Fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) 9 Maret 2016

:


Oleh Irvina Falah, Kamis, 11 Februari 2016 | 17:29 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 1K


GERHANA Matahari Total  (GMT) adalah fenomena alam dimana posisi atau kedudukan Matahari, Bulan, dan Bumi berada pada satu garis lurus. Efek dari kedudukan Matahari, Bulan, dan Bumi satu garis lurus ini, maka  sebagian permukaan Bumi akan terkena bayangan gelap Bulan. Akibatnya wilayah-wilayah yang terkena bayangan gelap bulan, tidak melihat Matahari. 
 
Peristiwa GMT akan dimulai pada saat Bulan perlahan menutupi piringan Matahari. Semakin lama semakin besar, area piringan Matahari yang ditutupi Bulan. Fase total akan terjadi jika seluruh permukaan Matahari tertutupi oleh Bulan. Kita  dapat melihat bagian korona Matahari menjulur dari bagian tepi piringan Matahari. 
 
Ada beberapa wilayah di Indonesia yang akan dilintasi oleh GMT. Pada 9 Maret 2016 nanti, diperkirakan GMT akan melintasi 11 wilayah propinsi.  Di Indonesia wilayah tersebut meliputi: (1) Bengkulu, (2) Sumatera Selatan, (3) Jambi, (4) Bangka-Belitung, (5) alimantan Barat, (6) Kalimantan Tengah, (7) Kalimantan Selatan, (8) Kalimantan Timur, (9) Sulawesi Barat, (10) Sulawesi Tengah, dan (11) Maluku Utara. Sementara itu kota-kota besar yang diperkirakan akan dilalui Gerhana Matahari Total adalah Muko-Muko (Bengkulu), Palembang, Tanjung Pandan, Palangkaraya, Balikpapan, Palu dan Ternate. 
 
Pengamatan GMT oleh BMKG memiliki tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Tujuan pengamatan GMT adalah untuk mendapatkan informasi gangguan medan magnet bumi dan gravitasi efek dari GMT serta rekaman peristiwa GMT. Sedangkan sasaran dari pengamatan GMT adalah untuk mengamati dan merekam saat-saat terjadinya GMT, serta mengetahui perubahan terhadap variasi medan magnetbumi dan perubahan anomali gravitasi serta efeknya yang diukur dari tempat-tempat tertentu di permukaan Bumi. 
 
Lingkup kegiatan pengamatan GMT yang akan dilakukan oleh Kedeputian Bidang Geofisika BMKG khususnya Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, adalah , (1) Pengamatan GMT di Ternate, Palu, Tanjung Pandan dan Bengkulu, (2) Pengamatan Gravitasi di Palu, (3)  Pengamatan Medan Magnetbumi di Palu, Manado, Kupang, Jayapura, Pelabuhan Ratu, Tangerang dan Tuntungan, Gunung Sitoli, dan Liwa, (5) Pengamatan dengan teropong saat terjadinya GMT. Dalam rangka pelayanan untuk masyarakat yang tidak bisa hadir di lokasi GMT, BMKG menyediakan video streaming informasi fenomena GMT melalui video streaming melalui website BMKG. 
 
Ada dua hipotesis yang diperoleh dalam pengamatan GMT. Pertama, peristiwa terjadinya Gerhana Matahari Total (GMT) akan menutup proses pemanasan dan ionisasi di lapisan ionosfer sehingga “arus ionosfer” terganggu. Kejadian ini akan mengakibatkan gangguan medan magnetbumi. Untuk menguji ini dapat dilakukan dengan membandingkan pengamatan magnetbumi di tempat-tempat yang dilalui GMT dan stasiun-stasiun magnetbumi diluar lintasan GMT. Kedua, peristiwa terjadinya GMT posisi Matahari, Bulan dan Bumi satu garis lurus. Dalam posisi demikian akan menyebabkan perubahan gaya tarik Matahari dan Bulan menjadi maksimum terhadap Bumi. Hal ini akan diamati dengan pengukuran gravitasi di suatu tempat secara kontinu dan hasilnya akan dibandingkan nilai Bouguer Anomali (BA) jauh sebelum (1 bulan) dan sesudah (1bulan) terjadi GMT dengan nilai BA saat terjadi GMT. 
 
Metode pengamatan GMT 9 maret 2016 mencakup pengamatan mandiri dan online. Pengamatan mandiri dilakukan dengan menggunakan teleskop yang dilengkapi detektor bintang yang dihubungkan ke komputer akuisisi dan analisis data. Sementara itu dalam pengamatan online, data yang masuk ke dalam komputer akuisisi diteruskan ke server video streaming BMKG melalui internet. Dengan teknologi ini maka GMT dapat diakses melalui internet ke di berbagai tempat melalui website BMKG. 
 
Berbahayakah melihat peristiwa GMT? Jika melihatnya pada saat fase gerhana Matahari total terjadi, maka melihat tidak berbahaya. Namun akan menjadi sangat berbahaya jika melihat langsung pada saat terjadi gerhana sebagian, dengan durasi yang lama. Maka hindari melihat pada fase ini. Jangan melihat langsung ke arah matahari dalam waktu lama. Paparan cahaya Matahari dengan intensitas tinggi akan menembus mata dan dapat merusak mata. Untuk itu, cara yang paling aman dalam mengamati Matahari adalah menggunakan kacamata yang telah dilengkapi  oleh filter khusus untuk melihat Matahari.
 
Gerhana Matahari Total kembali akan berlangsung di tempat yang sama membutuhkan waktu selama periode 350 tahun, untuk itu jangan lewatkan untuk menyaksikan GMT  9 Maret 2016.***
 
KEPALA BIRO HUKUM DAN HUMAS BMKG
TTD
WAHJU ADJI H, SH, DESS