:
Oleh Irvina Falah, Senin, 6 Juni 2016 | 16:49 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 327
Gorontalo - Setiap berkunjung ke suatu daerah dan menanyakan keluhan utama yang dirasakan sangat besar pengaruhnya, keluhannya hampir sama. "Setiap saya datang ke daerah itu, keluhannya selalu yang saya tanyakan, keluhannya apa. Saya tanyakan ke Pak Gubernur, Bupati, Wali Kota, ke rakyat, sama, listrik. Pak byarpet Pak, byarpet," ucap Presiden Joko Widodo pada acara peresmian PLTG Gorontalo 100MW di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.
Presiden yang hadir bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo menambahkan bahwa tidak sedikit masyarakat suatu daerah yang mengalami pemadaman arus listrik selama 6 jam sehari dan ada juga mengalami pemadaman listrik sebanya 4 kali dalam satu hari. Oleh karenanya, saat dirinya mengundang seluruh gubernur, bupati, wali kota, Presiden mengatakan bahwa permasalahan listrik harus diselesaikan bersama. "Saya sampaikan listrik ini akan kita kejar tapi bagi-bagi pekerjaan. Pembebasan lahan tolong pemerintah pusat dibantu agar cepat membangunnya," kata Presiden.
Dalam pandangan Presiden, pembangunan PLTG Pohuwato Gorontalo adalah yang paling cepat pembangunannya. "Tadi saya diterangkan, di sana hanya 7 bulan, hanya 7 bulan, cepat sekali. Pembebasan lahan, kemudian langsung konstruksi, persiapan konstruksi, kemudian mendatangkan mesinnya, dan alhamdulillah sekarang sudah bisa kita nikmati," ujar Presiden
Dengan beroperasinya PLTG Gorontalo 100 MW maka Provinsi Gorontalo termasuk provinsi yang telah memasuki kelebihan pasokan listrik. "Berarti sekarang ada tiga provinsi yang sudah aman, termasuk Gorontalo. Yang lain-lain ngantri," kata Presiden.
PLTG Gorontalo, Cepatnya Pembangunan PLTG
Peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gorontalo 100 MW menjadi penutup kunjungan kerja Presiden yang difokuskan pada ketersediaan listrik. Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo telah berkunjung ke Bangka Belitung, Aceh, Kalimantan Barat dan Gorontalo. "Bisa kita simpulkan bahwa sebetulnya untuk mengejar provinsi-provinsi yang sudah sangat mendesak dan sangat kekurangan (listrik), baik permintaan dari industrinya, dari hotel-hotel, atau juga dari masyarakat, pengerjaan yang paling cepat adalah PLTG," ucap Presiden Joko Widodo kepada wartawan.
PLTG Gorontalo ini satu contoh betapa cepatnya pembangunan PLTG. "Hanya 7 bulan dari konstruksi sampai pemasangan," kata Presiden.
Tentunya, lanjut Presiden, cepatnya pembangunan PLTG Gorontalo didukung oleh manajemen yang baik. "Dan tadi saya memberikan pujian kalau manajemen melihat seperti ini kualitas pengerjaannya bagus. Manajemen bagus dan kualitas pengerjaannya juga baik, dan hanya dikerjakan dalam waktu 7 bulan," kata Presiden. Pengelolaan pembangunan dengan manajemen yang baik juga telah dilakukan di Pontianak dan Lombok.
Pembangkit Listrik di Indonesia Tidak Akan Menggunakan Satu Sumber Energi
Presiden menjelaskan bahwa pemerintah tidak akan terpaku pada satu sumber energi saja dalam membangun pembangkit listrik. "Jangan hanya pakai solar saja, jangan pake gas saja, jangan hanya batubara saja, semuanya. Semakin variasinya semakin banyak semakin baik. Semua kan, ombak bisa, angin, geothermal, gas juga, batubara juga, kita semuanya ada." ujar Presiden.
Listrik Kebutuhan Utama Investor
Permasalahan listrik adalah masalah yang sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi. "Kenapa saya keluarkan Perpres percepatan? Karena tidak bisa ditunda-tunda lagi," ucap Presiden.
