Kemitraan ASEAN-Rusia bagi Kesejahteraan dan Perdamaian Dunia

:


Oleh Irvina Falah, Senin, 23 Mei 2016 | 11:58 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 485


Sochi - Kemitraan ASEAN-Rusia telah memasuki 20 tahun. Kemitraan ini harus dapat memberikan kontribusi bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia. Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo pada Plenary Session ASEAN-Russia Commemorative Summit di Radisson Blu Resort & Congress Centre, Sochi, Rusia, Jumat, 20 Mei 2016.

Mengenai perdamaian dunia, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa banyak sekali konflik terjadi di dunia yang telah menyebabkan krisis kemanusiaan. “Sudah waktunya semua negara di dunia mencegah dan menyelesaikan konflik”, ucap Presiden. Dalam kaitan ini, Presiden menyatakan bahwa Indonesia menilai pentingnya bangunan arsitektur kawasan yang dapat menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Inisiatif ini, lanjut Presiden, telah disampaikan Indonesia pada East Asian Summit.

Indonesia juga memahami bahwa Rusia memiliki pemikiran yang sama. Oleh karena itu, kata Presiden, Indonesia dan ASEAN berharap dapat melakukan kolaborasi untuk mewujudkan bangunan arsitektur kawasan, sentralitas, dan kepemimpinan ASEAN. “Sebuah arsitektur yang menonjolkan prinsip-prinsip terbuka, transparan, dan inklusif; menghormati kedaulatan dan integritas negara lain; mengutamakan dialog dalam penyelesaian masalah; serta menghormati hukum internasional,” ujar Presiden.

Berkaitan dengan memajukan kesejahteraan rakyat, Presiden Jokowi menyampaikan perlunya kemitraan ASEAN-Rusia difokuskan pada pembangunan konektifitas fisik, kerja sama energi untuk menyokong ketahanan energi, kerja sama UMKM yang meliputi upaya untuk saling menguatkan daya saing di pasar global.

Disamping itu, Preiden juga menyampaikan perlunya ditingkatkan people-to-people contacts. Beberapa kerja sama yang perlu terus didorong, menurut Presiden, antara lain pendidikan, melalui pemberian beasiswa; pertukaran pemuda/pelajar, antara lain kerja sama ASEAN Center di MGIMO University Moskow dengan berbagai Pusat Studi ASEAN di berbagai universitas di negara anggota ASEAN; dan pariwisata, berupa pelatihan bahasa dan keahlian operator tur wisata yang diperlukan untuk meningkatkan parawisata.

Pada bagian akhir, Presiden menyampaikan pandangan mengenai konflik Suriah. Konflik ini, menurut Presiden, harus diakhiri karena sudah terlalu banyak korban yang jatuh. “Ekstrimis semakin meningkat karena konflik berkelanjutan dan mendorong migrasi yang besar hingga menyebabkan krisis kemanusiaan”, kata Presiden.

Untuk itu, Presiden mengatakan, “Indonesia menekankan perlunya didorong dialog politik secara inklusif dan dijaminnya bantuan kemanusiaan”. Dan, sudah tentu, stabilitas dan perdamaian di Suriah juga harus diwujudkan. Sebab ini berkontribusi terhadap stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah dan dunia.