kepada investor maupun regulator, serta dapat mendorong koherensi kebijakan perdagangan dan investasi di tingkat nasional, regional, maupun internasional.

Wakil-wakil negara berkembang juga mengedepankan seruan untuk meningkatkan partisipasi UKM dan negara berkembang pada Global Value Chains (GVCs) dengan didukung wakil-wakil organisasi internasional yang juga memandang penting isu tersebut dalam rangka inclusive growth. G-20 disarankan melakukan langkah terkait regulasi, standardisasi, pengurangan biaya perdagangan, dan kemudahan berbisnis.

Mengingat partisipasi negara berkembang dalam GVCs masih pada tingkat low end, beberapa saran juga disampaikan terkait infrastruktur, SDM, dan akses finansial. Dengan dipimpin Mendag Tiongkok Gao Hucheng, para Mendag G-20 menyepakati perlunya capacity building untuk mendorong GVCs yang terkoordinasi dan inklusif mencakup negara berkembang, serta yang meningkatkan kemampuan UKM dalam mengikuti standar internasional dan menjangkau teknologi.

“GVCs merupakan kesempatan bagi kita untuk membongkar proteksionisme dengan memanfaatkan proses impor dan ekspor guna mendapatkan nilai tambah. Sebagai contoh, ekspor minyak sawit Indonesia yang memanfaatkan jaringan GVCs terbukti memberikan manfaat besar bagi pengentasan kemiskinan, serta menyumbang pada pelestarian lingkungan melalui efisiensi pemanfaatan lahan,” ujar Mendag Tom Lembong.

Pernyataan Mendag G-20 tersebut akan diangkat ke pertemuan tingkat G20 Leaders yang akan berlangsung di Hangzhou, Tiongkok, pada 4-5 September 2016 mendatang. 

Pertemuan Bilateral
Mendag Tom juga melaksanakan beberapa pertemuan bilateral dengan beberapa negara mitra diselasela G20 TMM hari ke-2, antara lain dengan Belanda, Turki, Arab Saudi, Uni Eropa, dan Tiongkok. Pada pertemuan dengan Menteri Belanda Lilianne Ploumen, Mendag Tom membahas bagaimana menyikapi dampak British Exit pada relasi perdagangan Indonesia ke kawasan Eropa. Mendag juga menyampaikan komitmen antara pemerintah dan swasta untuk produksi minyak sawit yang berkelanjutan.

Sementara itu, Menteri Ekonomi Turki Nihat Zeybekci juga menjajaki kerja sama perdagangan dengan Indonesia. “Turki memiliki jaringan dagang yang kuat di daerah Afrika Utara, Timur Tengah, dan Semenanjung Balkan sehingga diharapkan dapat membuka akses pasar Indonesia yang lebih luas,” ujar Tom.

Sedangkan, pada pertemuan dengan Komisioner Perdagangan Uni Eropa (UE) Cecilia Malmstrom, Mendag berharap anggota UE dapat mendukung pembahasan digital economy dan e-commerce pada pertemuan G20 tahun depan di bawah Presidensi Jerman; serta mengajak UE terkait kerja sama pengelolaan sampah dan daur ulang plastik di Indonesia.

“Setelah mendapat clearance dari London, Komisioner Malmstrom menyampaikan kepada saya bahwa negoisasi formal IE-CEPA dapat dimulai secepatnya,” jelas Mendag Tom. Sementara itu, Mendag Tom dan Menteri Perdagangan dan Investasi Arab Saudi Majid Abdullah O.

Alkasabi juga saling bertukar pandang mengenai proses reformasi yang sedang berjalan. Arab Saudi memperkenalkan Saudi Vision 2030 terkait peluang kerja sama perdagangan dan investasi. Kali ini Indonesia menawarkan peluang bisnis dan investasi timbal balik, misalnya wisata halal dan ekonomi kreatif.

Adapun pada pertemuan dengan Menteri Perdagangan Tiongkok Gao Hucheng, Mendag Tom mengangkat tiga isu untuk ditindaklanjuti, yaitu internasionalisasi Renminbi, integrasi UKM pada ecommerce, dan kerja sama sektor perikanan.

--selesai--

Informasi lebih lanjut hubungi:
Luther Palimbong
Kepala Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711
Email: pusathumas@kemendag.go.id

Deny Wachyudi Kurnia
Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional
Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021- 3523459/021-3858195
Email: deny.kurnia@kemendag.go.id