:
Oleh Irvina Falah, Selasa, 17 Mei 2016 | 11:03 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 396
Seoul - Presiden Joko Widodo terkejut saat mengetahui jumlah masyarakat Indonesia yang hadir untuk bertemu dengan beliau mencapai sekitar 1.300 orang. Sebagaimana diketahui, agenda pertama kunjungan Presiden ke Korea Selatan ialah bertemu dengan diaspora dan masyarakat Indonesia di Crystall Ballroom. Hotel Lotte, Korea Selatan, Minggu 15 Mei 2016. Saat agenda itulah Presiden menyatakan keheranannya.
"Saya kaget yang nunggu kok banyak sekali. Biasanya kalau saya ke negara lain, cuma 300-500 orang, paling banyak 800 orang, di sini 1.300 orang, enggak tahu kenapa kok banyak sekali," kata Jokowi.
Dalam acara tersebut, Presiden Joko Widodo menyampaikan beberapa hal yang sedang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Sekali lagi, Presiden menyampaikan pentingnya suatu negara untuk dapat berkompetisi di era persaingan global.
"Saya mau bicara masalah tantangan yang akan dihadapi. Kita tahu semuanya bahwa ekonomi global jadi yang ditakutkan semua negara. Persaingan untuk memperebutkan investasi, uang, negara, semakin hari kompetisinya semakin kuat," ujar Presiden.
Namun demikian, Presiden Joko Widodo tidak ingin Indonesia begitu saja menyerah dalam persaingan. Presiden menjelaskan kepada masyarakat Indonesia yang hadir mengenai strategi yang sedang ditempuh pemerintah guna menghadapi persaingan ke depannya.
"Baik, kita atur strategi: sederhanakan pelayanan perizinan dan tarik investasi dengan lahan yang kita punya. Itu belum cukup! Negara lain melakukan hal yang sama," jelasnya.
Presiden kemudian menambahkan, apapun tantangannya, masyarakat Indonesia harus tetap optimis. Walaupun negara lain saat ini juga melakukan hal yang sama dan berkompetisi dengan negara-negar lain, Presiden berharap semangat masyarakat Indonesia tidak luntur dalam menghadapi persaingan.
"Tapi apapun tantangannya, saya selalu sampaikan ke masyarakat, birokrasi, menteri-menteri, bahwa apapun itu kita harus tetap optimis. Jangan karena menghadapi rintangan malah kita kendor," tukas Presiden.
Lebih jauh, Presiden menjelaskan bahwa dengan adanya persaingan, kemampuan seseorang dalam menghadapi permasalahan justru akan meningkat. Menurut Presiden, persaingan bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Presiden pun mencontohkannya dengan beberapa kasus yang pernah terjadi sebelumnya.
"Coba kita lihat tahun 1975, Bank BNI begitu jam 1 siang sudah tutup. Dulu Bank tidak ada pesaingnya. Begitu persaingan dibuka, coba lihat sekarang. Tanya pegawai BNI atau BRI, jam 10-11 malam baru pulang," Presiden memberikan contoh.
Demikian pula yang terjadi dengan maskapai penerbangan Garuda. Presiden menceritakan, sekitar tahun 1980-an Garuda Indonesia tidak memiliki kompetitor, namun begitu persaingan dibuka dan terdapat 70 airlines baru, Garuda Indonesia semakin berbenah.
"Seragam bagus, pelayanan bagus, masuk peringkat 7 terbaik di dunia. Karena ada pesaing. Inilah yang kita ingin hadirkan di negara kita," tambahnya.
Pembangunan Infrastruktur yang Merata sebagai Modal Bersaing
Untuk menyongsong persaingan, Presiden berpendapat bahwa pembangunan yang merata merupakan hal yang saat ini dibutuhkan masyarakat dan industri. Bila dahulu pembangunan nasional hanya terfokus pada Pulau Jawa, kini pembangunan sudah diarahkan agar merata secara nasional.
"Dulu kita konsentrasi di Jawa. Sekarang kita sebar, tidak Jawasentris, tapi Indonesia-sentris. Ini sudah kita mulai. Jalan tol, Tol Trans Sumatera, sudah dimulai di Lampung. Palembang kita harapkan dalam 3 tahun dan nanti sampai ke Aceh. Di timur sudah kita mulai kereta apinya, di Sulawesi. Supaya Nusantara merata, tidak hanya di Jawa terus, karena di luar jawa juga butuh infrastruktur," terang Presiden.
Presiden juga menyampaikan kepada masyarakat Indonesia yang hadir bahwa dirinya tidak ingin para menterinya mengulangi kesalahan-kesalahan terdahulu dan bekerja lamban. Presiden selalu memberikan target kepada para menteri untuk menyelesaikan pekerjaannya.
"Perencanaan sudah puluhan tahun tapi tidak diputuskan. Eksekusi dan dimulai, saya cek terus. Sehingga kalau saya ke sana, ke sini, saya kontrol pekerjaan, apa problemnya, sampaikan ke saya. Kalau ada masalah tanah, saya telepon menteri, kok pembebasan lama sekali. Saya cek lagi belum apa-apa, ya ganti. Mesti copot dong. Kalau tidak ada target, enak dong kerja," tambahnya.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden juga merasa terusik ketika melihat fasilitas perbatasan di negara tetangga jauh lebih bagus dari negara kita. Presiden pun menginstruksikan agar wilayah perbatasan Indonesia dibangun dengan yang jauh lebih baik dibanding fasilitas perbatasan negara tetangga.
"Kalau saya pergi ke Matoai, di Timur Leste, gedung besar, jalan bagus, di tempat kita, saya ga berani ngomong. Saya minta minggu ini juga bangunan diruntuhkan dan harus lebih bagus dari yang di sana. Yang di Entikong juga sama, lebar jalan 4-5 meter, kemudian bangunan pemeriksaan juga aduh. Saya bandingkan juga. Saya sampaikan akhir tahun depan harus selesai," ujarnya sambil menggelengkan kepala.
Dalam penutupnya, Presiden berharap setelah pembangunan infrastruktur terlaksana dengan baik, industri semakin terdorong dan lapangan pekerjaan semakin terbuka lebar. Beliau menekankan bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam. Namun, saat ini Indonesia belum memiliki infrastruktur yang dapat mengolahnya. Untuk itulah Presiden memfokuskan pemerintahannya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur.
"Ke depan semoga target bisa dipenuhi, buka lapangan kerja yang seluas-luasnya, dan kita harapkan pertumbuhan ekonomi semakin baik, sekaligus pemerataan di semua pulau," tutupnya.