- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Rabu, 23 April 2025 | 17:52 WIB
: Rektor ITS Prof Ir Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD Selasa (15/4/2015) dalam sambutannya, menekankan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah strategis jangka panjang yang diharapkan mampu menghadirkan terobosan nyata, khususnya dalam sektor pertanian dan ketahanan pangan. - Foto: Mc.Jatim
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Selasa, 15 April 2025 | 20:17 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 120
Surabaya, InfoPublik- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mengukuhkan langkah nyata dalam mendorong inovasi teknologi melalui peluncuran Konsorsium Riset Teknologi Industri Pertanian berbasis Smart Technology dan Artificial Intelligence (AI), Selasa (15/4/2025) di Ruang Rapat Pimpinan Gedung Rektorat ITS. Peluncuran ini menjadi momen kolaborasi strategis lintas institusi akademik dan lembaga riset dalam mendukung transformasi sektor pertanian Indonesia.
Rektor ITS Prof Ir Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD dalam sambutannya, menekankan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah strategis jangka panjang yang diharapkan mampu menghadirkan terobosan nyata, khususnya dalam sektor pertanian dan ketahanan pangan. Ia menggarisbawahi bahwa Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat impor pangan tertinggi di dunia yang memiliki potensi besar. “Maka dari itu, pertanian kita perlu dikembangkan lebih lanjut melalui pemanfaatan teknologi yang ada,” tuturnya optimistis.
Konsorsium ini terbentuk atas kerja sama strategis antara ITS dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Udayana, Universitas Prasetiya Mulya, dan Ehime University dari Jepang. Melalui penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU), kolaborasi ini akan berlangsung selama lima tahun dan akan terus diperbarui melalui evaluasi berkala guna menjamin efektivitas serta dampak nyata dari riset yang dilakukan.
Dalam laporannya, Kepala Pusat Studi Kecerdasan Artifisial dan Teknologi Digital Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS Prof Dr I Ketut Eddy Purnama ST MT menyampaikan bahwa pembentukan konsorsium ini merupakan bagian dari upaya nasional dalam menyikapi tantangan ketahanan pangan dengan pendekatan teknologi cerdas. “Mengusung prinsip Food-Water-Energy Nexus, kami berharap pengembangan pertanian tidak berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dengan pemanfaatan air dan energi,” jelasnya.
Salah satu aspek penting dari konsorsium ini berfokus pada pengembangan pertanian presisi berbasis AI dan Internet of Things (IoT). Selain itu, juga dilakukan eksplorasi terhadap pemanfaatan limbah biomassa sebagai sumber energi terbarukan, penguatan sistem asuransi pertanian berbasis data sains, serta pembentukan program pendidikan pascasarjana dan pertukaran mahasiswa antarnegara untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang ini.
Tidak hanya menggandeng institusi pendidikan, konsorsium ini turut melibatkan pihak industri dalam perencanaan arah riset serta evaluasi penerapan hasil riset di lapangan. “Kami ingin hasil riset ini tidak hanya sebagai publikasi ilmiah, tetapi menjadi teknologi yang siap diterapkan dan membawa dampak bagi masyarakat,” ungkap dosen Departemen Teknik Komputer ITS tersebut.
Dalam kegiatan launching ini pula, para pemangku kepentingan yang terlibat juga mendiskusikan skema pendanaan yang akan mendukung kolaborasi ini, mulai dari LPDP dan BRIN hingga peluang internasional seperti MEXT dan JASSO dari Jepang. Pendekatan pendanaan ini diyakini mampu memperkuat kolaborasi lintas sektor sekaligus mempercepat proses hilirisasi hasil riset ke dunia industri dan masyarakat luas.
Lebih lanjut, Ketut menyebutkan bahwa dengan mengedepankan riset yang bersifat multidisiplin, ITS ingin menjadikan institusi pendidikan tinggi tidak hanya sebagai pusat pengajaran, tetapi juga sebagai motor utama perubahan sosial dan ekonomi. Menurutnya, peran perguruan tinggi sangat penting untuk menjembatani ilmu pengetahuan dengan kebutuhan riil masyarakat, terutama dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis pangan.
Kolaborasi riset ini juga sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya pada poin 2 yaitu Zero Hunger, serta poin 6, 7, dan 13 yang mencakup akses air bersih dan sanitasi, energi bersih dan terjangkau, serta penanganan perubahan iklim.
Peluncuran konsorsium ini menjadi tonggak awal dari transformasi sektor pertanian Indonesia menuju masa depan yang lebih cerdas, berkelanjutan, dan berbasis teknologi. ITS berharap sinergi ini dapat memperkuat posisi Indonesia dalam menciptakan sistem pertanian yang adaptif, efisien, dan inklusif demi ketahanan pangan jangka panjang. (MC Prov Jatim /hjr-mad/eyv)