Investasi di Indonesia Harus Memberi Nilai Tambah

:


Oleh Irvina Falah, Selasa, 17 Mei 2016 | 11:13 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 444


Seoul - Usai memberikan pidato kunci pada acara "Morning Tea with President Jokowi", Senin, 16 Mei 2016, Presiden Joko Widodo melanjutkan agenda kunjungannya dengan melakukan "One on One Business Meeting" bersama chairman Lotte Group dan chairman POSCO di Ruang Athena Garden, Hotel Lotte, Korea Selatan.

Lotte group merupakan sebuah perusahaan multinasional yang menjalankan lebih dari 60 unit usaha dan beroperasi di antaranya di Korea Selatan, Jepang,  Tiongkok, Thailand, Indonesia, Vietnam, India, AS, Rusia, Filipina, Pakistan, dan Polandia. Lotte sendiri sudah berinvestasi di Indonesia sejak 1993 melalui Lotte Mart. Sementara itu, POSCO merupakan salah satu perusahaan pembuat baja terbesar di dunia yang berkedudukan pusat di Korea Selatan.

Dalam pertemuannya dengan pendiri Lotte Group Shin Kyuk-Ho serta CEO Lotte Group Shin Dong-bin, Presiden menyampaikan apresiasi atas berbagai investasi yang telah dilakukan Lotte di Indonesia. Investasi tersebut termasuk di antaranya rencana ekspansi Lotte Chemical yang berupa pabrik petrokimia, Lotte Mart yang merupakan industri roti dan kue, dan kerja sama lainnya di bidang e-commerce. Presiden berharap pendirian pabrik petrokimia tersebut nantinya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik namun juga untuk tujuan ekspor.

"Pendirian industri kimia harus memberi nilai tambah untuk masyarakat", kata Presiden.

Sementara itu, dalam pertemuannya dengan CEO POSCO, Kwon Ohjoon, selain menyampaikan apreasiasi atas investasi Posco di Indonesia, Presiden juga menyampaikan bahwa dirinya selalu mendapatkan laporan mengenai investasi POSCO secara periodik. Untuk itu, Presiden menyambut baik rencana ekspansi POSCO melalui MoU dengan Krakatau Steel pada tanggal 12 Mei 2016.

"Saya yakin rencana ekspansi POSCO akan berjalan lancar dan mendorong pembentukan industri baja terintegrasi dari hulu sampai hilir," jelasnya.

Penguatan Kerja Sama dengan Lotte Group

Dalam keterangan pers usai pertemuan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan bahwa Lotte Group berkeinginan untuk meningkatkan impor dari Indonesia terutama terkait dengan komoditi buah-buahan segar.

"Dua jenis buah yang diminati Lotte adalah pisang dan mangga. Masih ada hambatan di sini, oleh karena itu saat bertemu dengan Presiden Park, Presiden Joko Widodo akan menyampaikan soal hambatan ini sehingga di masa yang akan datang ekspor produk buah-buahan ke Republik Korea semakin besar," terang Retno.

Lebih jauh, terkait dengan rencana ekspansi Lotte Chemical, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani mengatakan bahwa hal-hal teknis terkait dengan rencana ekspansi tersebut akan diselesaikan sebelum Agustus yang akan datang.

"Ada beberapa hal teknis yang selama ini tidak atau belum selesai dalam rencana perluasan dari Lotte Chemical. Itu sudah ada investasi dan sekarang akan penambahan sekitar USD 4 miliar. Dapat dipastikan sebelum Agustus, yang terkait dengan hal-hal teknis akan bisa difasilitasi sehingga bisa mulai dibangun," tambahnya.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, yang turut mendampingi Presiden menjelaskan bahwa Lotte Group juga akan melakukan investasi di bisnis bioskop dan taman hiburan. Lotee juga menyampaikan keinginannya untuk menerbitkan kartu kredit di Indonesia.

Kerjasama Krakatau Steel - POSCO Produksi 10 juta ton baja

Usai pertemuan dengan CEO POSCO, Menlu mengatakan bahwa POSCO dan Krakatau Steel sudah melakukan kerjasama yang cukup lama. "Dalam pertemuan dengan Presiden Republik Indonesia terutama adalah untuk membahas kerjasama dalam rangka memproduksi 10 juta ton baja cluster dan roadmap sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Dan pada tanggal 12 Mei kemarin Memorandum of Agreement (MOA) juga sudah ditandatangani," ujar Menlu.

Jadi, lanjut Menlu, intinya kerjasama dengan Krakatau dan POSCO adalah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor baja. "Karena lebih dari 50% baja sejauh ini masih diimpor dan kalau kita masih terus tergantung pada baja impor maka ini akan mengganggu proses atau akselerasi industrialisasi Indonesia," ucap Menlu.