Perpres yang dimaksud Presiden adalah Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK) karena Presiden beranggapan bahwa ketersediaan listrik merupakan syarat utama yang diperlukan investor. "Sudah tidak mungkin lagi ada investasi datang kemudian suruh nunggu listriknya, pasti balik, pulang. Ada hotel mau bangun di Gorontalo, kemudian tanya listriknya gak ada, pasti balik lagi, pindah ke provinsi yang lain atau pindah ke negara yang lain," ucap Presiden.
Presiden menjelaskan bahwa listrik merupakan elemen penting yang dibutuhkan banyak sektor, seperti industri dan manufaktur. "Yang paling penting juga anak-anak kita kalau malam hari, belajar juga membutuhkan listrik. Usaha-usaha kecil, usaha-usaha mikro yang di kampung, yang di desa, semuanya membutuhkan listrik. Kalau kunci itu tidak segera kita selesaikan masalahnya sampai kapan pun kita akan begini terus," kata Presiden.
Listrik Untuk Semua
Presiden meminta kepada Gubernur Gorontalo dan Dirut PLN untuk memberikan laporan tentang dampak yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan pembangkit listrik. "Berapa rumah tangga baru yang sudah ngantri untuk mendapat aliran listrik, UMKM, usaha kecil, usaha mikro, usaha menengah yang ada di desa, yang ada di kampung berapa jumlahnya. Karena saya ingin memastikan bahwa listrik itu bukan hanya untuk industri yang besar-besar tapi yang kecil-kecil ini juga harus mendapatkan jatah agar menikmati listrik yang telah kita bangun," ujar Presiden.
Selesaikan Proyek Mangkrak
Presiden mengingatkan adanya pembangkit listrik mangkrak yang dibangun tahun 2007 dan berkapasitas 2x25 MW yang berada di Kabupaten Gorontalo Utara agar diselesaikan sehingga nanti menambah pasokan lagi. "Saya belum bisik-bisik kapan ini bisa rampung? Dirampungkan?" tanya Presiden. "Akhir 2017," ucap Direktur Utama PLN Sofyan Basir.
Presiden mengingatkan bahwa proyek mangkrak itu sudah selesai 47% dan berhenti. "Di situ jangan diremehkan, uangnya Rp. 396 Miliar, berhenti kemudian dibiarkan," ujar Presiden.
Penyebab Proyek Mangkrak : Tidak Ada Pengawasan
Presiden menjelaskan bahwa penyebab dari mangkraknya pembangunan pembangkit listrik disebabkan karena kualitas dari produk yang dipakai tidak dikontrol sehingga barangnya jelek dan dalam proses perjalanan sebuah proyek besar seperti ini memakan pekerjaan besar, tidak ada pengawasan yang terus menerus.
Bekerja Itu Diawasi
Dalam sambutannya, Presiden mengatakan bahwa dirinya akan melihat perkembangan jalan outer ringroad yang di Gorontalo, meski pernah melihat jalan tersebut. "Saya lihat sudah dimulai, sudah beberapa kilo, saya mungkin mau lihat lagi. Saya cek problemnya apa, masalahnya apa harus selalu dilihat, selalu dikontrol. Kelemahan kita ini kalau tidak diawasi, kalau tidak dicek ini gampang sembrono," kata Presiden.
Presiden mengatakan bahwa bekerja itu diawasi, bekerja itu dikontrol. "Manajemen memang seperti itu, tidak bisa groundbreaking langsung dilepas, nggak dilihat, ya nggak jadi," ujar Presiden.
Oleh karenanya tidaklah heran bila Presiden mengatakan bahwa dirinya akan meninjau berkali-kali proyek yang telah groundbreaking. "Kalau saya datang sekali, menteri pasti datang 2 kali, kalau saya 5 kali, menterinya pasti 10 kali, dirjennya pasti 20 kali, ke bawahnya pasti 2 kali, 2 kali," ujar Presiden.
Awasi Pertambangan dan Konservasi Hutan
Presiden juga menginstruksikan kepada Kapolda dan Pangdam dan jajaran di bawahnya untuk menjaga bidang pertambangan dan bidang konservasi hutan. "Baik yang di pantai manggrove kita, baik tadi saya lewat di hutan untuk burung Maleo, hutan Panua juga dijaga betul. Itu adalah warisan hutan yang nanti yang bisa kita wariskan kepada anak cucu kita," ujar Presiden.